Bab 15. Keluarga Baru

42 16 0
                                    

Suara mobil terdengar memasuki pelataran rumah satu lantai berwarna putih, sederhana, tetapi cukup luas. Halaman depan banyak dihiasi tanaman bunga menambah kesejukan rumah itu. Gemericik suara air di kolam ikan juga menambah suasana damai bagi penghuninya.

"Nenek, itu suara mobil papa kan?" ucap gadis kecil dengan mata berbinar.

"Apa papa datang sama bunda juga?" tambahnya seraya berlari membuka pintu untuk menuju ke luar.

"Hati-hati Alin sayang. Jangan lari-lari," nasihat sang nenek tak dihiraukan oleh cucunya.

Anak itu adalah Alin, putri Abidzar dengan istri pertamanya yang sekarang sudah berpisah. Anak itu sudah sangat rindu pada Abidzar, terlebih lagi pada Kayla. Dia begitu bahagia saat mendengar Kayla menjadi bundanya.

Ceklek~

Pintu rumah dibuka dari dalam, di lihatnya papa dan bunda sedang berjalan menuju arah pintu. Alin merasa bahagia sekali, dia langsung berlari memeluk Kayla. Kayla pun berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Alin, supaya anak itu leluasa memeluknya.

"Alin senang sekali bunda datang ke sini. Bunda akan tinggal di sini kan? Alin sudah kangen Bunda." Gemas sekali Kayla padanya. Kayla mencium kedua pipi Alin.

"Bunda juga kangen banget sama Alin," ucap Kayla tersenyum lebar, membuat Alin ikut tersenyum.

"Udah ada yang baru, jadi enggak kangen sama papa nih?" celetuk Abidzar pura-pura ngambek.

"Kangen dong," balas Alin berganti memeluk Abidzar. Abidzar menggendong Alin dalam pelukannya. Menciumi putri kecilnya itu dengan gemas.

Mereka masuk bersama-sama. Di ambang pintu sudah terlihat wanita paruh baya dengan jilbab lebar tersenyum pada mereka.

"Alhamdulillah, akhirnya kalian datang juga," ucap Anisa.

Dengan sopan Kayla langsung menyalami Mama Anisa, dan Mama Anisa langsung memeluk menantunya itu.

"Bagaimana kabar kamu, Nak?" tanya Mama Anisa mengelus punggung Kayla.

"Alhamdulillah, kabar Kayla baik, Ma. Mama apa kabar?" Kayla berbalik tanya.

"Ya, seperti yang kamu lihat. Mama lebih baik karena doa kalian dan kedatangan kalian berdua hari ini," ucapnya begitu lembut.

Anisa mengajak Kayla duduk di ruang tamu, sedangkan Abidzar membawa koper Kayla menuju ke kamarnya. Jangan ditanya keberadaan Alin. Dia sudah berganti ke pelukan Kayla. Seakan dia ingin bermanja-manja padanya.

"Mama bahagia sekali, akhirnya kamu sekarang menjadi istri Abi. Maafkan Mama ya, yang dengan egoisnya berani menjodohkan kamu dengan Abi yang enggak sesempurna lelaki idaman kamu," ucap Anisa.

"Mama, Kayla bahagia kok menikah sama Mas Abidzar. Kayla percaya, Mas Abidzar adalah orang yang baik. Jadi, Kayla mohon Mama jangan berkata seperti itu ya," balasnya tersenyum sambil mengelus rambut Alin.

"Ah ya, kamu mau makan apa? Mama masakin ya buat kamu."

"Ma, Mama istirahat saja ya. Mama pasti lelah dari kemarin terus menemani Alin bermain. Biar Kayla saja yang masak," ucap Kayla dengan tulus, dia tak tega melihat Mama Anisa yang terlihat lelah harus memasak untuknya.

"Alin sayang, kamu mau makan apa hari ini? Biar nanti Bunda yang masakin buat kamu," tanya Kayla lalu mencium kening Alin.

"Alin mau makan sama ayam goreng Bunda," ucapnya sambil membayangkan ayam goreng kesukaannya.

"Boleh, tapi harus sama sayur juga." Suara bariton milik Abidzar kini yang menyahut ucapan Alin.

"Papa! Enggak mau! Alin enggak suka sayur," ucap Alin seraya menutup mulutnya.

"Ya sudah enggak ada sayur ya enggak ada ayam goreng," ujar Abidzar tak mau kalah. Alin terlihat cemberut.

Melihat percakapan di depannya membuat Kayla berpikir sejenak. Abidzar sangat ingin Alin makan sayur.

"Memangnya Alin kenapa enggak suka sayur?" tanya Kayla.

"Sayur rasanya enggak enak, Bunda."

"Mau coba makan sayur masakan Bunda enggak?" Alin menggeleng.

"Bunda akan masakin sayur yang enak. Alin coba ya, nanti kalau tetap tidak enak menurut Alin. Enggak apa-apa, Alin sama ayam goreng saja. Gimana, mau coba?" tanya Kayla, dan tidak disangka Alin menganggukkan kepala. Padahal anak itu selalu keukeuh tidak ingin makan sayur.

"Kalau begitu, Alin bermain sama Papa dulu ya. Bunda akan masak," ucapnya lalu menuju ke dapur.

Kayla mencoba untuk memasak sayur sop dan ayam goreng kesukaan Alin. Sebenarnya, Kayla masih sedikit takut kalau-kalau masakannya tidak sesuai di lidah keluarga barunya ini.

"Bismillah, semoga semuanya suka," ucap Kayla memulai kegiatannya di dapur.

Terdengar suara tawa Alin dan Abidzar membuat Kayla ikut tersenyum. Keluarga ini begitu hangat.

"Mama bantu ya, Kay" ucap Mama Anisa yang tiba-tiba memasuki dapur.

"Mama, mama istirahat saja. Kayla tidak apa-apa kok. Mama andalkan Kayla saja mulai sekarang."

"Enggak apa-apa Kayla. Mama bantuin siapin piringnya dulu kalau begitu." Kayla tidak lagi melarang Mama Anisa karena Mama Anisa bersikeras ingin membantunya.

Tak berselang lama, masakan Kayla pun hampir matang. Aromanya tercium sampai ke ruang tamu, membuat Abidzar dan Alin menyusulnya ke dapur.

"Eh, kok ada di sini? Sebentar lagi, masakannya akan matang dengan sempurna."

"Bunda masak apa? Baunya enak banget dari depan," ucap Alin.

"Masak ayam goreng permintaan Alin dong. Oke, sekarang sudah selesai."

"Kamu beruntung loh Bi, istrimu pintar masak," puji Mama Anisa.

"Kayla masih belajar, Ma. Semoga kalian suka ya, sama masakan Kayla," ucap Kayla.

Mereka pun bersiap untuk makan bersama. Kayla menyajikan makanan pada piring Abidzar terlebih dahulu. Setelah itu, dia menawari si kecil Alin untuk makan sayur.

"Alin cobain sayurnya ya, nanti kalau tetap tidak enak, sayurnya biarkan saja," ucap Kayla mengambilkan sedikit sayur untuk Alin.

Anak itu hanya mengangguk dia memilih untuk mencoba makan sayur masakan Bundanya. Satu suapan masuk, dua suapan masuk.

"Bunda sayurnya enak, Alin mau lagi dong," ucapnya membuat semua orang terkejut sekaligus senang. Pasalnya, mereka ingin sekali Alin bisa makan sayur.

"Alhamdulillah," ucap Kayla.

"Masakan pertama kamu di rumah ini, sangat enak sekali. Terima kasih, Kayla," ucap Mama Anisa.

"Mama bisa saja, masakan Mama pasti lebih enak. Kapan-kapan kita masak bersama ya, Ma."

Abidzar bahagia sekali hari ini, setelah sekian lama putri kecilnya mau makan sayur dengan lahap, melihat mamanya tersenyum bahagia dengan kehadiran Kayla. Setelah kehadiran Kayla, rumah ini terasa lebih hangat.

“Kehangatan dalam keluarga tidak diukur dari ukuran luas rumahnya, tapi luasnya kebahagiaan yang menempati.”~

Kayla bersyukur sekali mendapatkan keluarga baru seperti mereka. Kayla diterima dengan baik.

"Kak Faiz, terima kasih. Semua ini berkat kakak. Kakak selalu mewujudkan keinginan Kayla selama ini. Semoga kakak tenang ya di sana. Kayla janji, walaupun Kayla jauh dari kak Aisyah dan Fatih, Kayla akan tetap menjaga mereka sampai kapan pun. Kakak tidak perlu khawatir ya," gumam Kayla dalam hati.

Stay with Me, Please! (REVISI)Where stories live. Discover now