Tak munafik, Jaehyun sangat ingin menemui Taeyong, dia tidak mau Taeyong kembali ke Jepang. Dia menginginkan Taeyong, tapi sisi kemanusiaannya masih bermain, sekali lagi apakah pantas Jaehyun meninggalkan Renjun begitu saja setelah kehilangan janinnya?
Jaehyun sedang duduk di kursi dekat kolam rumahnya. Renjun melihat Jaehyun dan ia mendekat.
"Kamu sedang mempertimbangkannya?". Tanya Renjun.
Jaehyun yang sedikit terkejut kini berdiri dari posisi duduknya. Tapi sayangnya, ia tak memiliki jawaban atas pertanyaan Renjun.
"Jae, aku tidak menyangka jika hubungan kita akan serumit ini!". Kata Renjun.
Jaehyun menundukkan wajahnya sebentar, namun beberapa saat kemudian ia mengangkat kembali wajahnya, menatap dengan berani mata milik seseorang yang sedang terluka itu. Jaehyun tak boleh berlarut larut, ia harus segera memutuskan sebelum semuanya terlambat.
Jaehyun mendekat ke arah Renjun dan menariknya ke dalam pelukannya. Renjun membalas pelukan Jaehyun dengan erat seperti tak mau kehilangan tubuh yang selama ini ia gilai itu. Air mata mulai menuruni pipi tirusnya.
"Maafkan aku Renjun. Aku tahu ini menyakitkan bagimu tapi, aku ingin kamu mengingat satu hal. Ini semua adalah salahku, bukan salah Taeyong!".
Renjun mendorong tubuh Jaehyun kasar hingga pelukan mereka terlepas.
"Jadi benar kamu sedang mempertimbangkannya? Jadi benar appa akan membawaku ke LA untuk menjauhkanku darimu? Supaya kamu bisa menikah dan hidup bersama Taeyong?".
Jaehyun sedikit tersentak, bagaimana mungkin Renjun mengetahui hal itu?
"Renjun dengarkan aku!".
Jaehyun memegang kedua pundak Renjun dan menatap matanya.
"Taeyong sedang mengandung anakku, anak di dalam kandungannya kelak akan membutuhkanku!".
Renjun menepis tangan Jaehyun.
"Kamu bohong! Kamu mencintai Taeyong kan? Kenapa Mingyu hyung harus membawa Taeyong pulang ke Korea. Ini semua karena dia. Katakan padaku Jaehyun, Taeyong menggodamu kan?". Kata Renjun dengan sesenggukan.
Jaehyun menggelengkan kepalanya, satu titik air matanya jatuh begitu saja.
"Dia tidak menggodaku sama sekali. Bahkan dia selalu menolakku dan berusaha mengingatkanku padamu!". Kata Jaehyun.
"Aku yang menginginkannya Renjun, aku yang datang padanya!". Kata Jaehyun kemudian.
Jaehyun sangat sadar dengan ucapannya, pasti sangat menyakiti Renjun. Tapi, Jaehyun harus sesegera mungkin meluruskan semuanya kepada Renjun.
Renjun semakin menangis mendengar hal itu, dadanya seperti dihantam oleh ribuan pisau. Renjun sangat mencintai Jaehyun, perasaannya tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.
"Kenapa kamu tega sekali Jaehyun? Aku kehilangan janinku dan haruskah aku kehilanganmu juga?". Kata Renjun.
"Maafkan aku Renjun, aku buruk aku sangat buruk. Maafkan aku karena ak...".
"Tidak, tolong jangan katakan padaku kamu lebih memilihnya. Jangan Jaehyun jangan!". Kata Renjun memohon.
Jaehyun merasa sangat iba kepada Renjun. Ini sangat sulit.
"Maafkan aku Renjun, kumohon maafkan aku. Kamu boleh membenciku seumur hidupmu!".
Jaehyun sudah tak tahan lagi, ia segera pergi dari sana. Jaehyun tidak mau hatinya kembali goyah karena melihat Renjun yang berantakan.
Renjun merosot ke lantai dengan tangisan yang deras. Kenapa rasanya lebih sakit daripada ia kehilangan janinnya?
Jaehyun memasuki mobilnya, sebelum ia menyalakan mobilnya, ia meraih ponsel dan menekan nomor Yunho.
PART 10
Start from the beginning
