12. Cinta pertama

61 50 4
                                    

"Cinta pertama itu harus di kejar, apa pun caranya"

☆ Rara Anastasya ☆


•••




"Lo mau beli buah apa?" tanya El.

Kini mereka berdua sedang berada di supermarket, Karin ingin membelikan buah tangan untuk menjenguk bunda El.

"Melon sama Apel, buah kesukaan bunda" jawab Karin.

"Lo bisa sendiri kan? Ada barang yang mau gue beli soalnya" ucap El.

"Bisa kok, lo beli aja barangnya nanti kita bayar bareng" balas Karin.

"Oke" ujar El pergi meninggalkan Karin.

Saat hendak mengambil Melon, ada tangan lain yang akan mengambil Melon tersebut. Karin yang tidak ingin kalah langsung merampas paksa.

"Apaan sih? Itu Melon punya gue!" ucap gadis tersebut.

"Gue duluan kok" balas Karin sambil memeluk Melon itu.

"Gue yang lihat, harusnya punya gue dong" kekeh gadis muda itu.

"Siapa cepat, dia dapat" Karin menjulurkan lidah meledek.

"Yang waras ngalah" setelah mengatakan itu gadis tersebut melangkah pergi.

Karin yang kesal langsung memegang lengan gadis tadi, "Eh, jaga ya mulut lo!" peringat Karin serius.

"Lepas! Kasar banget jadi cewek, pasti gak ada cowok yang mau sama lo" ujarnya melepas paksa genggaman tangan Karin sambil tersenyum smirk.

"Ngelunjak lo ya? Belajar attitude deh lo, biar tau caranya menghargai orang lain" ucap Karin mencoba sabar.

"Buat apa menghargai orang modelan lo, dasar cewek kasar!" sambungnya.

Selesai mencari barang yang akan ia beli, El berniat kembali menemui Karin.

Senyum di wajah El seketika luntur saat melihat Karin tengah beradu mulut dengan seorang gadis.

"Kenapa nih?" tanya El melihat dua gadis dengan aura tidak bersahabat.

"Ini teman lo?" tanya gadis itu menunjuk El. "Mending lo jauhin nih cewek, dia terlalu kasar buat jadi teman lo" ucap gadis itu menyarankan.

"Jaga ya mulut lo!" Karin hampir menjambak rambut gadis itu jika El tidak mencegahnya.

"Udah udah, belanja lo udah kan? Kita bayar sekarang, gak usah di ladenin" El berusaha memisahkan mereka.

El mengajak Karin ke kasir untuk membayar belanjaan mereka, terlihat Karin masih menahan amarahnya.

"Sabar, muka lo jelek kalau lagi marah" ledek El.

"Diem lo!" ancam Karin menginjak kaki El.

Setelah membayar belanjaan, Karin lantas dengan cepat pergi dari supermarket sambil menenteng tas belanjaan. El yang masih merintih karena kakinya di injak langsung mengikuti langkah Karin dari belakang.

"Sini biar gue bawa" tawar El mengambil tas belanjaan.

"Gak usah, gue bisa bawa sendiri" balas Karin mengambil kembali tas belanjaan dari tangan El.

Belum sempat El menjawab, Karin sudah menyalakan mesin motornya lalu pergi meninggalkan El.

"Gue ditinggal, sialan" umpat El sambil menyalakan mesin motornya menyusul Karin.

Sesudah memarkirkan motornya di garasi, El bergegas masuk ke dalam rumah. Ternyata Karin sedang mengobrol dengan sang bunda di ruang keluarga.

"Parah lo ninggalin gue" adu El duduk di sebelah bunda dengan ekspresi cemberut.

Twisted Embrace Donde viven las historias. Descúbrelo ahora