Bab 5

43.7K 4.2K 235
                                    

"Mami, Miss bilang kalo besok aku sama Aruna pulang lebih cepat," beritahu Alula melompat duduk di sofa samping Maminya.

"Besok?" Jenia mengerutkan keningnya dalam. Tidak ada pemberitahuan apapun dari guru di sekolah si kembar soal ini.

"Besok hari Jumat maksudnya," ucap Alula melanjutkan dengan kekehan.

Jenia berdecak. "Besok itu masih hari Rabu, bukan hari Jumat."

"Iya, maksud aku hari Jumat. Boleh, nggak?"

"Boleh apa?" tanya Jenia masih dengan wajah bingung.

"Aku sama Aruna diajak main ke rumahnya Mikala. Boleh nggak kalo main ke sana?"

"Kalian beneran pulang cepat kan hari Jumat?" tanya Jenia memastikan.

Alula mengangguk kuat. "Mami kalo nggak percaya tanya aja ke Miss. Mungkin sama Miss belum di-share di grup karena besok masih hari Rabu."

"Oke."

"Beneran boleh, Mi?"

"Biar nanti Mami nanya dulu ke Mamanya Mikala."

"Makasih, Mi." Alula memeluk dan munciumi pipi Maminya. Kemudian ia melepas pelukannya dan berjalan meninggalkan Maminya di ruang tengah sendirian.

"Gimana?" tanya Aruna begitu melihat kembarannya masuk ke dalam kamar.

"Tenang aja, sama Mami udah diizinin."

"Yes!" pekik Aruna senang. "Kamu bilang apa ke Mami kok langsung dibolehin?"

"Aku bilang kalo mau main ke rumah Mikala."

"Kamu nggak bilang kalo kita mau jalan-jalan sama Mikala?" tanya Aruna dengan membelalakkan matanya.

Alula menggeleng.

"Terus gimana dong?"

"Gantian kamu yang minta izin. Tadi aku udah minta izin ke Mami mau main ke rumah Mikala. Nanti kamu bilang aja kalo Mikala ngajak kita jalan-jalan."

"Yaudah, nanti coba gantian aku yang minta izin."

"Gimana kalo sama Mami nggak dibolehin?" tanya Alula cemas.

"Nggak tau, dicoba aja dulu," jawab Aruna santai.

***

Hari Kamis pagi saat Jenia mengantar si kembar ke sekolah, kebetulan ia bertemu dengan Viola, Mama dari Mikala. Mereka mengobrol sebentar di cafe yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.

"Mika sama si twins kayaknya udah tiga kali sekelas, ya?" tanya Viola begitu mengambil kopi pesanan miliknya dan Jenia.

Jenia mengangguk sambil menggumamkan kata terima kasih.

Jenia memang bukan tipe orang tua yang aktif di grup kelas. Ia juga tidak terlalu mengenal wali murid lain secara personal. Bahkan dengan Mamanya Mikala yang notabene sudah tiga kali sekelas, ia juga tidak terlalu dekat. Mereka hanya mengobrol saat ada acara sekolah atau pengambilan rapor. Seingat Jenia, Alula dan Aruna satu kelas dengan Mikala di saat kelas satu, tiga dan empat. Meski usia si kembar baru sembilan tahun, tapi mereka sudah duduk di bangku kelas empat. Usianya memang satu tahun lebih muda dibandingkan dengan teman seangkatan mereka. 

"Anak-anak bilang kalo hari Jumat mau main ke rumahnya Mikala," ucap Jenia mengingat perkataan Alula beberapa hari yang lalu.

"Iya, Mikala juga udah izin ke aku soal itu."

"Apa nggak ngerepotin kalo si twins main ke rumahnya Mikala?" tanya Jenia memastikan.

Viola menggeleng. "Nggak, tenang aja. Aku malah senang kalo ada teman Mikala yang main ke rumah. Dia selama ini suka ngerasa kesepian kalo sendirian di rumah. Paling mainnya sama kucing doang."

Not Finished Yet [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang