9. ciuman pertama

4.3K 234 2
                                    

"Bibir yang mana? apa? "

Niko bertanya heran sembari menggosok ujung hidungnya yang memerah karena tadi menangis

"Kali ini kau memang tidak tau atau pura-pura tidak tau? "

Niko menggeleng "nggak tau"

"Kau tidak tau? baiklah maka akan ku beri tau"

Kedua tangannya dengan cepat mendorong bahu sempit di depannya itu hingga terjatuh ke atas kasur dengan terlentang

Rey yang sudah telanjang bulat menyeringai kembali, melihat Niko menutupi wajahnya karena malu

"Baju om kok nggak di pake lagi sih"

Ia tak menggubris dan beralih membuka lebar-lebar kaki jenjang yang terkulai itu

"Om mau ngapain lagi" Niko melirik kearah kakinya dengan heran dan memicing kearah Rey dengan waspada

"Kan aku sudah berjanji padamu kalau aku akan memberikan sesuatu yang enak "

Niko berdehem heran "enak? "

Celana bercorak Doraemon berwarna biru itu Rey lepas dengan satu hentakan tanpa persetujuan pemilik

Niko sontak memekik "OMM!! TOLONG!! OM REY—emhh"

Rey langsung menyumpal mulut yang tadi berteriak itu menggunakan boxer hitam miliknya sendiri

"Kalau kau tidak diam...kau mau ku bunuh disini? "

Jangan salah paham, ia hanya berniat menakut-nakuti lelaki kecil yang ada di bawahnya itu karena tidak kunjung menurut

Niko menggeleng dan menangis kembali

"Makanya kau harus diam dan menurut padaku"

"Oke aku anggap diam mu itu adalah persetujuan"

Rey mengambil sebuah Lotion yang ada di atas nakas sampingnya

Ia menuangkan isi Lotion tersebut pada tangannya tanpa tanggung-tanggung

Niko masih diam mengamati pergerakan Rey dengan detail dari bawahnya

Rey mengoleskan Lotion yang tadi ia tuang pada bibir hole serta penis kecil milik Niko tanpa aba-aba

Tubuh Niko sedikit tersentak merasa tidak nyaman dengan itu

Ia melepaskan celana yang menyumpal mulutnya dengan kesal

"Om jangan apa-apain aku"

Tanpa menggubris Niko, satu jari tengah Rey mencelos masuk pada lubang ketat itu hingga membuat pemiliknya memekik sakit

"Ahhh apa"

"Uhhnn itu apa om"

Niko melirik kebawah dengan susah payah, ia dapatkan melihat jari tengah panjang milik Rey bergerak maju-mundur dari lubang belakangnya itu

"Itu...ahh"

Dua jari sudah mencelos masuk ke dalam dengan hentakan sedikit cepat

Air mata Niko keluar seraya memandang Rey dengan sayu,

Rey menyunggingkan senyum bangga mendapati ekspresi yang menurutnya memuaskan itu

"Wow sangat indah"

"Om"

Rey mengeluarkan jarinya dan menjilat bibir bawahnya seolah-olah sedang tergoda

Ia memposisikan penisnya pada lubang yang sudah sedikit lebih longgar milik Niko itu,

Dan mendorongnya masuk dengan paksa hingga membuat lelaki yang berbaring di bawahnya itu berteriak kencang dan terisak keras

Rey meringis ngilu, dan menarik tubuh yang sudah terkulai lemas di bawahnya untuk ia dekap

"J-jangan aduh, santai saja...kau terlalu kuat mencengkram penis ku hingga terasa hampir putus "

Ia mengeluh seraya mengelus-elus punggung sempit bergetar tersebut

"Bawa santai oke"

Niko tak menggubris, ia sibuk menangis karena rasa sakit yang timbul dari hole belakangnya

Rey menarik bantal untuk ia letakkan di bawah kepala Niko,

Dan ia topangkan kedua kaki ramping itu diatas pundaknya, seraya menatap Niko dengan penuh minat

Ia mengeluarkan penis itu secara perlahan diiringi dengan dengan sedikit darah yang keluar menyertainya

"Wow kau masih perawan? beruntung sekali aku menjadi yang pertama bagimu"

Lelaki dewasa itu memasukkan kembali penisnya dengan satu hentakan hingga mentok

Lian mendesah lemas "uhhh sakit omm"

"Ahh om pelan, s-sakit banget hiks"

Rey membungkukkan badannya dan menopang kedua tangannya tepat di samping kepala Niko

Ia menatap bibir pucat itu dengan ragu-ragu, seumur-umur jika diingat kembali ia tidak pernah berciuman dengan seorang wanita maupun lelaki manapun

Memangnya bagaimana rasanya berciuman?

Rey mendekatkan bibirnya pada bibir tipis dibawahnya tersebut dengan perlahan

Cup

Awalnya bibir itu hanya ia tempelkan, namun tak bertahan lama, bibir lelaki dewasa itu bergerak melumat lawan ciumannya dengan antusias

'Jadi seperti ini'

Niko memejamkan matanya tak membalas, selain tak bisa, ia juga masih berusaha keras menahan sakit yang menghantam dari area bawahnya

"Emhh ommm"

"Udah ahh enhh"

Rey melepaskan pangutannya menatap kembali dengan wajah Niko yang memerah serta kacau karena perbuatannya

Ia sedikit melirik kearah dua puting yang menjadi awal dari ketertarikannya ini

"Apakah suatu saat nanti ini bisa mengeluarkan cairan susu"

Oh his Dad? Where stories live. Discover now