"THR(Bt21+Skizoo)

126 21 19
                                    


Gema takbir saling bersahutan meramaikan malam yang biasanya hening. Dari mesjid-mesjid, rumah-rumah, bahkan sampai ada yang takbiran keliling seperti yang dilakukan Hoseok, Jisung, Felix, Jeongin, chenle, Haechan, Beomgyu, dan Heeseung.
Anak ketiga di keluarga Syarifuddin itu bertugas untuk mendorong gerobak berisi bedug, sekaligus mengawasi para bocil.

Jeongin membawa galon bekas, Felix membawa kentongan, sedangkan Haechan membawa panci milik Taeyong. Ketiganya kompak membunyikan alat masing-masing ditimpal sesekali oleh pukulan bedug dari Heeseung yang dibawa Hoseok. Sedangkan sisanya menjadi vokal.

"Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu. "

Haechan dan Jisung saling adu nada tinggi, ditimpali fokal lembut Jeongin, Beomgyu dan Heeseung. Felix sendiri memilih mengisi part nada rendah, sedangkan Chenle bertakbir dalam hati.
Kolaborasi mereka ibarat group vokal diiringi perkusi. Unik, tapi masih enak di dengar.

Seorang pemuda nampak membuka tirai kamarnya saat rombongan para bocil lewat di depan rumahnya. Ia tersenyum melihat kelakuan adik-adiknya yang terlihat begitu semangat menggemakan takbir. Sedangkan ia hanya bisa diam di kamar, karena kedaan tubuhnya belum pulih. Untuk shalat idulfitri besok pun sepertinya ia tidak bisa ikut. Hal itulah yang membuatnya memasang raut sendu.

Cklek!

Sosok itu menengok kearah pintu masuk dimana kakak tertuanya berjalan ke arahnya sudah rapih menggunakan koko dan peci, tak lupa sarung yang ia sampirkan di bahu.

"Obatnya udah dimakan Bin?"

Sosok yang sedari tadi diam itu, Changbin, mengangguk. "Udah bang, abang mau kemana?"

"Syukur kalo gitu. Oh ini, abang mau takbiran di mesjid bareng Umin, Bang Namjoon, bang Yoongi, Bang Jimin sama Bang Tae"

"Gue sendiri dong dirumah?"

"Engga, ada Ino yang lagi masak ketupat di dapur. Hyunjin juga ada, tuh bocah lagi bantuin bang Jin sama si Juki bikin nastar." Changbin mengangguk. "Bang..... "

"Kenapa?"

"Gapapa, gue cuma sedih aja gak bisa ikut apa-apa dan cuma diem dikamar kayak gini" Chan tau betul dengan perasaan adiknya itu. Biasanya jika malam takbiran seperti ini, Changbin akan ikut takbiran keliling bersama anak-anak komplek, namun karena musibah kemarin ia hanya bisa diam dikamar.

"Namanya juga lagi sakit Bin, jangan sedih, InsyaAllah kan masih ada tahun depan" Chan tersenyum lembut sembari mengusap bahu adik keduanya itu.

"Iya bang"

"Kalo gitu abang berangkat ya"

"Iya"

......

(Paginya)

"TAEHYUNG! JIMIN! BANGUN UDAH PAGI! MAU IKUT SHALAT ID ATAU ENGGA?!" Teriak Seokjin yang tengah sibuk memanaskan opor di dapur. Sedangkan si kembar itu masih anteng di alam mimpi.

"JOON TOLONG BANGUNIN SI KEMBAR! GUE LAGI SIBUK INI!"

Namjoon yang tengah mengancingkan baju kokonya menyaut "IYA BANG!" Setelah itu ia keluar dari kamar menuju kamar si kembar tak seiras. Pertama ia menuju kamar Jimin, mengetuk pintu itu tiga kali dan langsung disaut oleh si punya kamar, itu tandanya Jimin sudah bangun. Beralih ke kamar disamping kamar Jimin, yaitu kamar Taehyung. Diketuk tidak ada sautan, begitupun di teriaki. Sehingga Namjoon memutuskan untuk langsung masuk. Namun pintu tersebut dikunci dari dalam.

"Dobrak aja kali ya?" Monolognya. Belum sempat ia dobrak, handle pintu tersebut malah copot. Namjoon jelas panik karena jika tidak segera diperbaiki mungkin Taehyung akan terkunci di dalam sana.
Anak ke empat di keluarga Syarifuddin itu buru-buru lari ke lantai satu dimana kamar Yoongi berada.

Tetangga?! Where stories live. Discover now