Bab 8. Perempuan Pilihan Mama

49 19 0
                                    

Abidzar dan Kayla menuju tempat yang telah dipersiapkan. Ternyata klien nya belum datang. Kayla memilih duduk diluar. Baru kali ini dia mengunjungi tempat sebagus ini.

"Pak Abidzar, saya boleh minta tolong tidak? Tolong foto saya ya. Tempatnya bagus ini," ucap Kayla dengan polosnya.

Kayla mengambil ponsel di tasnya. Namun, sungguh sayang ternyata ponselnya mati.

"Tidak jadi, Pak. Ponsel saya mati," cengir Kayla.

"Ya sudah. Pakai ponsel saya, nanti saya kirim ke kamu," ucap Abidzar.

"Benarkah pak? Aaa, terima kasih," ucap Kayla merasa senang, dia pun mengatur pose dirinya.

"Benarkah pak? Aaa, terima kasih," ucap Kayla merasa senang, dia pun mengatur pose dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Benar-benar jiwa anak muda yang suka eksis. Eh, tapi dia memang masih muda 'kan ya? Usianya baru 20 tahun.

Berbeda dengan Abidzar yang usianya sudah menginjak 35 tahun. Dia tidak sempat lagi memikirkan untuk eksis dan semacamnya. Meskipun usianya menginjak 35 tahun, tapi wajah Abidzar masih terlihat seperti usia 27 tahunan. Bahkan, tak sedikit orang yang mengira dia belum menikah dan mempunyai anak.

Tak lama menunggu, klien Abidzar pun datang. Seorang wanita cantik dengan rambut tergerai dan menggunakan dress selutut. Terlihat sekali dari raut wajahnya kalau dia pasti ada maksud lain. Abidzar dan sang klien pun menduduki kursi yang memang disediakan untuk mereka. Sementara Kayla, duduk di kursi luar ruangan. Menatap mereka dengan tatapan sedikit kesal.

"Ah, kenapa harus kesal? Itu bukan urusan Kayla."

Dari pada hanya menunggu orang yang sedang membahas bisnis dan tidak ada kegiatan akhirnya Kayla memutuskan untuk membaca sebuah novel yang dia bawa di tasnya. Tiba-tiba seorang pelayan mengantarkan cemilan dan minuman ke mejanya.

"Eh, Mas. Maaf, saya enggak pesan ini," ucap Kayla.

"Mas yang itu, yang telah memesannya untuk mbak," ujar pelayan itu sambil menunjuk Abidzar.

"Oh, gitu ya. Terima kasih, Mas."

"So sweet banget mbak, nemenin suaminya ya." Pelayan itu pun pergi meninggalkan Kayla yang masih terkejut mendengar perkataan pelayan tadi.

"Suami? Bukan, Abidzar bukan suaminya!"

Kayla termenung sejenak, memikirkan siapa yang nanti akan menjadi jodohnya. Karena Kayla percaya jodohnya sudah Allah tulis di lauhulmahfuz.

Kayla meminum jus mangga yang dipesankan tadi, lalu menatap ke kursi Abidzar. Sepertinya pembicaraan mereka sangat serius, terlihat dari wajah Abidzar, jika dia mulai tak nyaman. Namun, masih terlihat biasa saja pada raut wajah perempuan di depannya.

Tiba-tiba Abidzar berdiri dan berjalan ke arah Kayla diikuti oleh perempuan tadi. Kayla langsung menundukkan kepalanya. Sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi.

"Saya mohon maaf sekali, jika memang perjanjian kerjasama kita harus seperti itu. Maka saya tidak bisa melanjutkannya. Dia adalah calon istri saya, saya tidak mungkin melakukan hal itu," ucap Abidzar menunjuk Kayla.

Stay with Me, Please! (REVISI)Where stories live. Discover now