3. Dia Kembali?

134 23 1
                                    

Di dalam kelas, terlihat semua mahasiswa mulai mengantuk kala seorang dosen tua memaparkan materi menggunakan metode ceramah. Begitupun dengan Nakala, dia memang anak yang pandai tapi jika harus di hadapkan dengan dosen seperti itu tetap saja materinya tidak akan masuk ke otaknya. Belum lagi ruangan ber-AC yang membuatnya merasa semakin ingin memejamkan mata. Dan jika sudah seperti ini, satu pertanyaan yang ada di benak mereka, 'kapan selesainya?'

"Baiklah kelas kita sudahi sampai disini, sampai bertemu minggu depan"

Dan ketika sang dosen bicara demikian, semua orang yang ada di dalam kelas itu tampak sangat girang. Seketika rasa kantuk yang tadi mereka rasakan hilang begitu saja

Seseorang menghampiri Nakala saat laki-laki itu sedang membereskan buku-bukunya "Nongkrong dulu nggak Ka?" Tanya seorang pemuda bernama Bian. Bian adalah satu dari dua orang sahabatnya, satunya lagi adalah Fiyan atau kerap di panggil Iyan oleh teman-temannya. Namun, hari ini Iyan tidak masuk karena ada urusan keluarga

Nakala menggeleng "Gue masih ada tugas yang belum di kerjain"

Bian berdecih "Tugas mulu perasaan, sekali-kali nggak ngerjain tugas nggak bikin nilai Lo jelek Ka"

Mendengar hal itu, Nakala menoyor kepala Bian dengan satu tangannya "Gue bukan Lo yang nggak pernah ngerjain tugas dari semester satu sampe sekarang!"

"Bajingan, Gue pernah ngerjain!"

"Iya, tapi nyontek"

"Kan yang penting ngerjain"

Nakala merotasikan matanya, terkadang ia heran dengan Bian yang hidupnya bisa tetap tenang meskipun tugas belum di kerjakan. Beda dengan dirinya yang belum bisa tidur nyenyak jika ada satu tugas yang belum ia kerjakan. Bukan sok rajin, hanya saja ia merasa di berikan tanggung jawab setiap kali mendapat tugas

"Minggir, Gue mau pulang" Ucap Nakala karena Bian menghalangi jalannya

"Gue ikut ke rumah Lo ya?"

"Mau ngapain?! Gue-"

"Boleh!"

Bakal geleng-geleng kepala, sebenarnya apa gunanya bertanya kalau ujung-ujungnya di jawab sendiri. Nakala tidak lagi menjawab dan membiarkan Bian ikut ke rumahnya, lagipula tidak ada salahnya, lumayan dia tidak terlalu kesepian karena di rumah pasti belum ada orang di jam-jam segini

Kemudian keduanya mengendarai motor masing-masing menuju Penthouse. Sebelum sampai, mereka berhenti di supermarket membeli makanan dulu untuk menemani mereka

"Lo yang bayar ya Ka, kan Lo yang punya rumah" Ucap Bian sambil mengedipkan matanya beberapa kali membuat Nakala bergidik. Meskipun begitu, ia tetap menurut dengan membayar semua belanjaan

Bian keluar terlebih dahulu, sedangkan Nakala harus membayar belanjaan terlebih dahulu. Saat sedang mengantre tiba-tiba mata Nakala tidak sengaja melihat seseorang yang selama ini ia benci. Mata Nakala memanas seiring wanita itu mulai mendekat ke arahnya, tapi sepertinya wanita yang tidak lain adalah Kaluna itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Nakala di sana

Nakala seketika memalingkan wajahnya saat Kaluna melewatinya begitu saja. Dadanya serasa bergemuruh menahan sesak, selama belasan tahun baru kali ini ia bertemu dengan Kaluna lagi. Walaupun ia berusaha untuk tidak peduli, tetap saja ia adalah seorang anak yang di beberapa kesempatan merasa rindu dengan sosok seorang Ibu

"Mas mau bayar apa nggak? kalo nggak biar saya dulu"

Nakala menoleh ke belakang dan meminta maaf kepada ibu-ibu karena membuat antrean terhenti. Setelah menyelesaikan pembayaran, Nakala buru-buru pergi dari sana karena tidak ingin bertemu dengan ibunya lagi. Tapi sayang seribu sayang, di luar ia justru bertemu dengan Kaivan. Keduanya berkontak mata, tapi Nakala memutuskannya terlebih dahulu dan mengajak Bian untuk segera pergi dari sana

Sayap Putih Where stories live. Discover now