Chapter 1

35 4 1
                                    


Gisella

****

Seorang gadis yang bernama Gisella terbangun karna alarm yang kencang dalam kesunyian pagi..

"Astaga sudah jam 8, aku telat kesekolah" ucap gisella saat liat jam di handphone nya..
Dia sangat terburu-buru untuk mandi sarapan dan berangkat kesekolah. Pada saat itu dia masih duduk dibangku SMA kelas 3.

"Selamat pagi bu maaf saya telat" ucap Gisella kepada gurunya dia sambil dengan terengah-engah nafas terdengar dari suaranya.

"Tidak ada jeranya kamu ya, hampir setiap kelas saya kamu selalu telat" ucap guru matematikanya .

Dalam hati gisella berkata
"Emang sengaja untuk tidak masuk kelas guru ini" dia sangat tidak suka tentang banyak pelajaran terutama matematika.

Gisella memiliki pacar yang bernama Yoga, Yoga sosok lelaki yang terkenal di sekolahnya dan mereka berdua tau dalam hubungan yang toxic dan tetap bersama.

Apakah ini yang dinamakan cinta? Atau hanya saling membutuhkan satu sama lain?

"Gi, mau kekantin gak?" Tanya Yoga kepadanya

"Gak ah aku mau dikelas aja" ucap Gisella dengan raut muka yang lelah dan mata yang mengantuk.

Gisella adalah anak pertama dari dua bersaudara, dia lahir dengan keluarga yang lengkap tapi dalam kelengkapan itu dia tidak merasakan keharmonisan dari keluarga.
Dia tinggal dengan keluarga lainnya tanpa kedua orang tua dan adiknya. Dia merasa sendiri disetiap harinya.

"Gi ayo pulang bareng aku" ucap Yoga kepada Gisella

"Aku mau pulang sendiri aja" ucap Gisella kepada Yoga terdengar berusaha menghindari Yoga

Gisella berusaha menjadi sesosok perempuan tangguh dengan beban yang sangat dipukulnya
Bukan hanya hidupnya sendiri tapi dengan percintaannya yang sangat tidak baik.

Gisella selalu bertanya pada dirinya sendiri tentang arti cinta kasih sayang dan kenyamanan

"Apakah aku nyaman dengan hidupku ini?"Ucap Gisella

"Atau aku hanya menjalani kehidupan aku tanpa tujuan? Atau bahkan dengan kekosongan" ucap Gisella dengan dirinya

Saat tetiba dia dirumah hanya kucing dan tante nya yang menyapanya terkadang tak ada seorang pun yang menyapanya saat sampai dirumah. Dia sudah berdamai dengan keheningan dan kesunyian setiap harinya.

Bruk.... Terdengar suara bantingan pintu

"Aku capek harus sekolah setiap hari, aku capek harus berpura-pura baik, aku capek harus ketemu yoga disekolah" ucap Gisella

Lelah capek selalu menjadi alasan untuk marah emosi, bahkan menyalahkan diri sendiri sudah menjadi hal biasa dalam hidupnya..

Menyalahkan keadaan yang selalu tidak seimbang untuknya, menyalahkan hidupnya yang karena tidak sama dengan teman-temannya. Bahkan menyalahkan kehidupannya karena dia tidak memiliki keluarga yang harmonis.

Dia selalu menyalahkan kehidupannya karena tidak adil untuknya, karena terlalu berat dan kejam baginya.

Tapi didalam lubuk hatinya dia sangat ingin memiliki orang yang bisa mengerti dia, dalam masa sulit atau saat merasa sendiri.

Tapi hanya khayalan dia dan keinginan dia semata. Kenyataannya Gisella memiliki seorang pacar tapi bagi dirinya dia tetap sendiri menjalani kehidupan sehari-hari.

"Namanya cinta monyet, mana ada yang bisa mengerti beratnya kehidupan, apa lagi pacaran sama orang toxic penuh dengan drama" ucap Gisella dengan penuh amarah

Mereka berpacaran sudah lebih dari 1 tahun tapi Gisella selalu merasa sendiri dan munculnya sifat egois dalam hubungannya dan sikap kasar dari Yoga kepadanya...

Yoga selalu memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan kekasihnya itu, apakah itu adalah keegoisan?

"Hallo sayang, nanti malam aku jemput ya kita makan diluar" ucap Yoga di telfon

"Aku lagi gak enak badan, besok-besok aja ya, lagi pula besok kita ketemu di sekolah bisa makan di kantin" ucap Gisella kepada Yoga

"Susah banget sih diajak pergi, padahal masih banyak yang mau sama aku, makan sama aku, pergi sama aku selain kamu" ucap Yoga kepadanya.

Setelah mendengar ucapan yoga hanya keheningan dan Gisella langsung menutup telfonnya

"Kamu ajak aku makan karna mungkin kamu melakukan kesalahan yang aku tidak tau, jadi kamu memperlakukan aku kembali dengan baik seperti yang sebelum nya dan ketika aku menolak ajakan selalu mengucapkan kata-kata itu" ucap Gisella dalam hatinya

Gisella sangat sudah tidak nyaman dengan apa pada dirinya saat ini, bukan hanya dengan keluarganya bahkan dengan pacarnya pun sudah tidak merasakan kenyamanan itu.

Setahun lalu saat dia masih pdkt dengan Yoga, Gisella memiliki keinginan dan ekspektasi yang sangat tinggi terhadap Yoga.

Dia berfikir bahwa Yoga bisa menyembuhkan rasa kesepiannya, rasa ketidak nyamanannya, dan rasa kepahitan yang sudah dia alami selama ini, Ternyata tidak sama sekali.

Gisella mencoba menerima dengan sangat terbuka, dia selalu mencoba untuk mengubah Yoga seperti yang dia inginkan. Dapat mengerti dirinya dan melakukan hal yang membuatnya bahagia.

Tapi disuatu ketika dia tersadar bahwa selama ini hanya dirinya yang memaksakan hal-hal yang seharusnya tidak bisa dipaksakan. Dia diperlakukan dengan tidak baik, bahkan jauh dari yang dia inginkan. Dan mendapatkan sikap yang kasar dari Yoga dari kata dan tingkah laku.

Terdengar suara motor didepan rumah Gisella disore hari...

"Tok.. tok.. Gisella tok...tok Gisella" ucap Yoga dengan tergesah gesah mengetok pintu

Suara pintu pun terbuka

"Kamu menghindar dari aku kan, kamu perempuan gak tau diri, sudah bagus aku mau sama cewek aneh kaya kamu" ucap Yoga kepada Gisella dengan mencengkram lengannya dengan penuh emosi

Gisella hanya bisa terdiam kaku mendengar ucapan Yoga

"Kamu seharusnya bersyukur bisa pacaran sama aku, disekolah dan diluar sekolah banyak yang ngantri buat jadi pacar aku, banyak cewek-cewek cantik yang mau sama aku, dasar cewek aneh gak tau diri" ucap Yoga kepadanya dan semakin erat cengkraman dilengannya.

Gisella hanya bisa menangis mendengar ucapan Yoga kepadanya, dia seperti tertampar dengan kata-kata Yoga dan dia sangat sadar bahwa hubungannya sudah sangat buruk dan menyakitinya.

"Tolong lepasin aku, sakit Yoga lengan aku. aku memang mengindar dari kamu karena aku capek pacaran sama kamu, aku capek kamu gak bisa ngerti aku, aku capek dengan kata-kata dan sikap kamu yang kasar" ucap Gisella kepada Yoga dengan berusaha melepaskan cengkraman tangan Yoga di kedua lengannya.

Akhirnya Yoga melepaskan lengannya dan pulang meninggalkan Gisella tanpa satu kata apapun.

Sejak Yoga pergi, Gisella mengurung dikamarnya dan menyesali apa yang sudah terjadi dihidupnya. Dan hal yang menyedihkan dia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang sudah terjadi.

"Apakah aku memang tidak pantas untuk dicintai dan disayangi seperti orang-orang diluar sana?" Ucap Gisella dengan air mata yang menetes diwajahnya.

Selanjutnya di next chapter ya —>

Terimakasih sudah membaca chapter 1🫶🏻

Perjalanan seorang wanita untuk mencintai dirinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang