"Dikeroyok"

129 24 15
                                    

"Thanks ya Din buat menu bukanya"

"Santuy, lagian cuma air teh, gorengan ama lontong doang. Btw buat tugasnya ntar gue susun, tinggal nunggu punya si Enjun"

"Yoi, itu sih terserah lo, lo kan ketua kelompoknya wkwk"

"Si kamvret!"

"Yaudah kalo gitu gue balik dulu ya, takut yang dirumah nungguin" Ucap Changbin sembari naik ke atas motornya.

"Gaya lo Bin kek udah punya bini aja"

"Weh cuy jangan salah! Diambekin bini paling mentok gak dapet jatah atau tidur diluar, tapi diambekin abang bisa-bisa gak dapet uang jajan atau paling parah dicoret dari kk." Dino tergelak dan mengangguk "Bener juga omongan lo Bin ahaha"

Setelah itu Changbin pun melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata supaya bisa sampai rumah tepat waktu sebelum teraweh. Namun saat ia akan melewati jalan depan sebuah warung, Changbin membulatkan matanya. Dengan segara ia memutar balik motornya untuk mencari jalan lain.

"WOY ITU SI CHANGBIN WOY!"

"Sial!" Umpat si pemuda kelahiran Agustus itu saat 10 orang pemuda seusianya yang tadi tengah nongkrong diwarung menyadari kehadirannya.

Dengan gesit Changbin membawa blackie, vespa hitamnya, meliuk-liuk di gang sempit sampai akhirnya ia menemukan sebuah jalan sepi dengan banyak pepohonan dan tumbuhan liar. Tetapi Blackie kalah cepat dengan motor modifikasi ala jamet yang suara knalpotnya memekikan telinga milik pemuda nongkrong tadi.

Ke 10 pemuda itu berhasil mengepung Changbin yang masih duduk diatas motornya. Andai saja ia bersama gengnya (Panglima Tempur 99) sudah pasti tidak akan banyak omong langsung ia lawan. Namun ia sendiri sedangkan mereka bersepuluh, jika tidak lari namanya nyari mati.

"TURUN LO BONCEL ANJING!" Teriak salah satu dari mereka yang diketahui sebagai pemimpinnya.

Changbin tetap santai, ia bahkan masih bisa tersenyum miring mengejek lawannya itu. "Ngapain nyuruh gue turun? Mau ngajak duel? Kalo by one ayok gue jabanin. Kalo kroyokan, sorry itu namanya lo cupu Dik"

Sosok bernama Dika itu mengepalkan tangannya emosi. Ia mengode rekannya untuk menyerang Changbin dari belakang.
Namun Changbin terlalu gesit, ia melompat dari atas motor kemudian berlari sampai tidak sadar dompetnya jatuh begitu saja.

Sret!

Changbin menunduk saat seseorang di depannya mengarahkan pukulan ke arah wajahnya.

Grep!

Brugh!

Tangan sosok itu Changbin putar ke belakang tubuhnya sementara kakinya menendang rekan si musuh yang berniat menyerangnya diam-diam.

Perkelahian itu berlangsung sengit. Tidak salah Changbin menjadi ketua sekaligus pendiri geng elit PT99 yang ditakuti geng brandal sekolah lain, karena kemampuan bertarungnya tidak bisa dianggap remeh. Bahkan ia sudah melumpuhkan 3 dari 10 orang tersebut dalam waktu 15 menit saja.

Namun tetap saja yang namanya kalah jumlah, sekuat apapun pasti akan kalah.
Changbin lengah, seseorang memukul kepala belakangnya cukup keras dengan balok kayu yang entah dapat dari mana, sehingga ia jatuh tersungkur di tanah. Kepalanya berdenyut sakit dan terasa pening. Kemudian sesuatu yang basah dan berwarna merah mengalir dari kepala belakang menuju tengkuknya.

Tidak memberi jeda sama sekali, tubuh telungkup Changbin di injak dan ditendang oleh mereka secara bergantian. Setelah itu, dua diantaranya memegang lengan Changbin dan menyuruhnya berdiri.
Pemuda kelahiran Agustus itu tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya sudah kehabisan tenaga. Bahkan matanya tidak bisa melihat dengan jelas seringaian licik dari Dika efek pusing yang menghantam kepalanya.

Tetangga?! Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt