Betapa terkejutnya begitu masuk ruang rawat inap Alula, ternyata sudah ada laki-laki yang kemarin datang. Laki-laki yang kehadirannya sangat tidak diharapkan oleh Gama. Genggaman pada kresek yang ada di tangannya seketika mengerat. Matanya menatap tajam ke arah Abimana.

"Papi, ada Om Abi bawain Mami sarapan," ucap Alula memberitahu.

Gama berjalan mendekat, menyalami Abimana. Kemudian ia melihat Jenia membuka kotak bekal yang dibawakan oleh Abimana. Ia mengintip isi kotak bekal di tangan Jenia. Ternyata sarapan yang dibawakan Abimana adalah bubur ayam. Ada ayam suwir, telur, kacang kedelai, cakwe, bawang goreng, seledri, dan kerupuk. Tanpa mengatakan apapun, Gama mengambil kotak bekal itu dan menggantinya dengan nasi uduk yang sudah ia beli.

Jenia mendelikkan matanya. "Ngapain diambil?"

"Ada kacangnya, kamu nggak suka," jawab Gama dengan wajah datar.

Jenia berdecak pelan. "Kacanganya nanti bisa dibuang," desisnya pelan.

"Kamu nggak suka kacang?" tanya Abimana ketika mendengar percakapan antara Gama dan Jenia. 

Jenia tersenyum kecil. "Emang nggak suka. Soalnya kalo habis makan kacang, aku suka jerawatan parah banget."

"Makanya kamu makan nasi uduk yang aku beliin. Nggak ada kacang atau makanan lain yang nggak kamu suka," sela Gama melirik Abimana dengan meremehkan. 

Jeniat menatap Abimana dengan tampang bersalah.

Seakan tahu arti tatapan Jenia, Abimana menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Nggak papa. Daripada kamu jerawatan, mending kamu makan nasi uduk aja."

"Beneran nggak papa?" tanya Jenia merasa tidak enak.

Abimana mengangguk.

Gama yang sudah duduk di dekat Jenia, segera menyela pembicaraan Jenia dan Abimana. "Tenang aja. Bubur ayamnya biar aku yang makan," ucapnya menatap Abimana dan Jenia secara bergantian. "Nggak akan dibuang kok. Nggak baik buang-buang makanan," lanjutnya.

Setelah selesai sarapan, Jenia tiba-tiba menyenggol kaki Gama. "Kenapa?" tanya Gama menatap Jenia kebingungan.

"Tolong suapin Alula."

"Kamu ngusir aku?" tanya Gama mendesis pelan.

"Dia belum makan, Mas," desis Jenia penuh penekanan.

Gama mendengus keras. Akhirnya ia bangun dari posisi duduknya, mulai menghampiri Alula. Sembari menyuapi Alula yang bermain ponsel, matanya tidak lepas dari Jenia dan Abimana.

"Papi jealous," ucap Alula pelan.

"Papi cuma nggak suka sama laki-laki itu," sahut Gama sembari tangannya menyuapi Alula. "Kamu mau bantuin Papi, nggak?" tanyanya menatap lurus ke wajah anaknya.

"Bantuin apa?"

"Bantu Papi biar Om Abi cepat pulang."

"Gimana caranya?" tanya Alula menatap Papinya kebingungan.

"Bilang aja kamu mau disuapin sama Mami," jawab Gama memberi ide.

"Aku biasanya makan sendiri, nggak pernah disuapin sama Mami," sahut Alula tanpa beban.

Gama berdecak. "Kok sekarang kamu mau Papi suapin?"

"Karena sekarang tanganku lagi main hp." Alula memperlihatkan kedua tangannya yang sibuk memegang ponsel.

"Yaudah, bilang aja kamu nggak mau disuapin sama Papi, maunya disuapin sama Mami," jawab Gama dengan tidak sabaran. Beberapa kali tatapan matanya masih tertuju pada Jenia dan Abimana yang sedang serius mengobrol. "Atau terserah kamu deh caranya gimana. Yang penting Om Abi jauh-jauh dari Mami," lanjutnya.

Not Finished Yet [Completed]Where stories live. Discover now