Bab 9

35 23 5
                                    

"Untuk apa saya ngeladenin orang seperti mu? Lagian saya sedang sibuk dan tidak punya waktu untuk hal seperti itu" tolak nya, yang perlahan kembali beranjak dari tempat nya berdiri.

"Apa kakek takut? Atau memang kakek tidak mempunyai kemampuan?..."

Baru saja berjalan berapa langlah ke depan, tiba tiba saja langkah nya terhenti, menoleh ke belakang melihat wanita yang baru saja mengejek nya sedang tertawa kecil seraya menyusun beberapa bidak catur dengan begitu santai.

Dengan kesal, kembali mendatangi wanita itu, menduduki sofa yang tepat berhadapan dengan nya. "Kau menantang ku?!" tanya kakek itu seraya menyilang kan kaki nya, menatap Sea dengan tatapan mereremeh kan.

"Berani sekali! Tetapi seperti nya kau kurang beruntung kali ini, karena berani menantang ku...." ucap nya lagi.

Sea yang baru saja selesai menyusun semua bidak catur nya lantas mempersilah kan sang kakek untuk memulai nya terlebih dahulu tampa menghirau kan apa yang baru saja kakek itu katakan.

"Sebenar nya saya bisa saja dengan mudah mengetahui identitas mu, tetapi itu tidak ku lakukan, aku hanya akan bertanya satu hal saja 'siapa nama mu?" tanya sang kakek dengan kepercayaan diri penuh, seraya menjalan kan salah satu bidak catur dan me...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenar nya saya bisa saja dengan mudah mengetahui identitas mu, tetapi itu tidak ku lakukan, aku hanya akan bertanya satu hal saja 'siapa nama mu?" tanya sang kakek dengan kepercayaan diri penuh, seraya menjalan kan salah satu bidak catur dan memulai permainan.

Dengan cepat Sea menjawab pertanyaan yang baru saja di ajukan kepada nya.
"Nama ku Sea, kakek sediri bagaimana?" tanya balik Sea, seraya menjalankan satu langkah bidak poin nya.

"Saya biasa di panggil Tuan Marquis, jadi berhenti lah memangil ku kakek!..." tekan Tuan Marquis karena ia memang sangat tidak suka jika ada orang lain yang memangil nya kakek.

Sea terdiam beberapa saat menatap papan catur, memikirkan langkah yang sebaik nya ia ambil agar bisa mengkelabui lawan nya dengan mudah.
"Baik lah, Tuan Marquis..." jawab Sea mengiya kan.

"Di lihat dari penampilan mu, apa kau di sini pelayan? Atau mungkin kah kau lajang murahan?" tanya Tuan Marquis dengan mata yang menelisik dari atas sampai bawah, menatap Sea dengan tatapan yang sangat sulit untuk di artikan, seraya menjalankan salah satu bidak catur nya.

Mendengar itu dengam susah payah Sea menahan kekesalan nya, agar tidak menimbulkan masalah lagi "Sunguh kakek tua yang menyebalkan" fikir nya.

Sea menarik nafas dalam nya lalu menghembus kan nya secara perlahan, hinga tak lama ia kembali bersuara. "Benar kah? Mengapa Tuan Marquis bisa berfikir seperti itu? Sunguh sangat bertolak belakang dengan apa yang di katakan cucu kesayangan anda."

Tuan Marquis terdiam beberapa saat mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.
"Kau tau kai telah memiliki tunangan..." ucap nya seraya menekan kan kata pertunangan dengan mimik wajah yang sudah mulai serius.

"Kai? Apa yang di maksud kaiden?" fikir Sea yang langsung bisa menebak.

"Bertunangan? Tapi aku adalah istri nya..." ucap Sea seraya menaik kan kedua bahu nya, dengan sedikit senyum yang terlihat di ujung bibir nya.

pondering the dark pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang