2. Mencoba Yang Terbaik

85 14 2
                                    

Pagi ini masih sama dan semua pasti berbeda, entah harus bagaimana lagi Aideen berupaya agar mereka tak terlalu larut dalam kesedihan.

Matt selalu menghindar dan terus-terusan lembur sehingga Kaylee mengurus Mark sendirian, Rans juga sama, ia terus mencari alasan agar tinggal dirumah sakit lebih lama, Aireen nampaknya juga begitu ia banyak beralasan bahwa restaurant miliknya sangat sibuk. Aleen tentu saja lebih banyak mengambil tempat di perusahaan dan menghabiskan waktu disana terkadang ia juga tidak pulang dan menginap dirumah Papa Dian. Terkadang hanya ada Aideen dan Chand itupun kalau Chand keluar dari kamarnya.

Mengenai Daddy, lelaki itu kini lebih banyak diam dan jarang berinteraksi dengan siapapun. Aideen berjalan menuju ruang makan, disana ia mendapati Kaylee tengah duduk seorang diri dan menyantap makanannya dengan malas. Mata Kaylee tiba-tiba berbinar saat melihat adik iparnya itu.

"Aideen, ayo sarapan" ajak Kaylee

"Abang, lembur lagi kak?" tanya Aideen

"Humm, katanya banyak dokument yang harus diselesaikan-- maaf ya hari ini kaka masaknya sedikit, soalnya sayang kalau harus dibuang lagi" ucap Kaylee

Aideen tersenyum. "Terimakasih untuk sarapanya kak" ucap Aideen. "Halo jagoan" Aideen menyapa Mark yang duduk dengan tenang menyantap makanannya disamping Kaylee.

"Hallo Papa" sahut Mark riang sambil mengayunkan kakinya yang terjuntai di kursi yang tinggi

Kaylee terdiam, wajah manisnya tertunduk lalu matanya berkaca-kaca ia meraih tangan Aideen dan mengusapnya pelan. "Dek". Kaylee diam tak melanjutkan ucapanya sejenak. "Kalau ini berat buat kamu, tak masalah, kamu juga boleh berduka seperti yang lainnya, jangan diam saja kalau kamu sedih cerita kalau kamu mau marah, marah aja dulu-- kamu pasti kesepian kan? maafkan Abang Matthew ya dek" ucap Kaylee dengan rasa iba kepada adik iparnya itu.

"Terimakasih banyak kak-- nanti aku bicara ke abang biar nggak lembur terus, kasian Mark kalau di tinggal terus" jawab Aideen kemudian melanjutkan menyantap sarapannya.

Kaylee benar, ia juga berduka tapi rasanya berbeda jika semua berduka lantas siapa yang akan mempersatukan mereka kembali. Ternyata Javie seberpengaruh itu dikehidupan mereka. Biarlah Aideen berduka dengan caranya sendiri, Aideen yakin jika ia berusaha lebih keras lagi maka luka kehilangan itu akan tertutup secara perlahan. Tak masalah harus berapa lama.

Masih ada satu jam sebelum ia berangkat ke rumah sakit. Aideen menuju kamar Nathelia, ia ketuk pintu itu namun tak ada sahutan sama sekali beruntung pintunya tak dikunci. Aideen membuka pintu dan melihat Nathelia masih berbaring di kasurnya dengan mata yang terpejam, ia mendekat dan meletakkan punggung tanganya di dahi istrinya itu. Aneh suhu tubuh Nathelia lebih tinggi dari biasanya. Mungkin efek dari kelelahan dan berakhri wanita itu sakit.

Aideen bergegas mengambil sedikit sarapan juga air putih hangat, ia bangunkan Nathelia dengan sabar lalu memintanya untuk menyantap sarapanya meskipun sedikit. Nathelia menurut saja, ia benar-benar memakan sarapan sangat sedikit, Aideen menyeka keringat dingin yang membasahi pelipis si wanita dengan handuk kecil yang telah ia rendam dengan air hangat.

"Jangan berlebihan, aku baik-baik saja" ucap Nathelia susah payah dan menepis tangan Aideen dari dahinya.

"Setelah ini jangan lewatkan jam makan lagi, kau bisa terkena typus nanti. Nath. Kembar masih perlu Mami nya, jadi ku mohon bertahanlah, setidaknya untuk mereka. Kau boleh sedih tapi sisakan sedikit waktumu untuk mereka berdua" ucap Aideen lemah lembut takut menyinggung perasaan Nathelia yang masih sensitif dengan segala hal.

Wanita itu tak bergeming, ia memakan obatnya sekaligus. Aideen memandangi wajah pucat Nathelia dan tubuhnya yang bergetar, tanganya ingin sekali mengusap wajah si wanita tapi Aideen takut jika perbuatanya itu mengganggu sang istri. Iya istri, istri mendiang adiknya yang ia nikahi karena permintaan dan wasiat sang adik.

Now, You and Me | Jaedeen x Nathelia |Where stories live. Discover now