Bab 34

26.8K 3.1K 153
                                    

Hari ini Jenia datang ke rumah orang tua Gama. Bukan tanpa tujuan, tapi karena hari ini adalah hari ulang tahun Papa. Jenia ditelepon langsung oleh Mama, diminta untuk datang ke rumah. Katanya, Mama berencana mengadakan acara makan malam bersama di rumah.

Jenia datang lebih awal. Sekitar jam tiga sore ia sudah tiba di rumah megah itu. Ia datang tanpa Gama, karena laki-laki itu masih berada di kantor. Sebenarnya Gama sudah menawari untuk menjemput, tapi Jenia bilang bisa berangkat sendiri. Akhirnya Gama berjanji akan menyelesaikan pekerjaan lebih cepat agar bisa bertemu dengan dirinya dan si kembar.

"Mama kan udah bilang nggak perlu bawa apa-apa," decak Mama saat melihat Jenia membawa sesuatu di tangan.

Jenia tersenyum. Bertamu di rumah siapapun, rasanya tidak pantas hanya datang dengan tangan kosong. Walaupun hubungan Jenia sudah kembali dekat dengan orang tua Gama, bukan berarti ia tidak membawa apapun saat berkunjung.

"Aku bawain dimsum, Ma. Kebetulan tetangga jualan dimsum rasanya enak. Akhirnya, aku beli dan bawa ke sini biar Mama sama Papa bisa cobain juga."

"Dimsumnya enak lho, Oma. Aku aja bisa habis satu kotak sendiri," ucap Alula.

"Aku suka yang ada isi kejunya. Oma harus coba itu," ucap Aruna.

Mama tersenyum menatap kedua cucunya. "Oke, Oma sama Opa nanti cobain," ucapnya sambil mengusap puncak kepala Alula dan Aruna secara bergantian. "Oh ya, dari tadi kalian ditanyain terus sama Opa," lanjutnya memberitahu.

"Sekarang Opa mana?" tanya Aruna celingukan, berusaha mencari keberadaan Opanya di rumah yang sangat besar.

"Opa ada di ruang kerjanya. Kalian ke sana aja."

Tanpa diperintah dua kali, Alula dan Aruna segera berlari ke ruangan yang dimaksud oleh Omanya.

"Aku duluan!"

"Aku!"

Jenia geleng-geleng kepala melihat bagaimana dua anaknya berlari ke ruang kerja. Kemudian ia beralih menatap Mama. "Maaf ya, Ma. Rumah langsung jadi ramai begitu Alula sama Aruna datang."

Mama tertawa pelan. "Mama senang kalo mereka ke sini. Ada mereka tuh bikin suasana rumah jadi lebih hidup."

Jenia mengikuti langkah kaki Mama yang berjalan ke arah ruang tengah. Ia duduk di hadapan Mama dan meletakkan kotak berisi dimsum di atas meja.

Mama memanggil asisten rumah tangga untuk membawakan minum dan cemilan untuk Jenia. "Bi, sekalian dimsumnya ini minta tolong dibawa ke dapur. Nanti sebelum makan malam bisa dipanasin lagi."

"Baik, Bu."

Sepeninggalan asisten rumah tangga, hanya ada Jenia dan Mama di ruang tengah.

"Mama kira tadi kamu datang ke sininya nunggu dijemput sama Gama."

Jenia menggeleng. "Mas Gama bilang masih di kantor dan baru bisa pulang jam setengah lima. Kalo Mas Gama harus jemput aku sama anak-anak dulu, nanti malah mutar-mutar. Kasihan Mas Gamanya."

Mendengar penjelasan dari Jenia membuat Mama menjadi senang. Bisa dilihat kalau perkembangan hubungan antara Gama dan Jenia sangat baik. Memang selama ini ia tidak pernah bertanya secara langsung bagaimana hubungan mereka. Ia sudah bertekad tidak mau ikut campur lagi. Belajar dari kesalahannya di masa lalu yang terlalu ikut campur, malah membuat hubungan pernikahan anak-anaknya berantakan.

"Mama ngundang siapa aja malam ini?"

"Mama nggak ngundang siapa-siapa. Cuma kamu sama si kembar aja," jawab Mama. "Mama juga ngundang Viola sama anaknya," lanjutnya begitu teringat.

Not Finished Yet [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang