Kini pandangan Jean lekat menatap ke arah Ellisa dengan tatapan yang sulit diartikan, apalagi Anne merasa Ellisa dan Jean tampaknya sudah saling mengenal, tatapan tajam mereka masing-masing terlihat penuh arti yang tersembunyi.
Jean beralih menatap Anne. "Aku ingin berbicara denganmu."
"Aku tidak mau."
"Ini tentang Cindy."
Anne membulatkan kedua matanya, Jean terkekeh setelah melihat reaksinya. "Bagaimana? Apa kau tetap tidak ingin berbicara denganku?"
"Ayo kita bicara." Anne berucap dengan penuh penekanan.
"Anne." Ellisa menggelengkan kepalanya.
"Aku harus berbicara dengannya jika itu tentang saudaraku." Anne tidak ingin berbicara dengan Jean, tetapi ia tidak akan bisa menolak jika berkaitan dengan saudaranya.
Kemudian Anne mengajak Jean ke suatu arah, tetapi mereka masih berada di sekitar area parkir.
"Apa yang kau tahu tentangnya??"
"Aku bertemu saudaramu."
"Di mana kau bertemu dengannya??"
"Di rumah Matteo."
Anne menggeleng tak percaya. "Ceritakan padaku semuanya dengan jelas." pintanya.
"Ini tidak gratis." Jean menarik sudut bibirnya, raut wajah yang sebelumnya datar, sekarang berubah menjadi licik.
"Aku akan melakukan apa pun yang kau mau, katakan sekarang tentang Cindy." Anne berucap dengan nada tinggi.
Jean menaikkan salah satu alisnya. "Kau yakin akan melakukan apa pun yang aku mau?"
Anne terdiam, ia sebelumnya berbicara dengan spontan.
"Kali ini aku tidak akan meminta banyak darimu, aku hanya ingin kita kembali berkencan seperti dulu."
Anne menyatukan kedua alisnya dengan tatapan tajam, Jean selalu saja seperti ini, dia selalu menginginkan timbal balik dalam hal apa pun.
"Bagaimana?"
Anne menelan ludahnya dengan masih menatapnya tajam, ia tidak sudi kembali lagi berhubungan dengan Jean seperti dulu.
"Aku akan menghitungnya." Jean melipat tangannya di depan dada. "Satu... dua..." ia terus lanjut menghitung, sengaja mempermainkan Anne, dan saat dihitungan kesembilan dia menyetujuinya.
"Aku setuju..." Anne berucap dengan terpaksa dan suaranya mengecil.
"Apa? Aku tidak mendengarnya?" Jean mendekatkan telinganya pada wajah Anne."
"Aku setuju." Anne mengulang ucapannya dengan penuh penekanan dan menatap Jean dengan sangat tajam.
Jean langsung memeluknya dengan sangat erat sampai tubuh Anne terdorong ke belakang. "Sekarang kita kembali seperti dulu, kan??" Ia melepaskan pelukannya, dan menatap Anne dengan sangat senang.
Anne tidak menanggapi itu, ia meminta Jean agar segera memberitahunya.
"Harusnya dari dulu aku dan ayahku datang ke rumah Matteo, ternyata selama ini saudaramu ada di rumahnya, dia yang menculiknya."
"Jelaskan sekarang." Anne berucap dengan nada tinggi, ia marah karena Jean bertele-tele, atau jangan-jangan dia berbohong?
Jean menghela napas, tidak bisakah Anne bersabar, dan mau menanggapi rasa senangnya?
YOU ARE READING
(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫
Teen FictionSeason 2 dari ZIONNE "𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘮𝘢𝘴𝘢-𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘬𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘩...
𝟔𝟏. 𝐑𝐞𝐜𝐢𝐩𝐫𝐨𝐜𝐚𝐥
Start from the beginning