--《4》Bakal Mantu? --

13 1 0
                                    

~~ Tentang Asa di Lautan Qalbu ~~

《¤¿¤》

Malam ini keluarga ndalem di selimuti oleh riak kekhawatiran. Bagaimana tidak? Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, namun Sea belum juga menampakkan tanda-tanda kesadaran. Dan sedari sore tadi, Kyai dan dan Bu Nyai tak bisa memejamkan kedua matanya barang semenitpun, begitupun dengan Rizal yang merasa bersalah karena telah memicu trauma sang adik, Ia juga salah telah menaruh curiga pada anak dari sahabat sang Abi.

Selepas Sea di tangani tadi, Zayn telah menceritakan segalanya mulai dari dirinya yang tak sengaja menabrak sang anak kyai sampai dengan terjatuhnya mereka berdua di emperan sawah. Dan Kyai Labib, sudah menduga bahwa apa yang di ikrarkan putrinya hanyalah sebuah alasan agar dirinya tak jadi di jodohkan dengan Zayyan.

Dan lagipun, Kyai Labib juga sudah sangat mengenal Zayn, santri kepercayaannya yang sudah tiga tahun ini mengabdi di Ponpesnya, setelah sebelumnya nyantri selama 7 tahun lamanya. Jadi, Ia dengan tenang menanggapi keluhan Rizal mengenai Zayn.

Berbicara tentang Zayn, pemuda itu masih berada di ndalem bersama sang saudara kembar. Biar bagaimanapun, Zayn tetap merasa bersalah disini, karena dirinyalah Sea menjadi seperti ini. Ya, sekarang Ia dengan tulus mengakui bahwa dirinya telah salah.

Karena sedari awal, Zayn terus meladeni permintaan gadis itu. Andai Ia tahu jika Sea adalah putri sang kyai, maka sudah sedari awal bertemu tadi Ia membawa gadis itu ke ndalem, bukan malah menemaninya melarikan diri. Ah, apa gunanya berandai-andai? Semua sudah terjadi bukan?

"Ck, ngapain musti di tungguin sih, Zayn? Di dalam juga kan sudah ada keluarganya, kita kembali saja ke kamar tamu, tidur!"

"Yo gak enak tho kaleh Romo yai! Orang putrinya sakit juga kan karena Ana tadi" (ya enggak enak sama pak kyai!)

"Tapi kan Lo udah jelasin semuanya, kalo Lo enggak salah! Kenapa musti enggak enak?"

"Ck, ape tak jelaske koyo opo wae, yo kowe ora bakalan mudeng, Yan! Wes balik o kono, yen ora ikhlas ngancani Ana!" (Ck, mau saya jelaskan bagaimanapun juga kamu enggak akan faham, Yan! Sudah kembali aja sana kalau tidak ikhlas menemaniku!)

"Yaudah, Gue ke kamar tamu duluan" sepeninggal kembarannya itu, Zayn kembali menghisap rokoknya sembari memejamkan kedua matanya. Pikirannya kini di penuhi oleh seorang Arasea Zaheera. Entah, haruskah Ia bahagia karena sosok gadis yang selama ini Ia rindukan itu kembali dilihatnya? Ataukah Ia bersedih karena ternyata trauma itu masih ada?

Tapi Sea memang sudah kotor mas!
Sea sudah kotor! Sea mau mati!
Sea sudah kotor!
Sea mau mati!

"Arggghhhh..... kenapa tak mau berhenti?"

Maafkan Aku, Rara... ini semua pasti karena keberadaanku, maaf... karena telah kembali dalam hidupmu. Maaf.... karena telah lancang merindukanmu. Maaf.... karena Aku tak dapat membendung rasa dalam qalbuku

Aku harus bagaimana, Rara? Haruskah ku kembali menghilang dari pandangmu? Namun, kenapa rasanya berat sekali? Apalagi mendapati kamu akan menjadi iparku

"Maaf, Rara" lirih Zayn sembari mengusap lelehan air matanya yang berhasil lolos keluar

"Zayn tho iki?"

"Nggeh leres, Bu Nyai" (iya benar, Bu nyai)

"Wes suwi ora ningali kowe bebarengan karo kembaranmu kui, Bu Nyai dadi pangling"

"Hehehe, nggeh Bu Nyai"

"Awakmu opo ora sayah, gus? Lereno ndisek kono, wajahmu kui loh ketok acum" (tubuhmu apa tidak capek, gus? Istirahat dulu sana, wajahmu itu loh kelihatan pucat)

"Mboten kok, Bu Nyai, malahan kulo mboten saged tilem"

"Gus..."

"Nggeh, Bu Nyai?"

Wanita paruh baya itu tampak menghela napas dengan berat. Pandangannya ikut menerawang seperti yang tadi Zayn tengah lakukan.

"Jujur kaleh Bu Nyai, awakmu mendem roso yo karo anak wedok e, Bu Nyai?" (Jujur sama Bu Nyai, kamu menyimpan rasa ya sama anak perempuan Bu Nyai?) Tanya Nyai Laila dengan sorot matanya yang kini menatap pemuda di sampingnya itu dengan teduh. Sedang yang di tatap tengah mengatur napasnya yang kini terasa menyangkut di tenggorokan

"Ngapuntene sanget, Bu Nyai, Kulo mboten wantun nggadahi roso niku" lirih Zayn sambil menunduk ta'dhim

"Yen oleh mileh, Bu Nyai luwih remen yen awakmu sing bakal dadi garwane Sea" (jika boleh memilih, Bu Nyai lebih suka kamu yang menjadi suaminya Sea) ujar wanita paruh baya yang di panggil Bunda oleh Arasea Zaheera

"Ngapuntene Bu Nyai, Kulo mung santri biasa"

"Hah.... awakmu terlalu merendah Gus. Iku seng tak remeni teko awakmu. Gene yo, Gus, firasat e Bu Nyai kok ngandarake yen awakmu kang bakal dadi mantuku" Zayn hanya bisa  diam, tak dapat lagi berkata-kata kala mendengar pernyataan Bunda dari Sea itu.

Aminn... mugi-mugi panjenengan paringi ridho, Gusti

*****
Pagi ini, suasana kian menegangkan kala Bu Nyai berteriak histeris mendapati kelakuan sang putri kembali seperti beberapa tahun silam.

"Abi.... hiks... Sea bi... Sea...."

"Tenang Ummi, Sea pasti bakalan mari, Ummi berdoa nggeh kaleh Gusti allah"

"Hiks... Ummi tak pernah lepas mendoakan anak-anak Ummi, Abi"

"Kita sama-sama berdoa, mugi Sea pikantuk kasarasan, Ummi"

"Amin.."

.
.
.

Yukk tekan tombol bintangnyaa...😘

Tentang Asa di Lautan QalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang