0𝟮𝟵 ; 𝗕ack 𝘁o 𝗛ome

1.8K 347 84
                                    

RENCANAKU GAGAL TOTAL

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RENCANAKU GAGAL TOTAL. Aku sudah merencanakan di kejadian itu akan membiarkan diriku ditimpa bangunan agar bisa membuat Lucas semakin kena dampaknya.

Tapi, semuanya dikacaukan oleh Isis. Pria itu membawa diriku menjauh dan mengamankanku, aku harus memaksanya dulu untuk pergi menyelamatkan yang lain ketika dia bersikeras menjagaku.

Aku sekarang sedang duduk di depan ruangan Wakil Kepala Akademi, aku baru selesai memberikan keterangan. Tentu dengan bumbu-bumbu kepalsuan.

Tapi mereka akan mempercayaiku. Itu pasti.

Haahh... aku menghela nafas. "Hancur semua.."

Seluruh perjuanganku..

"Nona (Name)," Isis memanggilku, aku membuka mataku dan melihat ke arahnya. "Saya membawakan perban."

"Perban?"

"Kaki anda, terluka." Tunjuk Isis, ke arah kakiku yang ternyata ada darah yang sudah mengering. Bahkan kaus kakiku sampai sobek.

Aku baru sadar, "saya bisa mengobatinya sendiri."

Isis berlutut di depanku, dengan hati-hati mengeluarkan kakiku dari sepatu dan kaus kakiku. Dia mengeluarkan sebuah kapas dan membasahinya dengan setetes alkohol.

Setelah itu, dia melilitnya dengan perban yang dia bawa. "Saya tahu anda wanita yang kuat, tapi tolong lebih perhatikan diri anda."

Suaranya memelas.

Aku merasakan perasaan aneh. "Saya sudah terbiasa."

"Tolong jangan terbiasa." Isis menyambar kalimat ku dengan cepat, dia mengangkat kepalanya, mata hijaunya menusuk langsung ke mata merah ku.

Aku membaca sorot matanya, lalu hanya bisa terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya hanya bisa tersenyum, "baiklah."

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

ISIS MEMAKSA UNTUK MENGANTARKANKU KE ASRAMA. Sebelumnya aku sudah berpura-pura kuat dan menolaknya dengan lembut, tapi dia yang melihatku jatuh di depannya semakin bersikeras mengantarku.

Aku berada di punggung Isis, pria itu berjalan dengan tenang ke arah asrama perempuan. Sementara aku hanya diam di punggungnya.

Kami tidak ada keinginan untuk membuka pembicaraan, keheningan seperti ini sudah cukup.

Lagi-lagi aku diserang rasa deja vu.

Aku jadi teringat ketika digendong di punggung oleh Jeremy ketika kakiku sakit. Jeremy yang saat itu... berbeda sekali dengan Jeremy yang sekarang ku kenal.

Aku tahu Jeremy akan beralih. Tapi, aku tetap tidak bisa untuk tidak jatuh ke dirinya.

Jangan ingat dia!

EQUANIMITYWhere stories live. Discover now