Pasir Putih 2

451 1 0
                                    

“Loh, itu kan…” kata Hana pelan.

“Siapa?” tanyaku.

“Pacar Mbak Dilla!”

***

“Serius?” tanya Tia kaget.

“Eh, mantan ding!” jawab Hana, “Katanya udah putus!”

Dilla memang pernah bercerita tentang mantannya itu. Dulu teman sekelasnya sewaktu SMA. Dan mereka sudah berpacaran sekitar satu tahun.

Kami terus menggodanya di mobil.

“Udah putus kok!”

“Bener, Dill?” tanya Tia, “Kapan?”

“Udah agak lama. Cuma lewat telepon sih! Aku kan nggak sempat pulang!”

“Terus?” buru Tia.

“Dia nggak terima diputusin!”

“Terus kenapa ia tadi di sana?”

“Yah, dia juga suka buku. Dulu kita sering ke toko itu.”

**

Malam harinya, tante Dilla menyiapkan makan malam rawon. Hidangan yang juga belum pernah kurasakan sebelumnya. Lauk padanannya adalah daging sapi dan telur asin.

Seumur-umur aku membenci telur asin. Mencium baunya saja mau muntah. Dan malam itu tante memaksaku memakannya.

Ternyata enak juga dimakan bersama rawon. Dan tauge-tauge itu sungguh pas dicampurkan dalam keadaan mentah. Penambah vitalitas pria! Dan entah harus kulampiaskan pada siapa vitalitasku ini nantinya.

Kami bermain kartu selepas makan malam. Berempat bersama Hana sembari berbincang.

Dan bahasan yang sedang hangat adalah tentang mantan Dilla. Ia berkuliah di kota lain yang dekat dari sini. Hanya sekitar dua jam perjalanan. Dan tentunya ia sedang liburan semester juga.

Si duo kecil lagi-lagi menimbrung, “Ikut Kak, main Remi!” seru keduanya bersahutan.

“Alah! Anak kecil sana main sendiri!” jawab Hana ketus macam Kak Ros kepada Upin Ipin.

“Ahh, nggak mau, nggak mau!” sahut mereka bersamaan.

Tiba-tiba mantan Dilla datang mencarinya. Dilla segera menemuinya di teras rumahnya.

Kami teruskan bermain kartu di rumah tante Dilla.

“Wis, tuh!” kesah Tia sambil tersenyum menggeleng-gelengkan kepala, “Kok datang segala? Sana temuin, Dean!”

“Males, ah!” jawabku.

“Pada nggak setuju kok sama dia, Mas!” sahut tante Dilla, “Terutama mama Dilla!”

“Kenapa?” tanya Tia.

“Yah, nggak setuju aja. Kurang gimana orangnya!”

“Om Hendi, ya?” sahut Mega si kecil, “Aku juga nggak suka kok!”

“Halah, kamu ikut-ikutan!” balas Hana gemas.

“Om, Om Dean pacar Mbak Dilla, ya?” tanya Mega padaku, “Aku lebih suka Om daripada dia…”

Ia menunjuk lucu mantan Dilla.

“Oh ya? Kenapa?” tanya Tia tertawa.

“Nggak suka aja!”

“Udah, anak kecil diem aja, ah!” potong Hana.

****

Pagi harinya Tia mengantarkan segelas kopi untukku di ruang tamu tante Dilla.

Akibat Game SeksiWhere stories live. Discover now