4. Maaf, aku menyerah

81 16 1
                                    

Sebulan telah berlalu tetapi hubungan Aideen dengan saudaranya semakin merenggang, hampir sebulanan ini ia dan yang lainnnya hampir tak pernah bertegur sapa, seharusnya selama sebulan ini mereka berduka bersama dan saling memguatkan tapi semuanya berbeda, masing-masing sibuk menghindar sehingga keadaan rumah menjadi canggung dan aneh bagi nya. Mereka telah hidup bersama selama puluhan tahun tapi baru kali ini rumah mereka terasa begitu sunyi dan hampa. Aideen yang selalu mencoba kini mulai merasakan lelah karena mustahil tentunya ia hanya seorang diri yang mencoba menyatukan kembali kehangatan didalam rumah.

Berkali-kali Aideen mencoba membujuk saudaranya dan terus berusaha agar mereka kembali menjalin kebersamaan tapi sia-sia, tak ada yang membuahkan hasil, sehingga sekarang Aideen telah mencapai titik lemahnya. ia berhenti. Berhenti mengirimi pesan dan meminta agar saudaranya pulang kerumah dan bertukar cerita. Belum lagi perihal Nathelia, wanita itu seperti gila kerja, ia terus-terusan bolak-balik kantor polisi tanpa pernah tidur karena separuh waktunya hanya untuk Niel dan Nia setelah itu ia lebih memilih di kantor tempatnya bekerja sebagai detektive yang mengawasi kasus Javiero. Aideen jadi bingung harus berbuat apalagi, ia lelah jika harus berusaha seorang diri. Kenapa yang lain tak mau mengerti, inikan bukan pertama kali mereka kehilangan.

Pagi sekali Aideen bangun, ia membuka lemari pakaianya lalu ia mengambil beberapa helai pakaian dan memasukkanya kedalam tas hitam yang sedikit besar. Aideen mempersiapkan diri untuk bekerja dan mengenakan kemeja yang tak tahu kapan sudah berada diatas kasurnya lengkap dengan dasi juga arloji yang menjadi favoritenya, Aideen mengedarkan pandangan mencoba mencari tahu siapa yang menyiapkan setelannya itu.

Tubuh tegapnya kini terbalut rapi dengan setelah yang begitu pas ditubuhnya. Aideen tak lupa ia memasukkan gadget dan laptop pribadinya didalam tas kerja kemudian kedua tas yang berbeda ukuran itu ia letakkan didepan kamar, Aideen melangkahkan kaki menuju kamar si kembar. Ia berdiri didepan pintu yang sedikit terbuka itu, sorot mata nya mengangat, senyumannya melengkung tipis. Setidaknya Nathelia sudah pulang dan memeluk Niel juga Nia dengan eratnya.

Entah apa yang membuat Aideen menjatuhkan air matanya sehingga lelaki itu masuk perlahan, ia tutupi tubuh ringkih Nathelia dengan selimut tak lupa ia singkirkan rambut-rambut halus yang berjatuhan yang mengganggu tidur si cantik. Aideen menatap lekat kedua anak kembarnya itu. "Nurut sama Mamii ya Nak, Papa izin pergi dulu" ucapnya pelan lalu bergantian memberikan kecupan kasih sayang di pipi kanan dan kiri Niel juga Nia.

Keadaan rumah masih sepi, Aideen lebih dulu meninggalkan rumah untuk menuju rumah sakit dan setelah itu ia akan beristirahat selama benerapa hari di hotel tempat ia dan Jocelyn bersama dulu, biarlah Aideen berduka dengan caranya sendiri, karena tak mungkin rasanya jika terus ia tahan seperti ini.

.
..
...

Drtttt....Drttttt....Ddrrttt

Pergerakan Nathelia terusik dengan bunyi jam waker disampingnya, rasanya sangat melelahkan setelah satu malam suntuk ia menyelesaikan kasus di kantornya, belum lagi pekerjaanya yang menumpuk. Nathelia segera bangkit karena teringat belum menyiapkan bekal untuk Aideen, karena biasanya lelaki itu selalu membawa makan siang dari rumah.

Nathelia bergegeas mengikat rambutnya dan berlari menuju dapur dan sebelum itu langkahnya terhenti ketika melihat kamar lelaki itu telah kosong dan begitu rapi, seperti akan ditinggalkan dengan waktu yang lama. Nathelia menghela nafas, ada guratan kekecewaan dilubuk hatinya. Tak berhenti disitu ia memilih memasak sarapan, saat didapur Nathelia melihat hal yang mengejutkan, didalam kulkas ada beberapa tempat makan yang terisi penuh juga tersusun dengan rapi. Ada namanya juga nama Niel dan Nia.

'Hari ini dan seterusnya tugasku di rumah sakit cukup banyak, belakangan ini Niel dan Nia menyukai salad buah jadi aku menyiapkan beberapa box untuk mereka juga untukmu, jaga kesehatan kalian'

Now, You and Me | Jaedeen x Nathelia |Where stories live. Discover now