11. Sebuah kesempatan

70 58 11
                                    

"Jika kesempatan itu ada, maka izinkanlah gue untuk memperjuangkan lo"

☆ Ellard Orion Ryder ☆



•••



"Kalian janjian?"

Dion dan Bara saling pandang satu sama lain. Pasalnya Bara sendiri tidak tau jika Dion mengikutinya, ia ingin mendengar jawaban dari Dion.

"Enggak, kebetulan waktu di lampu merah gue lihat mobil Bara. Karena penasaran jadi gue ikutin" jawab Dion.

Cafe tempat Bulan bekerja dengan perusahaan Arhan memang searah. Jika Dion tau mungkin dari kemarin ia akan lebih sering mampir ke sini.

"Oh gitu, yaudah silahkan duduk. Mau pesan apa kalian?" tanya Bulan memberikan daftar menu.

"Starbucks" ucap Bara tersenyum kepada Bulan.

"Samain" balas Dion ikut tersenyum.

"Tunggu sebentar ya" ujar Bulan meninggalkan mereka.

Setelah kepergian Bulan, Bara mengalihkan pandangannya kepada Dion. Dion malah sibuk melihat sekeliling isi Cafe tanpa menghiraukan tatapan Bara padanya.

"Apa alasan lo ngikutin gue?" selidik Bara.

"Gue yakin lo gak tuli" balas Dion cuek menyalakan ponselnya.

"Pasti ada hal yang lo cari tau kan? Lo sengaja ngikutin mobil gue karena tau gue bakalan pergi ke tempat Bulan" ucap Bara tidak percaya alibi Dion.

"Gue bisa tau apa pun tentang Bulan bahkan tanpa ngikutin lo" balas Dion dengan ekspresi wajah meremehkan.

"Lo nyuruh orang buat mantau dia? Keterlaluan!" Bara menggebrak meja menimbulkan perhatian dari seisi Cafe.

Bulan yang sedang membawa pesanan mereka ikut terkejut, buru buru ia menghampiri meja mereka khawatir akan ada kejadian tidak di inginkan.

"Bara, Dion, kalian kenapa?" Bulan panik.

Mendengar pertanyaan Bulan, Bara langsung membuang muka. Ia memang tidak bisa mengontrol emosi.

"Ini minuman kita?" tanya Dion mengubah topik obrolan.

"Eh iya" Bulan hampir lupa, dengan segera ia menyimpan dua pesanan mereka di meja.

Saat hendak kembali, tiba tiba langkah Bulan terhenti karena Dion memegang lengan bajunya.

"Duduk, temenin kita" pinta Dion dengan ekor mata ke arah Bara.

"Tapi kerjaan gue belum selesai" tolak Bulan.

"Sebentar doang" bujuk Dion.

Delia tidak sengaja mendengar percakapan mereka setelah mengantarkan pesanan pembeli langsung menghampiri meja mereka.

"Gapapa Lan, temenin aja dua teman lo. Lagian pembelinya masih bisa di handel sama gue dan yang lain" ucap Delia.

"Yaudah deh, sorry ya ngerepotin" balas Bulan merasa serba salah.

"Kayak sama siapa aja" ujar Delia meninggalkan mereka.

Dion menyuruh Bulan duduk di kursi kosong, tepat di tengah kedua pemuda itu. Bulan duduk dengan sedikit rasa canggung, tidak ada obrolan di antara mereka.

"Cafenya tutup jam berapa?" tanya Dion penasaran.

"Tengah malem" jawab Bulan.

"Lo pulang tengah malem naik taksi?" kali ini Bara yang bertanya.

Twisted Embrace Where stories live. Discover now