041 ; the Real One

686 171 30
                                    

"JADI, kau sudah menentukan langkah ke depannya?" aku mengangguk mendengar pertanyaan Lante

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JADI, kau sudah menentukan langkah ke depannya?" aku mengangguk mendengar pertanyaan Lante.

Saat ini aku sedang berada di dalam kantor Lante, pria tua itu memanggilku untuk membahas rencana yang memang kami siapkan. Selain Lante, Johan dan tangan kanan Lante juga berada di dalam satu ruangan yang sama.

"Hm.." Lante berdehem, menyimak seluruh rencana yang sudah aku persiapkan selama berada di Kekaisaran Obelia. "Kau cukup baik hati rupanya."

"Kau hanya menargetkan Medea dan Deon," jelas Lante, menghela napas. "Setengah-setengah."

"Kau ini takut atau bagaimana?"

Pertanyaan Lante membuatku terdiam, aku meremas gaunku, aku juga sadar bahwa rencana itu terlalu lemah; bahkan terlalu baik. Aku hanya menargetkan Medea dan Deon.

"Itu belum pasti," jawabanku yang ragu-ragu itu menimbulkan dampak gebrakan meja yang kencang.

"CUCU TOLOL!" Makian itu membuatku semakin kencang meremat pegangan ku pada gaun ku. "KAU ITU SERIUS TIDAK HAH?! JANGAN MAIN-MAIN DENGANKU! AKU TIDAK PUNYA BANYAK WAKTU UNTUK MENANGGAPI PERMAINAN BODOHMU!"

"KELUAR SANA!"

BRAK!!

Aku diusir. Eh, tidak. Kami diusir.

Aku menghela napas panjang setelah kejadian itu, Johan hanya diam di belakang. Tetap profesional dengan pekerjaannya.

Akhir-akhir ini pemikiran ku jadi kacau, sementara libur musim panas akan segera berakhir dan aku harus kembali ke Akademi Terrasen.

"Johan," aku memanggil pria itu, "akhir-akhir ini kepalaku semakin pusing. Jangan ganggu aku."

"Baik, Nona." Johan menganggukkan kepalanya, mengerti maksud dari perintah ku.

Aku berjalan ke kamarku dengan kepala yang semakin berat. Sangat berat, rasanya setiap langkahku, kepalaku semakin berat.

"(Name)." Aku menoleh, mendapatkan Grizelda yang berdiri di depanku.

Tunggu, itu sungguhan Grizelda?

Mataku buram.

"Aku... katanya... ayah... suara..
benar...?"

Ngomong apaan sih anjing? aku berusaha memfokuskan pandanganku, "lu ngomong apaan sih babi?"

BRAK!

Kesadaranku hilang.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"BANGUN." Suara itu terdengar dingin namun familiar. Aku membuka mataku secara perlahan.

Namun ketika aku membuka mataku, aku menyadari satu hal; aku berada di ruangan yang sama seperti aku bertemu dengan Beatrice.

Aku dengan segera bangkit dari tidurku, mengubahnya menjadi posisi duduk; dan di depanku, seorang yang sangat familiar berdiri.

EQUANIMITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang