"Kamu datang?". Kata lelaki itu tanpa melihat ke arah Taeyong.

"Um, kamu sudah lama menungguku?".

Taeyong dapat melihat lelaki itu sedang memandang kosong objek di bawah sana, menampilkan lalu lalang kendaraan di jalan raya yang ramai itu. Taeyong juga dapat melihat, lelaki itu sedang meneteskan air matanya. Lelaki itu sedang kalut.

"Bagaimana kabarmu?". Tanya lelaki itu sembari menghadap dan menatap Taeyong.

Taeyong menundukkan kepalanya, merasa malu untuk menatap mata lelaki itu.

"A aku baik! Maafkan aku, kejadian itu...!".

"Membuatku kehilangan janinku? Apa kamu pikir semua akan selesai hanya dengan ucapan maafmu? Kamu tak hanya membuatku kehilangan janinku. Tapi suami juga, bahkan appaku turut membelamu. Apa selama ini kamu pikir kamu yang paling menderita? Kamu datang di dalam kehidupan kami dan menghancurkan hidupku. Apa pernah kamu merasakan sepertiku? Kehilangan janinmu, lalu ayahmu sendiri yang meminta suamimu untuk menikahi orang lain dan berniat membawamu pergi sejauh mungkin hingga kamu tidak bisa menjangkau suami yang kamu cintai? Aku mengalaminya Taeyong".

"Renjun!". Gumam Taeyong.

Air matanya juga turut serta menetes. Perkataan itu sungguh menjadi pukulan yang hebat baginya. Taeyong merasa sangat buruk.

"Sebelumnya hidupku baik baik saja. Suamiku mencintaiku, tapi tiba tiba saja kamu masuk ke dalam hidupnya, membuat dia tertarik padamu dan sekarang dia meninggalkanku. Dengan lantangnya dia mengucapkan maaf padaku untuk pergi ke dalam pelukanmu. Apa salahku padamu Taeyong? Apa yang pernah kulakukan padamu? Aku bahkan tidak pernah mengenalmu sebelumnya? Apakah dikehidupanmu yang dulu aku bersalah padamu hingga kamu memiliki dendam padaku? Sehingga sekarang kamu tega melakukannya padaku?". Kata Renjun. Hatinya seakan meledak merasakan perih di hatinya. Tangannya mengepal menggenggam kalung milik Taeyong.

Taeyong dibuat terdiam, dia tak memiliki sebuah jawaban untuk perkataan Renjun. Bibirnya seakan tertutup rapat. Otaknya seakan berhenti bekerja, hingga ia tak mampu memproses jawaban untuk Renjun, karena Taeyong memang bersalah.

"Jawab aku Taeyong!". Teriak Renjun.

Taeyong masih tak bergeming, menatap Renjun nanar dengan air mata yang tak berhenti menetes dari matanya.

"Bahkan kamu tidak mampu menjawabnya kan? Kamu tahu hari ini kakakmu datang kepadaku untuk memberikan dua pilihan, bertahan dengan rasa sakit atau bunuh diri untuk mengakhiri rasa sakitnya. Siapa di sini yang layak untuk bunuh diri? Kenapa semua orang seakan berada dipihakmu? Aku yang sakit, tetapi kenapa mereka yang ada dipihakmu?". Renjun menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

Air mata Taeyong semakin deras, dadanya sesak dipenuhi dengan rasa bersalah. Taeyong merasa sangat buruk, dia adalah antagonisnya.

"Aku bahkan sudah tidak memiliki daya lagi untuk hidup. Kurasa benar kata kakakmu, lebih baik aku mengakhirinya sampai di sini. Aku lelah aku tidak sanggup!".

Renjun berjalan menuju tepi jembatan, ia memandang di bawah sana, jalan raya terpampang jelas dengan banyaknya kendaraan di sana. Renjun rasa jatuh ke bawah adalah cara yang cepat untuk menemui kematian.

"Renjun!". Teriak Taeyong.

Taeyong berlari mendekatiRenjun, hendak menghentikan aksinya.

"Renjun kumohon jangan. Aku yang bersalah akulah yang pantas untuk melakukannya. Kumohon jangan lakukan ini Renjun. Kamu tidak akan pernah kehilangan suamimu, aku akan kembali ke Jepang!".

Taeyong memegangi tangan Renjun yang terus memandang di bawah sana.

"Tapi Jaehyun tak akan membiarkan itu terjadi!". Kata Renjun lirih.

Renjun menaiki satu besi pembatas jembatan itu.

"Renjun kumohon jangan lakukan! Kamu pantas bahagia. Kumohon apapun akan kulakukan asalkan jangan melakukan ini!". Kata Taeyong memohon sambil terus memegangi Renjun.

"Benarkah kamu akan melakukan apapun?". Tanya Renjun.

"Aku akan melakukan apapun, kumohon turunlah Renjun. Katakan padaku, aku akan melakukan apapun untukmu!". Kata Taeyong sambil sesenggukan.

"Baiklah, kalau begitu gantikan aku untuk melakukannya!". Kata Renjun.

Taeyong terdiam, memandang Renjun dengan keheranan.

"Gantikan aku untuk melompat ke sana Taeyong!". Kata Renjun sambil menunjuk ke bawah.

Taeyong tak percaya dengan ucapan Renjun. Namun hatinya kini diliputi rasa bersalah yang dalam. Haruskah dia mempertimbangkan permintaan Renjun? Taeyong tak ingin bertambah merasa bersalah jika Renjun nekat melakukannya. Apalagi Renjun akan melakukannya tepat di depan mata Taeyong sendiri, pasti sangat menyakitkan. Ia tidak bisa hidup dalam rasa bersalah.

"Kamu bohong kan? Kamu tak kan pernah melakukan apapun untukku!".

Renjun menaiki besi pembatas kedua sekarang. Melihat itu Taeyong merasa panik.

"Renjun. Aku akan melakukannya!".

- Get You -
TBC

GET YOU | JAEYONG (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora