0𝟯𝟲 ; 𝘁he 𝗘mpress

978 238 36
                                    

TAK!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TAK!

"Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada lady Agriche yang menyanggupi undangan mendadak saya," wanita di hadapanku berujar dengan tenang, gerakannya yang menaruh cangkir teh sangat anggun tanpa cela.

"Saya juga mau berterima kasih kepada lady Agriche karena mau berteman dengan putri saya." Bahkan ketika wanita itu meletakkan tangannya di pangkuannya, semuanya sangat menyilaukan.

Benar-benar mencerminkan seorang Permaisuri yang sempurna.. Aku tertegun menatap ke arah wanita di hadapanku.

Hari ini, akhirnya aku bertemu dengan Permaisuri Kekaisaran Obelia. Matahari kebanggaan Obelia yang paling anggun, Yang Mulia Permaisuri Navier De Alger Obelia.

"Saya tidak keberatan dengan itu semua, Yang Mulia," aku menyunggingkan senyumku, "saya sangat menghargai permintaan maaf anda."

Navier menarik senyum tipisnya. Aku sudah pernah bertemu dengan wanita anggun ini, rasanya dia semakin bersinar.

"Anda.. jauh lebih menawan dari terakhir kali saya melihat anda, Yang Mulia." Aku mengucapkan itu dengan senyum tipis ku.

Rambutnya yang berwarna pirang seperti emas disanggul dengan cantik, gaun berwarna hijau terbalut indah di tubuhnya. Mata hijau keemasannya menatapku.

"Terima kasih, lady Agriche." Navier menutup mulutnya, "anda juga sudah bertumbuh dewasa, ya."

"Anda semakin cantik, seperti dewi Bela." Aku termangu dengan pujian yang dilontarkan.

Seketika perasaan salting datang menyerangku, "ya ampun! Mana berani saya disamakan dengan dewi Bela!"

Dewi Bela adalah dewi yang menunjukkan kecantikan di Kekaisaran Obelia. Ketika seseorang sudah disamakan dengan dewi Bela, sudah berarti kecantikannya tidak diragukan lagi.

Navier terkekeh sebentar, sebelum akhirnya kami kembali diselimuti dengan keheningan.

Walaupun kami berdua sama-sama diam, tidak ada perasaan canggung diantara kami.

".. Anda terlihat sangat lelah," Navier berujar secara tiba-tiba.

"Saya sudah beristirahat dengan nyaman di istana Azumarine." Aku menjawabnya dengan senyuman yang sempat hilang tadi.

Istana Azumarine adalah istana khusus selir, namun karena Kaisar Claude sama sekali tidak tertarik dengan selir, istana itu akhirnya diubah menjadi istana khusus tamu.

Navier mengulas senyum tipisnya, yang entah kenapa memiliki kesan tersendiri. "Anda tahu dengan jelas maksud dari pernyataan saya."

Aku diam, Navier juga diam.

"Sudah berapa lama?" Navier kembali membuka suara, menepis keheningan yang tadi sempat menghantam kami.

Aku, yang tahu dengan jelas maksud dari pernyataan Navier, mulai gelisah. Tanganku gemetar, pikiranku perlahan-lahan mulai kacau hanya dengan pertanyaan sederhana sang permaisuri.

EQUANIMITYWhere stories live. Discover now