Tujuan pertama Gama hari ini adalah mencari makan. Mengingat sebelum berangkat menjemput Jenia, ia belum sempat sarapan apapun. Adam berangkat lebih dulu menjemput Alula dan Aruna, sebelum akhirnya ia menyusul untuk menjemput Jenia.

Begitu sampai di restoran, Gama dan Jenia sudah saling duduk berhadapan. Pelayan baru saja pergi meninggalkan meja mereka, setelah mencatat semua menu yang sudah mereka pesan.

"Aku kepikiran mau bikin foto keluarga," cetus Gama.

Jenia yang semula memegang ponsel, ia letakkan ponsel di atas meja. Kini fokusnya sudah beralih pada Gama sepenuhnya. "Kok tiba-tiba banget mau bikin foto keluarga?"

"A--" Gama diam, tidak melanjutkan kalimat yang akan ia ucapkan karena teringat peringatan dari Alula.

"Pokoknya Papi jangan bilang ke Mami kalo aku yang minta foto keluarga," ucap Alula yang tiba-tiba keluar dari kamar.

"Kenapa?"

"Nggak papa," jawab Alula ringan. "Bilang aja kalo Papi yang mau. Jangab bilang kalo aku yang ngusulin buat foto keluarga," lanjutnya.

"Kenapa sih emangnya kalo bilang ini ide dari kamu?" tanya Gama penasaran.

Alula geleng-geleng, tidak setuju. "Pokoknya nggak mau!" serunya.

"Nanti Papi bilang ke Mami kalo ini ide dari kamu. Lagian kamu nggak akan tau kalo Papi bilang ke Mami?" goda Gama yang sontak membuat Alula cemberut.

"Yaudah, bilang aja ke Mami." Alula melipat kedua tangannya di depan dada. "Nanti aku juga bakal bantuin Om Abi biar lebih dekat sama Mami. Biar aja Papi nggak usah dekat-dekat lagi sama Mami," lanjutnya mengeluarkan ancamannya.

Gama seketika melongo. "Anak siapa sih udah bisa ngancam-ngancam kayak gitu?" tanyanya dengan wajah terkejut.

"Anak tetangga!" seru Alula kesal. Setelah mengatakan itu ia menghentak-hentakkan kakinya, sebelum kembali masuk ke kamar dengan bantingan pintu sedikit keras.

"Mas." Jenia menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Gama yang bengong. "Mas, kenapa kok tiba-tiba mau bikin foto keluarga?" tanyanya, mengulangi pertanyaaan yang sama.

"Aku mau punya kenangan sama Alula dan Aruna. Sepuluh tahun ini aku nggak berperan apapun di dalah hidup mereka. Aku mau punya memori yang bisa disimpan."

"Yaudah, Mas Gama ajak aja Alula sama Aruna ke studio foto," sahut Jenia memberi usul. "Kalo emang nggak mau ke studio foto, nanti biar aku bantu foto kalian bertiga di rumah," tambahnya.

"Kok bertiga?" tanya Gama. Sepertinya Jenia tidak paham dengan apa yang diinginkan.

"Emang Mas Gama mau foto ngajak orang satu kompleks biar ramai?" tanya Jenia melirik Gama.

Gama berdecak. "Fotonya sama kamu juga, Jen."

"Ngapain sama aku?"

"Namanya juga foto keluarga, makanya harus lengkap," sahut Gama tersenyum lebar.

"Lho, kita kan udah bukan keluarga. Harus banget foto bareng?" balas Jenia telak.

Senyum Gama luntur seketika. Seperti ada pisau yang menusuk tepat di jantungnya saat mendengar respon Jenia. Ia menarik napas panjang, berusaha memikirkan hal lain agar bisa meyakinkan Jenia.

"Hubungan kita emang bukan keluarga lagi, Mas. Bagiku, kita cuma orang tua buat Alula dan Aruna."

"Tap---"

"Walaupun hubungan kita bukan keluarga, tapi hubungan Mas sama anak-anak tetap keluarga. Mereka anak-anaknya, Mas. Hubungan antara kalian akan selalu abadi," potong Jenia memberi penjelasan.

Gama yang hendak membuka suaranya, tapi ia urungkan saat pelayan mengantar makanan mereka.

"Aku mau Alula sama Aruna punya foto sama kita berdua walaupun kita belum sama-sama lagi," ucap Gama begitu pelayan sudah pergi dari meja mereka.

Jenia mengerutkan kening. "Belum?"

Gama mengedikkan bahu. "Siapa tau di masa depan kita bakal rujuk. Nggak ada yang tau, kan?" tanyanya menaik-turunkan alisnya.

***

Gama meraih tangan Jenia untuk digandeng, tapi ditepis oleh perempuan itu. Berulang kali ia melakukan itu, tapi tetap saja masih ditepis oleh Jenia. Tidak menyerah begitu saja, Gama tetap berusaha meraih tangan Jenia, sepanjang mereka jalan bersisihan. Sampai akhirnya ia berhasil menggandeng tangan Jenia tanpa harus ditolak lagi. Sepertinya Jenia sudah lelah karena berulang kali menepis tangannya.

Waktu hari ini akan dimanfaatkan Gama sebaik mungkin. Dimulai dari sarapan bersama di sebuah restoran, lalu sekarang mereka sudah masuk di area mall. Mereka berjalan tak tentu arah, melihat satu persatu store, tapi belum ada satupun yang dimasuki.

Tiba-tiba Jenia membelokkan langkah kakinya. Tangannya yang ada di genggaman tangan Gama, otomatis menarik laki-laki itu untuk ikut dengannya. Matanya melihat baju anak-anak yang terlihat lucu. Ia membayangkam baju itu akan dikenakan oleh Alula dan Arura.

"Bagus itu bajunya," komentar Gama saat melihat baju yang dipegang Jenia.

"Cocok buat Al sama Ar," gumam Jenia, setuju dengan pendapat Gama. Selain baju yang sedang dipegang, ia juga memilih beberapa baju lainnya yang terlihat lucu. Jenia senang bisa punya anak perempuan karena bisa bebas mendadani mereka dengan pakaian atau aksesoris cantik.

Saat Jenia membawa semua belanjaannya ke kasir, Gama bergegas mengeluarkan kartu dari dompetnya.

"Biar aku aja yang bayar," tolak Jenia cepat. "Aku yang mau beliin mereka baju. Jadi, biar aku yang bayar," tambahnya.

Gama menggeleng tegas. "Harus banget kita berdebat di sini, Jen?"

Jenia melihat ekspresi pegawai kasir yang sedang menunggunya dan Gama saling berdebat, ia tersenyum malu. Akhirnya ia mengalah, membiarkan Gama membayar semua belanjaan itu.

Gama membawakan semua belajaan yang sudah dibeli Jenia. Ia kembali melanjutkan langkah lakinya, membawa Jenia untuk jalan-jalan keliling mall sampai perempuan itu merasa puas. Selama berkeliling mall, mereka tidak hanya membeli baju untuk si kembar. Gama juga sempat membeli tas dan Jenia juga sempat berbelanja beberapa set pakaian.

Tidak ada kecanggungan sedikitpum diantara mereka selama menghabiskan waktu bersama. Tidak hanya Gama yang merasa senang selama jalan-jalan di mall, tapi Jenia juga merasa hal yang sama. Bisa dilihat dari ekspresi Jenia lebih banyak tersenyum saat mengobrol dengan Gama.

***

Sorry for typo and thankyou for reading❤

Author Note:
Kalian ada yang nonton University War gak sih??? Itu bagus bangeeettt....

Gara-gara lewat mulu di fyp, bikin aku langsung nonton dari tadi malam. Mereka pada pintar-pintar banget cuy. Waktu nonton aku berasa kayak bego banget. Bukan nggak bisa ngitung, tapi nggak bisa secepat mereka ngitungnya, wkwk...

Aku paling suka tim SNU. Udah ganteng-ganteng, pintar pula. Paket komplit banget🥰

Btw, kalian ada rekomendasi reality show kayak Devil's Plan atau University War gak sih???
Boleh dong rekomendasiin ke aku. Thankyou😊

Not Finished Yet [Completed]Where stories live. Discover now