"Mbak mau jawaban jujur atau jawaban yang...."

Jenia tersenyum tipis. "Jawaban jujur," potongnya sebelum Kamil menyelesaikan kalimat.

Kamil mengamati wajah Jenia sejenak. "Aku keberatan kalo Mbak Jenia ngasih kesempatan atau sampai rujuk sama Mas Gama."

"Kenapa?" Jenia melipat kedua tangannya di depan dada, menanti jawaban dari Adiknya.

Kamil berusaha mencari alasan, tapi tidak ada satupun alasan yang masuk akal yang bisa ia berikan. Selama ini Gama berlaku baik pada Jenia dan si kembar.

"Kenapa kamu keberatan kalo aku rujuk sama Mas Gama?" tanya Jenia lagi.

Ponsel Kamil tiba-tiba berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Ia menarik napas lega, karena bisa terhindar dari pertanyaan Kakaknya. "Mbak, ada Mas Abi di bawah," beritahunya.

"Hah?" Jenia mengangkat pandangannya, menatap Kamil.

Kamil menunjukkan ponselnya. "Mas Abi barusan nge-chat. Katanya ada di bawah."

"Ngapain?"

"Mau beli sepatu."

Jenia mengerutkan kening. "Beli sepatu? Buat apa?"

Kamil mengangguk. "Buat kado keponakannya yang sebentar lagi mau ulang tahun."

Tiba-tiba ponsel Jenia juga berbunyi. Ada panggilan masuk dari Gama. Buru-buru ia menjawab panggilan itu.

"Halo, Mas."

"Mami, kita ada di depan toko. Mami kapan pulang?!"

Jenia sampai harus menjauhkan ponsel dari telinganya begitu mendengar suara Alula dan Aruna.

"Mami?"

"Kalian jemput Mami?"

"Iyaaaa....."

Jenia mengulum senyum. Rasa capeknya seketika hilang saat mendengar suara anak-anaknya. "Oke, Mami turun sekarang."

"Si kembar jemput?" tanya Kamil begitu melihat Jenia meletakkan ponselnya.

Jenia mengangguk. Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, kemudian meraih gelas kopi yang masih tersisa setengah.

Kamil mengikuti langkah kaki Kakaknya keluar dari ruangan. Begitu sudah berada di lantai bawah, ia melihat Abimana sedang mengobrol dengan salah satu pegawainya.

"Hai," sapa Abimana begitu melihat Jenia dan Kamil jalan menghampirinya.

"Kamil bilang, Mas Abi lagi mau beli sepatu buat kado keponakannya."

Abimana mengangguk, membenarkan.

"Udah nemu yang cocok?"

Abimana terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya. "Bingung, banyak banget yang bagus."

"Beli aja semuanya," sahut Kamil dengan nada bercanda.

"Maunya sih gitu, tapi kaki keponakanku cuma ada dua," ucap Abimana menimpali.

Jenia dan Kamil tertawa pelan.

"Aku berencana beliin dia sepatu sama sepatu sandal."

"Good choices," sahut Kamil tersenyum lebar. Kemudian ia menunjukkan kepada Abimana beberapa koleksi terbaru yang ada di tokonya.

***

Alula menepuk lengan Papinya. "Ngelihatin Mami nggak perlu pakai melotot, Pi."

Aruna yang duduk di kursi tengah, memajukan duduknya agar bisa melihat wajah Papinya. "Papi cemburu lihat Mami sama Om Abi," ucapnya dengan wajah geli.

Not Finished Yet [Completed]Where stories live. Discover now