⎙ 듀크 힐의 아들 Ꮺ

2.1K 498 27
                                    

Chapter 7

듀크 힐의 아들 ( Putra Duke Hill )

━━━━KILAS BALIK EPISODE SEBELUMNYA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

━━━━KILAS BALIK EPISODE SEBELUMNYA

Srek!

"Akh!"

Aku dengan reflek menoleh ke arah pohon, terkejut dengan kehadiran seorang laki-laki bersurai pirang dengan mata hijau. Loh, loh?

LOHHHH?!?!?

SELESAI KILAS BALIK━━━━

Mata hijau, rambut pirang.

Ga salah lagi!

Ini pasti Isis De Hill! Putra dari pasangan Duke Rezef Hill sama Duchess Psyche Hill. Kakak dari Athanasia De Hill, perempuan yang akan menjadi pengantin dari Lucas. Iya, karena tidak bisa mendapatkan Jennette dia beralih ke Athanasia.

Anjir??? Kok???

KOK BISA ADA DI SINI???

"Ma-MAAFKAN SAYA!" Dia langsung berlari begitu saja, pergi meninggalkanku.

"EH, JANGAN LEWAT SITU!" Aku berteriak, berusaha mendapatkan perhatiannya. "DI SANA ADA KANDANG MONSTER!"

Teriakanku berhasil membuat anak laki-laki itu memutar balik tubuhnya dan berjalan mendekat ke arahku. Walaupun jarak kami sangat jauh karena dia di bawah dan aku di atas, aku tidak bisa melihat dengan jelas raut wajahnya.

Aku menatap Isis dari pinggir balkonku, berkat bantuan dari sinar rembulan aku berhasil melihat wajah nya. Satu kata, sempurna. Semua orang pasti akan percaya jika dia di bilang sebagai malaikat turun dari langit.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku, dengan suara agak keras karena jarak di antara kami.

Dia menjawab dengan gugup, "saya tersesat."

"Ini bukan wilayahmu. Kenapa bisa tersesat sampai ke sini?"

"Saya─── menginap dengan keluarga saya." Jawabannya berhasil membuatku menarik alis ku ke atas. Aku tidak tau apapun soal ini. Sama sekali tidak tau.

Aku menghela nafas, "naiklah." Anak itu nampak kikuk, aku menginstruksikannya untuk naik ke pohon yang beberapa waktu lalu menjadi saksi biksuku yang bertengkar dengan Lucas.

Dia naik, dan sekarang duduk dengan manis di barang pohon. Aku memangku wajahku dengan sebelah tangan di atas pembatas balkon, memperhatikan setiap inci mukanya yang semakin jelas.

Mata hijau bersinar yang memancarkan kehangatan, dan surai pirang yang sangat mencolok. Dia pasti extrovert.

Berbanding balik denganku, mata merah yang sangat tajam dan seperti mata ikan mati terkadang. Dan rambut hitam panjangku yang membuatku terlihat seperti kuntilanak ketika digerai.

"Siapa namamu?"

"Isis, Isis De Hill." Jawabnya, mencoba menjadi posisi terbaik untuk duduk dan berbicara nyaman denganku.

"Berapa usiamu?" Aku mencoba basa-basi dengannya.

"12 tahun."

"Sepantaran dengan saya ternyata." Dengusku, kupikir dia ini lebih muda. Soalnya kalau diperhatikan, sepertinya aku lebih tinggi dibandingkan dirinya. Kenapa anak laki-laki ini sangat pendek, ya?

Di duniaku dulu aku perempuan yang pendek dimata teman-temanku. Tinggiku menyentuh 150 cm di usia 20 tahun. Itu membuatku sering diejek, bajingan memang. Mengingatnya saja membuatku kesal, sehingga tanpa sadar aku menakuti anak laki-laki ini.

Menyadari hal itu, aku langsung mencoba menenangkan diri dan memaksakan diriku tersenyum. "Kau tau aku siapa?"

"Y-YA! SAYA TAU!" Dia menjawabnya sambil setengah berteriak, membuatku terkejut.

Kenapa dia berteriak?

Apa jangan-jangan karena tanpa sadar aku mengatakan, "kau tau aku siapa kan, bangsat? Jaga attitudemu kalo ga mau mati."

Aku menakutinya!

"Saya menakuti anda, ya? Maaf." Aku membuat ekspresi sedih, soalnya untuk meminta maaf itu rasanya canggung. Dia mengangguk.

Sunyi menghampiri kami sejenak, hingga akhirnya dia membuka suara. Berusaha mengusir rasa canggung diantara kami, dan berusaha menginterupsi suasana malam. "Nona (Name)... Kenapa anda belum tidur?"

"Aku tidak bisa tidur. Bagaimana denganmu?"

"Saya mencari angin..." Dia pasti tidak terbiasa dengan suasana Agriche. Banyak hal gila yang terjadi, mentalnya pasti terguncang. Lebih terguncang lagi saat mengetahui adiknya kepincut sama salah satu keluarga Agriche dan menikah.

Dia sampai pingsan.

Tanpa sadar aku mengulas senyum tipis, lucu. "Di sini jika kau keluar malam-malam kau akan jadi santapan."

"Be-begitu rupanya..." Dia menjawab dengan sedih, raut wajahnya lucu banget sial.

Aku terkekeh, "ya. Begitulah." Isis De Hill.

Isis mengangkat kepalanya, memandang ke wajahku. Dia nampak ragu mengucapkan sesuatu, namun akhirnya dia memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya.

"Anda... Terluka, ya?"

Senyum di wajahku perlahan luntur. Digantikan ekspresi kosong.

Terluka?

"Ya." Aku menjawabnya sambil memandangi wajahnya, tidak ada tanda kehidupan di mataku lagi. "Saya terluka. Sangat dalam."

Aku sampai berpikir ini tidak dapat disembuhkan.

Maaf ga bisa update ini kemarin, karena emang lagi banyak banget urusan pribadi di real life

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maaf ga bisa update ini kemarin, karena emang lagi banyak banget urusan pribadi di real life. Ini aja baru seger diketik, jadi masih anget wkwkw

Tolong jangan nanya sama maksain update, ya??? Asya bakal update sebisa Asya. Bukan karena males Asya ga update, tapi karena emang gaada waktu dan lagi capek aja.

Ini aja Asya abis pulsek langsung kerkom, dan yep. Baru bisa istirahat sebentar.

Bahkan Asya sampai berpikiran, gimana kalau Asya update 2 minggu sekali aja, ya? Tapi dengan chapter panjang gitu.

Ini ga berlaku untuk Equanamity doang, melainkan seluruh cerita Asya. Wkwkw, atau kalau enggak selang-seling. Minggu ini di hari ini cerita ini yang update, minggu depan hari ini, sekian yang update.

TUNGGUIN AJA INFO LEBIH LANJUT YAWW

Thanks for support!

EQUANIMITYWhere stories live. Discover now