"bisakah sedikit saja kau menghargai ku! bisakah sedikit saja kau melihat ku! aku tahu bahwa aku tidak akan bisa menggantikan posisinya di hati mu tapi apa salahnya membuka sedikit hati mu untuk ku! kita sudah lama Hoon dan kau masih stuck di masa lalu." tekan Yerin.

"Park Yerin, kau tahu kan, aku menikahi mu karena perjanjian ayah kita jika bukan karena itu bahkan mengenal mu pun aku tidak sudi." singkat namun menyakitkan.

Netra Yerin langsung berkaca kaca.

Junghwan hanya diam, dia menatap Sunghoon, dia ini bukanlah tipe anak yang dekat dengan mamanya seperti Riki dan Jake, dia ini tipe anak yang memang jauh dari orang tua sejak kecil lagipula mamanya pun tak pernah membelanya saat Sunghoon mengasarinya jadi Junghwan hanya abai saat melihat Yerin di perlakukan seperti ini.

Sehancur itu hubungan keluarganya, tidak ada kata sehangat kopi melainkan sedingin es, Junghwan kembali memakan makanannya dan sesekali memainkan ponselnya.

"Park Junghwan jangan bermain ponsel saat sedang makan." tegur Sunghoon.

"iya pa." singkat Junghwan.

Yerin pergi meninggalkan meja makan dengan menangis sedangkan Sunghoon hanya meliriknya, tatapannya begitu dingin, apa wanita jalang itu pikir bahwa Sunghoon tidak tahu tentang perselingkuhannya.

Dia seolah menjadi korban di sini padahal dia sendiri main api di belakang Sunghoon, 2 tahun dia berselingkuh dan Sunghoon tidak memperdulikannya jadi jangan perduli saat Sunghoon masih mencintai orang lama.

Junghwan melirik Sunghoon.

Sesampainya Junghwan di sekolah, ia menatap Riki yang juga menatapnya, Junghwan mendekati Riki yang tersenyum padanya, Junghwan mengenyampingkan rambut Riki.

"selamat pagi manis." senyum Junghwan.

"ahh pagi." balas Riki dengan pelan.

"bagaimana semalam? apa tidur mu nyenyak, sepertinya tidak karena sekarang mata mu bengkak." ucap Junghwan dengan merangkulnya.

Riki menatap Junghwan.

"apa jangan jangan... kau menangis lagi?." tanya Junghwan dengan mengelus bahu Riki, Riki tersenyum dengan tipis ia merapikan rambut Junghwan.

"aku susah tidur." bohong Riki.

"bohong." Junghwan mendekatkan wajahnya pada Riki dan Riki langsung tertawa.

"jangan menangis lagi nanti manis nya hilang." ucap Junghwan dengan tatapan memujanya, Riki tersenyum penuh arti.



Jay berpapasan dengan Heeseung yang baru saja datang, terjadi eye contact di antara mereka tapi yang lebih kecil memutusnya dan melalui Heeseung begitu saja, Heeseung berbalik lalu menatap punggung Jay.

"apa ada sesuatu yang terjadi?." pertanyaan dari Heeseung lantas membuat Jay menghentikan langkahnya.

"apa perasaan saya saja bahwa anda sedikit menjaga jarak dengan saya?." pertanyaan kembali keluar dari mulut Heeseung, Jay melirik Heeseung yang masih menatapnya dari tempat.

"apa anda khawatir jika saya menjaga jarak dengan anda pak?." tanya Jay begitu saja.

Heeseung membisu.

"ah apa yang saya katakan kenapa anda harus khawatir saat saya menjaga jarak, anda kan sudah punya Riki." senyum Jay.

Astaga.

Heeseung menghela nafasnya, ia mendekati Jay lalu berhenti tepat di hadapannya, Jay menatap lantai dengan netra yang berkaca kaca, sial Jaga emosi mu Jay jangan terlalu memperlihatkannya.

"anda salah, saya tidak memiliki hubungan apapun dengannya, saya tidak mengerti kenapa anda bisa salah paham dengan saya dan juga Riki." ucap Heeseung dengan menatap Jay.

"Riki memberi anda bekal, anda terlihat bahagia saat bersamanya, beberapa kali juga anda sering memperhatikannya." ucap Jay panjang kali lebar namun dengan pandangan yang tetap tertuju pada lantai.

Heeseung tertawa dengan pelan, Jay langsung meliriknya.

"anda salah paham pak." balas Heeseung.

Heeseung menjelaskan tentang kedekatannya dengan Jake yang merupakan mama Riki, bekal itu dari Jake namun di titipkan pada Riki, Heeseung hanya ingin melindungi Riki oleh sebab itu Heeseung sering memperhatikannya.

Berita bagus tapi tidak juga.

"jadi anda menyukai mamanya?." tanya Jay dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Heeseung tersenyum lalu mengangguk mantap.

"jadi selama ini saya salah paham." Jay tertawa miris, Heeseung seketika memudarkan senyumnya.

"pak Jay?." ucap Heeseung dengan hendak memegang lengannya tapi Jay langsung memundurkan tubuhnya.

"saya pergi dulu pak." Jay pergi meninggalkan Heeseung yang hanya menatap kepergiannya.

Heeseung menghela nafasnya.

Di perjalanan Jay tanpa sengaja menabrak bahu Jungwon, Jungwon menoleh ke arahnya sedangkan Jay langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, Jay mengelap air matanya.

"kau menangis?." tanya Jungwon.

"apakah itu bahasa yang sopan?." tanya Jay tanpa menatap Jungwon.

Jungwon berhadapan dengan Jay.

"kenapa anda menangis pak?." tanya Jungwon dengan serius.

"saya gak nangis kok.. cuma kelilipan doang!." tekan Jay.

Jungwon memegang kedua pipi Jay lalu menatap netra Elang itu, Jay menderyitkan dahinya, dia pun menurunkan kedua tangan Jungwon dengan tatapan datarnya.

"tangan kamu kotor nanti saya jerawatan lagi." ucap Jay dengan nada dinginnya.

"dasar gadis." cibir Jungwon.

"apa! saya denger ya! kamu ini bener bener! kemarin juga kamu gak sopan sama saya, saya bakal hukum kamu! ayo!." kesal Jay, dia menarik kuping Jungwon lalu membawanya pergi.

"akhh! pak sakit!." keluh Jungwon.

..............................
to be continued

Single Mother : HeejakeWhere stories live. Discover now