15. Susah Nurut!

751 63 0
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE 🙂
RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR JUGA
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.

Sore kemarin Ardi memang terlihat sudah sehat, tetapi ternyata malamnya sungguh tidak terduga. Panas yang sempat menurun nyata naik lagi, seolah obat penurun panas tidak memberi efek berarti tadi. Titik puncaknya ketika termometer menunjukkan suhu 39.3, cukup membuat Jena kepanikan di tengah malam.

IGD tujuan utama tadi malam, tidak mengemas baju banyak Jena segera membawa Ardi ke RS terdekat. Dia mengurus semuanya sendiri, tidak ingin membuat keluarga panik lebih tepatnya. Untung saja twins masih menginap di rumah bundanya. Jadi tidak terlalu panik yang terbagi antara mengantar Ardi dan meninggalkan twins sendiri di rumah.

Setelah beberapa jam berlalu baru ketahuan kalau Ardi mengidap penyakit DBD. Tes lab menunjukkan adanya penurunan trombosit. Waktu tadi menggantikan baju baru Jena juga tersadar dengan adanya bintik merah di beberapa tubuh Ardi. Agak heran karena ini sedang perlalihan musim, tapi nyatanya seperti itu.

"Cepet sembuh ya Mas, enggak tega lihat kamu terbaring gini. Padahal tadi malem udah ketawa ketiwi gombalin, malemnya kok tumbang." ucap Jena, dia mengusap tangan suaminya yang tengah tertidur lelap karena efek obat.

Ini masih jam 5 pagi, Jena masih terjaga di samping suaminya. Sesekali mengecek demam Ardi, termometer menjadi benda yang wajib Jena pegang. Agak parnoan perkara tadi malem karena Ardi sempat menggigil juga.

Cklek
Suara pintu terbuka, Jena menengok ke sumber suara.

"Assalamualaikum, gimana keadaan Ardi? Ini Bunda kirimin makanan buat kamu." ucap Algan

"Waalaikumsalam Mas, demamnya turun perlahan. Baru tidur sejaman kali Mas saat selesai di pindah ke kamar." ucap Jena

"Twins gimana? Rewel kah, berantem sama Keyna enggak? Tolong jangan dikasih tau dulu Mas."

"Twins jadi anak baik kok, enggak perlu khawatir mereka aman. Besok pagi aja kalau mau ngasih tau. Ketimbang nanti repot kamu, mereka pasti merengek mau lihat Papanya." ucap Algan

"Ya, enggak kepagian kamu Mas masuknya?" tanya Jena

Kebetulan Ardi di rawat di rumah sakit tempat Algan bekerja. Algan bekerja sebagai apoteker di RS ini sudah lama, shiftnya selalu pagi terus karena jabatannya. Jam 5 tentu kepagian untuk Algan, biasanya masuk jam 7 kurang.

"Enggak, sengaja mau nemenin kamu jaga Ardi dulu. Kamu udah bawa apa aja ada yang kurang biar Mas yang keluar cari." ucap Algan

"Cuma bawa baju aja Mas. Bisa tolong belikan washlap, ........" pinta Jena melist semua barang yang dibutuhkan.

"Tunggu ya, kamu makan dulu sana mumpung Ardi tidur. Bunda masak semur ayam kentang." ucap Algan

"Ya." Jena hanya mengiyakan ucapan Algan. Jujur Jena mau makan saja tidak selera, melihat suaminya lemas terbaring siapa sih yang bisa santai makan.

"Yang..." Ardi memanggil Jena dengan suara seraknya.

"Ya Mas? Mau minum." Jena cepat-cepat memberikan Ardi minum.

"Ngilu sayang." ucap Ardi

"Apanya Mas? Perlu dipanggilkan dokter?" tanya Jena

"Rahangnya pas minum, kelamaan tidur kayaknya." ucap Ardi

"Gimana masih lemes? Mau makan tadi Mas Algan mengirim makanan dari Bunda." tanya Jena

"Masih lemes, belum laper nanti aja. Kamu tadi tidur to sayang?" tanya Ardi

Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang