--《6》Let's Go? --

8 2 0
                                    

~~ Tentang Asa di Lautan Qalbu ~~

♧♧♧

Ruang keluarga Kyai Labib kini di penuhi dengan aura ketegangan yang begitu menguar, membuat semua orang yang ada di dalamnya tak bisa menghirup o² dengan benar.

"Ngapuntene sanget Abi, niki wonten hal genting nopo nggeh?"

"Zayyan dereng rawuh-rawuh, Le. Padahal wes jam semene" (Zayyan belum datang-datang,nak. Padahal sudah jam segini)

"Innalillah... Zayyan-nya sampun dipun hubungi, Bi?"

"Ummi sampun nyuruh Zayn ngehubungi, mugi-mugi ae ora ono kabar kang ala"

"Amin"

Sedang dari arah luar, Zayn datang dengan kedua orang tuanya dengan wajah yang juga terlihat sama tegangnya.

"Pye Le? wes ono kabar tah durung?" (Bagaimana nak? Sudah ada kabar apa belum?) Tanya Kyai Labib dengan raut cemas yang tak bisa di sembunyikan. Karena, nasib anak perempuan semata wayangnya juga nama baik pesantren yang telah lama Ia jaga akan menjadi taruhannya.

"Ngapuntene sanget, Romo Kyai, Kulo mboten saged ngehubungi Zayyan" ucap Zayn dengan menundukkan kepalanya merasa bersalah

"Sepurane Kyai, Ndek wau piyambake pamit kaleh Kulo lan garwane Kulo, yen arep mriki ryen. Turene yo ono sing perlu di urus" (maaf kyai, tadi dia pamit sama saya dan istri saya, jika mau kesini duluan. Bilangnya ya ada yang perlu di urus)

"Pripun niki, Bi? Tamu-tamu sampun ngentosi dangu" (bagaimana ini, Bi? tamu-tamu sudah pada nungguin lama)

"Eumm.... ngapuntene sedoyo, niki kulo ningali surat ing dalem dasboard mobil, Kyai" ujar santri dari rombongan Zayn

"Waos, Zayn"

"Nggeh, Romo"

Assalamu alaikum

Awal kata, saya minta maaf atas segala tindakan yang saya ambil ini. Terlebih lagi kepada keluarga besar Romo Kyai Labib, terkhusus kepada Arasea, Maaf.

Maaf, Saya belum siap untuk menjadi seorang pemimpin rumah tangga juga pesantren. Saya belum bisa mengemban amanah yang berat itu di kedua pundak saya.

Teruntuk Abah dan Ummah, Zayyan mohon ridhonya untuk meneruskan studi di kayro. Maaf seribu maaf saya ucapkan. Tapi, Zayyan benar-benar tidak bisa.

Tertanda

Zayyan Fahmeed Dhiaurrahman

"Astagfirullah...." Kyai Rohim_Abah ZAyn dan Zayyan memegangi dadanya dan terduduk lemas 

"Sabar Abah" ujar Ummi Fadhilah_Ummi si kembar sembari mengelus pundak suaminya

"Abi...?" lirih BU Nyai Laila kepada Kyai Labib

"Kita kudu ndang luru calon liyane ummi, yen ora gelem putri kita ngelajang saklawase" 

"Ngapuntene sanget Kyai atas kelakuane  putra kulo" lirih Kyai Rohim

"Pripun maneh Kyai? Bocahe wes mblayu" (mau bagaimana lagi Kyai? anaknya sudah pergi {lari}

Bu Nyai Laila lantas menghampiri Zayn dan memegang bahunya, pemuda itu lantas menatap BU Nyai-nya dengan pandangan bingung bercampur tanya

"Gus..." lirih Bu Nyai Laila, tangannya kini sedikit menekan bahu Zayn dan membuat pemuda itu kini tak berani bernapas. Firasatnya mengatakan, tak lama lagi Ia akan di bebani tanggung jawab yang begitu besar.

La haula wa la quwwata illa billah.... hamba ikhlas ya allah, Ku pasrahkan semuanya kepadamu

"Nggeh, Bu Nyai?" lirhnya dengan menunduk pasrah

Bu Nyai Laila lantas menatap sang garwa (suami/ pasangan) keduanya pun mengangguk saling memberi kode lewat tatapan mata. Bu Nyai Laila pun tersenyum lembut kepada Zayn

"Sampeyan purun tho bantu Romo kaleh Bu Nyai?" 

"Niku panci tugas ipun Kulo Bu Nyai, nopo mawon ingkang panjenengan lan Romo dawuhaken selagi niku kabecikan, Kulo sendhiko dawuh"(itu memang tugas saya Bu Nyai, apapun yang engkau dan Romo Kyai perintahkan selagi itu baik [sesuai syari'at islam] saya patuhi.

mendengar jawaban dari pemuda di depannya itu Bu Nyai Laila tersenyum senang begitupun dengan Kyai labib dan kedua orang tua Zayn yang menghela napas lega

"alhamdulillah" ujar para orang tua disana dengan lengkungan sabbit di bibir masing-masing menghapus raut tegang di sana.

"Ngapuntene Abi, Ummi, tugas nopo ingkang panjenengan sedoyo ngendhika'aken?" tanya Rizal yang mewakili pertanyaan Zayn. Meski Zayn sudah menduga tugas apa yang sekiranya akan di bebankan kepadanya nanti

kembali, Bu Nyai Laila tersenyum sembari menatap para tetua di sana yang mengangguk dan tersenyum tipis

"Gus, sampeyan siap tho gantosaken Romo, jogo putri semata wayange Romo?" giliran Kyai Labib yang kini memegang bahu Zayn dan sedikit menekannya membuat pemuda itu seketika lupa bagaimana  caranya bernapas

"Allah..... la haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim.... alhamdulillahi ala kulli hal"

Zayn menghirup O2 sebanyak yang Ia mampu lalu mengembuskannya dengan perlahan. Ia lalu melirik kedua orang tuanya yang mengngguk sembari tersenyum lembut. Kini Zayn memberanikan dirinya menatap kedua mata sang Kyai dan mendapati tatapan lembut disana

"bismillaahir rohmaanir rohim, kanti ridhonipun Allah swt. ugi Abah kaleh Ummi, Kulo Zayn Aqsyad Dhiaurrahman siap mengemban tanggung jawab sangking panjenengan Romo. Ananging kulo mboten saged janji dumateng panjenengan, saged ndamel putrinipun panjenengan senantiasa bahagia amargi kulo mboten nggadahi kuwaos kados mekaten" dan Kyai labib menanggapinya dengan tepukan di bahu pemuda itu juga senyuman bangga

"Mugi allah pinaringan lancar,Le"

"kok yo ijeh ing kene awakmu Le!  lindang ewangi santri-santri nyiapke tetek bengeke kono" (kamu kok ya masih disini! cepat bantu para santri mempersiapkan pernikahannya sana) pinta Bu Nyai Laila kepada Rizal dengan semangat yang kini kembali mengudara

"sendhiko dawuh, Ummi"

******

Sedang di kamar pengntin, gadis bergaun pengantin yang telah dirias cantik itu tampak terduduk kaku setelah membaca selembar kertas yang telah berhasil Latifah curi dari ruang keluarga

"Kak.... Kak Sea, enggak papa?" lirih Latifah sembari memegang bahu sang kakak sepupu

"Bisa tinggalin Gue sendiri?" pinta Sea dengan datar membuat gadis remaja itu diliputi rasa bersalah

"Tapi..."

"Pergi Fah!"

"Tapi Kak... jangan kabur lagi ya?"

"GUE BILANG PERGI, LATIFAH AZ-ZAHRA! PAHAM BAHASA MANUSIA KAGAK, LO?"

"Maaf, Ifah pergi dulu"

seperginya remaja berusia 17 tahun itu, Sea tertawa meratapi nasib yang di anggapnya lucu itu

"Hahahaha..... emang Gue di takdirkan untuk ngelajang sepanjang masa. Terima kasih tuhan, Kau mengabulkan inginku tanpa kuharus mengemis padamu"

Dengan gerakan kilatnya gadis itu segera mengemasi barang yang di anggapnya penting dan tersenyum miring kepada pantulan dirinya di cermin

"Let's go, Sea, Impianmu menanti di depan sana"

Bruak

.

.

.

Tbc

Next atau enggak nih Guys?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Asa di Lautan QalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang