Rafael Erland

113 51 249
                                    

⚠️Warning! Adegan kekerasan!⚠️
Mohon bijak dalam membaca, segala hal yang tertulis dalam cerita ini hanya fiktif belaka untuk hiburan semata.
Bukan untuk ditiru apalagi di coba!
16+
.
.
.
.
.
.
.
.

Kin baru saja tiba di dalam area sekolah, namun para siswa-siswi disana berlarian masuk seperti ibu-ibu pemburu diskon di pusat belanja.

"Kenapa mereka ini? Terlalu bersemangat tidak seperti biasanya." Kin melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.30 pagi.

Kin duduk di kursi kantin meminum susu coklat hangat pesanannya. Ia menelepon nomor Rafael namun tak kunjung diangkatnya. Sedikit tidak enak perasaan, namun Kin berusaha untuk tidak berpikir berlebihan terhadapnya.

Kin mengetik sebuah pesan di ponselnya.

Rel.
Raf, dimana?
Kenapa gak balas pesanku?
Ini hampir jam 7, jangan sampai terlambat
06.50

Masih tidak ada jawaban, Kin semakin resah dibuatnya. Pasalnya Vani juga tidak muncul saat itu. Jika ia sengaja mencari mereka keliling sekolah itu membutuhkan waktu yang lama dan juga tenaga ekstra mengingat betapa luasnya sekolah itu.

"Aku bisa saja pergi ke atap dan mencari mereka, tapi aku tidak mungkin seperti itu di depan umum." Kin mengusap wajahnya prustasi.

Triririring!

Bel masuk telah berbunyi membuat siswa yang kala itu berada di kantin berhamburan untuk pergi ke kelas masing-masing. Baru saja Kin berdiri dan menggendong tasnya, ia melihat sosok Vani yang tengah berdiri di ambang pintu kantin.

Vani terdiam sebari menggenggam erat ponselnya, wajah dan leher yang penuh dengan keringat. Gadis itu lebih baik membersihkan diri terlebih dahulu sebelum masuk kelas.

Kin menatapnya heran, ia menghampiri Vani yang diam tak berkutik di pintu kantin.

"Ada apa?" tanya Kin yang saat itu merasa sangat penasaran.

"Karel ... Rafael ...."

Dengan menyebut namanya dan memperlihatkan raut wajah panik itu Kin langsung menarik tangan Vani dan berlari menjauh dari area kantin.

Sampailah mereka di tepi lapangan upacara, Kin berhenti sejenak dan menatap Vani kembali.

"Dimana dia?"

"Karel ... aku baru membuka pesan dari Rafael yang dia kirim dua jam lalu. Ini kau baca sendiri," ujar Vani sambil memberikan ponselnya pada Kin.

Rafael
Van ...
Can you help me?
Keluargaku ... Meninggal

Kin melotot tak percaya, apa maksudnya? Kin langsung berlari kecil menuju lapangan parkir, namun langkahnya terhenti karena aksinya itu digagalkan oleh guru BK.

"Mau pergi kemana kamu, Karel? Seharusnya kamu masuk kelas sekarang!" ketusnya pada Kin.

"Bu ... saya izin untuk hari ini. Teman saya butuh saya sekarang!" pinta Kin dengan keadaan panik.

KINWhere stories live. Discover now