1

474 66 30
                                    

BRAAKK...!

Suara dobrakan diikuti pintu yang terhuyung-huyung oleh kekuatan ganas yang mengejutkan, menciptakan dentuman yang menggetarkan seluruh ruangan, seolah-olah alam semesta ikut bersimpati dengan kekacauan yang terjadi.

Raden menatap pelaku dengan pandangan penuh kecemasan yang merayap, menggambarkan ketidakpastian dalam setiap getaran matanya. Saat terbangun tadi, Raden begitu terkejut mengetahui fakta jika setelah kematiannya, ia kembali ke masa lalu. Masa dimana ia hampir di lecehkan oleh ayahnya sendiri. Ini seolah mimpi buruk bagi Raden.

Di hadapannya, dalam penampakan yang mencekam, terdapat sosok ayahnya yang tampaknya telah dicengkeram oleh gelombang nafsu, wajahnya kini tertutupi oleh bayangan gelap dan matanya tampak memerah karena efek alkohol.

"Ayah..." gumamnya dengan suara tertahan. Ia diam-diam mengambil sebuah alat untuk tameng pertahanan diri.

Heru tersenyum miring menatap anak yang ketakutan sambil memegang sapu di depannya. Ia berjalan mendekati putra istrinya itu dengan langkah goyah.

"Kamu benar-benar cantik, sangat mirip dengan jalang murahan itu!!" Kini ia sudah ada satu langkah di depan Raden. Raden mencengkram sapu yang ia pegang dengan tangan gemetar.

Heru menarik sapu itu dan melemparnya dengan penuh kekuatan. "Aku sangat bodoh jika tidak menikmati mu, bukan?"

"Ini terjadi lagi, kata-kata yang diucapkan ayah dan perlakuannya juga sama persis seperti dua tahun yang lalu. Aku benar-benar kembali ke masa kelam itu." Raden menutup matanya saat tangan Heru terangkat menjambak rambutnya dengan kasar.

"Ayah, jangan, kumohon..."

Putus sudah pertahanannya. Raden menangis dan hanya bisa pasrah saat Heru mulai mengendus dan menggigit lehernya dengan penuh nafsu. Raden merutuki kebodohannya karena lagi-lagi ia gagal melawan tindakan bejat yang dilakukan ayahnya. Ia merasa tubuhnya seperti lumpuh dan suaranya hilang seolah dia bisu. Ini juga terjadi di masa itu.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA PUTRAKU, BAJINGAN!"

Sebelum tindakan Heru semakin lancang. Seorang wanita datang dan melempar sebuah vas bunga tepat ke belakang kepala Heru. Heru terjatuh sembari meringis kesakitan. Ia memegang kepalanya dan menatap wanita itu dengan amarah.

"Beraninya kamu!" Ia hendak berdiri tetapi usahanya sia-sia karena wanita itu menendang selangkangannya berulang kali.

"Aaarrggh...!" Heru tergeletak tak berdaya karena tendangan bertubi-tubi itu. Ia tidak sanggup melawan karena ia masih dalam pengaruh alkohol.

"Cukup ibu... kamu bisa membunuhnya." Raden memeluk wanita itu setelah tersadar dari shock-nya. Keithryn menarik nafas dalam-dalam dan mendorong Raden untuk melepaskan pelukannya.

"Kamu juga! Kamu ini seorang  pemuda, kenapa tidak bisa melawan?!" Keithryn berteriak di wajah Raden setelah ia membawa Raden keluar dari rumah kecil itu.

"Atau-- apakah kau menikmatinya? Heh."

Raden segera menggeleng dengan cepat. "Aku... aku terlalu ketakutan sehingga otakku tidak berpikir dengan jernih, ibu."

"Alasan!" Wanita itu menoyor kening Raden untuk melampiaskan emosinya. Raden menunduk dan menerima perlakuan ibunya dengan pasrah.

"Ini memang salahku."

"Sekarang kamu ikut ibu!"

Mereka menaiki taksi menuju sebuah tempat yang sudah bisa Raden tebak. Ia akan dijual oleh ibunya kepada om-om kaya raya yang tidak bisa lepas dari kehidupan di club' malam.

ADENWhere stories live. Discover now