1. Kehidupan

146 18 4
                                    

Seorang wanita cantik keluar dari sebuah ruangan bercat putih sembari menggunakan jas putih kebanggaannya. Wanita itu adalah Raina yang baru saja selesai melakukan pemeriksaan terhadap pasien-pasiennya, setelah ini ia akan pergi ke ruangannya untuk bersiap pulang ke rumah. Raina adalah seorang dokter anak di rumah sakit milik ayahnya tersebut, Raina mengambil jurusan itu karena ia memang sangat menyukai anak-anak. Sayangnya dia sendiri tidak bisa memiliki seorang anak

"Bukannya kamu ambil cuti selama satu minggu? kenapa masih berkeliaran di sini?" di tengah jalan Raina bertemu dengan Seana yang merupakan teman dekatnya

Raina tersenyum "Ada pasien anak-anak yang nggak mau di periksa selain sama aku Na jadi ya mau nggak mau aku harus kesini, tanggung jawab"

Seana geleng-geleng kepala "Kamu terlalu baik sih sampe anak-anak cuma mau di urus sama kamu, bahkan anakku juga" Ucapnya sembari menyamakan langkah kaki dengan Raina

"Gimana keadaan suami kamu? katanya abis kecelakaan?" Tanya Raina

"Udah jauh lebih baik, cuma luka ringan kok"

Seana dan Raina adalah dua sahabat yang tidak bisa di pisahkan. Keduanya sudah saling mengenal sedari kecil karena mereka dulu pernah bertetangga. Memiliki sahabat seperti Seana adalah sebuah anugrah terindah bagi Raina, karena wanita itu sangat mengerti apapun tentang Raina. Seana jugalah yang membantu Raina bangkit dari masa-masa terpuruknya. Begitupun sebaliknya, Seana juga merasa sangat beruntung memiliki sahabat berhati malaikat seperti Raina

"Oh iya Rai, aku mau tanya sesuatu"

"Apa?"

"Kemarin aku nggak sengaja ketemu sama Gilang di sini, dia nemuin kamu?" Alis Raina terangkat

"Buat apa dia ketemu aku?"

"Ya siapa tahu kan? kalian kan pernah-"

"Seana semuanya udah selesai, aku sama Gilang udah nggak ada hubungan apapun lagi jadi please jangan sangkut pautin dia sama aku lagi" Gilang adalah mantan kekasih Raina yang pernah hampir menikah dengannya. Dan entah kenapa, Seana ini masih sering menyangkut pautkan Gilang padanya seolah mereka masih berhubungan

Seana merasa menyesal menanyakan hal itu kepada Raina "Rai maafin aku ya, aku nggak bermaksud buat kamu inget kenangan buruk itu lagi. Aku cuma penasaran aja, maaf ya harusnya aku nggak tanya ke kamu"

Raina tersenyum kemudian menepuk bahu sahabatnya itu "Nggak perlu minta maaf, tapi lain kali jangan bahas dia lagi di depanku ya?" Seana mengangguk lega

Kini keduanya sudah sampai di ruangan Raina. Seana hanya diam memperhatikan Raina yang menanggalkan Jas putih kebanggaannya itu. Seana tersenyum melihat sahabatnya yang masih terlihat sangat cantik walaupun usianya sudah tidak lagi muda. Mungkin karena efek masih perawan juga yang membuat Raina terlihat lebih muda dari usianya. Sebagai seorang sahabat tentunya Seana sedih melihat Raina yang tidak juga menikah di usianya yang sekarang. Namun di luar itu, Seana akan selalu mendukung sang sahabat apapun alasannya

"Rai gimana kabar Om Dirga? Aku udah lama nggak main kerumahmu dan Om Dirga juga sekarang udah jarang ke sini"

Raina menoleh "Ayah baik, malah Ibu yang kemaren sempet darah tingginya kambuh"

Seana terkejut "Kok bisa?"

Raina mengangguk "Seperti biasa, Ibu nanggapin tetangga-tetangga yang suka ngatain aku mandul"

"Ck! Kenapa kamu nggak pindah rumah aja sih Rai? tetangga-tetangga kamu itu udah nggak waras tau nggak? mereka juga kan punya anak, harusnya bisa jaga omongannya" Seana geram setiap kali mengingat tetangga-tetangga Raina yang super duper julid menurutnya

Sayap Putih Where stories live. Discover now