Bab III || Meeting You

99 41 95
                                    

Halo, Readers!
Semoga kalian menikmati alur ceritanya 🥰
Jangan lupa VOTE dan komen nya, ya. Supaya aku makin semangat untuk lanjutin kisah 'Althea for Altair' ini 🥰
Terima kasih😇


******


"Sam, bagaimana menurutmu?" tanya Altair.

Altair serta ketiga sahabatnya, yaitu Samuel Zavier, Stevan Leonidas, dan Galen Leonidas, sedang berada disebuah Gedung kosong tak jauh dari Universitas "The Royal Collage of Music"- tepatnya di South Kensington London.

Gedung berlantai 3 ini belum sepenuhnya selesai dibangun. Tentunya, ini adalah mahakarya seorang Arsitektur bernama Altair Leonidas, beserta Samuel yang membantu dalam perhitungan rincian anggaran biaya atau biasa disingkat dengan RAB. Jangan lupakan kedua sahabatnya yang membantu dalam hal menyumbangkan dana untuk membangun Gedung dengan style desain bangunan brutalism yang terlihat elegan dan kokoh.

"Wow, otakmu benar-benar gila, Al. Desainmu benar-benar membuatku pusing memikirkan bagaimana cara kamu membuat desain bangunan gila seperti itu," ucap Stevan.

"Itu sebabnya aku sangat setres menghitung RAB. Kamu benar-benar mengurangi jam tidurku hanya untuk berkordinasi denganmu perihal material bangunan yang akan dipakai dan menyesuaikan dengan dana yang kita miliki. Terlebih, kamu benar-benar sulit untuk diajak kompromi. Benar-benar membuatku frustasi," keluh Samuel, mengingat bagaimana ia sudah hampir setengah mati untuk mengurus RAB bangunan sekaligus strukturnya.

Akan tetapi, bukan Samuel jika tidak dapat mengimbangi kemampuan desain Altair. Ia dengan otak encernya yang bisa diandalkan, membuat Altair tidak dapat mempercayai siapapun selain dirinya. Altair sangat tahu kemampuan otak sahabatnya yang satu ini.

"Dan itu sebabnya juga aku selalu memperingatimu dalam mendesain Apartemen yang saat ini kamu tempati, agar tidak melebihi budget," ungkap Galen.

Altair menatap Galen dengan raut wajah dingin. Ia tak suka ada orang yang memprotes mahakaryanya.

"Hei, kenyataannya memang begitu, bukan?" imbuh Galen tak terima.

"Perlu kuberitahu, jika bukan kamu yang memintanya, aku tidak akan mau membangun apartemen dengan desain seperti itu," ujar Altair penuh penekanan.

"Ayolah, Altair. Bukankah dalam mendesain bangunan, kita juga harus mengimbangi kebutuhan klien? Jangan terlalu terpaku pada prinsipmu, Kawan. Apalagi disini bukan hanya kamu, tapi juga ada aku, Sam, dan Stev," timpal Galen.

"Ya sudah. Ayo, masuk," tanggap Altair. Ia tak mau berdebat lebih lanjut. Stevan dan Samuel sudah lebih dulu memasuki bangunan untuk menjelajahi setiap ruang.

Samuel, Galen dan Stevan sudah saling mengenal dekat beberapa tahun ini. Mereka adalah teman satu kampus Altair di Jerman, saat menempuh pendidikan S1 Arsitek. Sebenarnya, Galen dan Stevan adalah sepupu Altair. Stevan anak dari adik kedua Matthias, sementara Galen adalah anak dari adik ketiga atau bisa dibilang adik bungsu Matthias. Mereka seperti sahabat dan saling mengandalkan.

Sekitar enam bulan yang lalu, Galen mempercayakan bisnis pembangunan Gedung Apartemennya di London pada Altair. Dan Altair tidak meminta bayaran berupa dana saat itu. Ia hanya meminta dibayar dengan 1 unit apartemen paling mewah yang ia buat sendiri di Gedung tersebut. Unit apartemen, yang saat ini menjadi tempat tinggalnya di London.

"Wow ... just wow," puji Galen setelah melihat setiap sudut bangunan yang Altair desain.

"Awas, nanti air liurmu terjatuh," ejek Steven sambil menadahkan dagu Galen dengan tangannya.

Althea for AltairWhere stories live. Discover now