3. Trauma

1.7K 97 1
                                    

.

.

.

.

.

.

Kesibukan Jena bukan hanya menjadi Ibu dan Istri saja, khusus di hari selasa dan kamis ada kegiatan tambahan. Paginya biasa menyiapkan sarapan, anak berangkat dengan Papanya dan nanti dia yang jemput ke sekolah. Habis itu langsung meluncur ke rumah orangtuanya untuk menitipkan kiddos untuk beberapa jam ke depan.

"Satu tambah satu sama dengan dua."

"Kalau dua tambah satu sama dengan?" tanya Jena sembari menunjuk angka yang ditulis di papan tulis.

"TIGA!!" ucap anak-anak dengan kompak.

"Pinter! Lagi tiga tambah dua sama dengan?" tanya Jena

"LIMA!"

Inilah kegiatan Jena, menjadi pengajar sukarela di sebuah panti asuhan. Dia memang tidak bekerja menjadi guru di sekolah tapi tenang saja, ilmu Jena saat kuliah masih bisa tersalurkan dengan kegiatan ini. Sudah kurang lebih sekitar tiga tahun, pokoknya saat twins sudah lepas asi darinya.

Jadwal mengajar sebenarnya itu jam 1 siang, tapi karena ini sekolahnya libur karena suatu hal jadi Jena mengajar agak awal. Kelas Jena terbagi menjadi dua, kelas kecil dan kelas besar. Kalau kelas kecil biasanya belajar berhitung, belajar basicnya matematika. Untuk kelas diatas kelas 3 SD biasanya menanyakan pr saja. Sistemnya Jena menjelaskan sedikit diberi contoh soal, sisanya biar mengerjakan sendiri. Tenang saja nanti juga akan dicheck olehnya.

"Dicatat dan dihapalkan ya rumus bangun-bangunnya, saat tes tidak boleh buka buku." ucap Jena

"Kalau yang gabungan kaya gini Kak?"

"Kalau keliling cuma pinggirnya doang yang dihitung, luasnya hitung satu-satu terus ditambah."

"Kak Jena jadi guruku aja di sekolah, menggantikan Bu Ali. Enggak paham tau pas di sekolah saat diterangin." ucap Safa

"Safa enggak boleh begitu, kuncinya itu suka sama salah satunya dulu. Matematika atau sama gurunya, nanti lama-lama bisa asalkan dilatih terus." ucap Jena sambil tersenyum.

"Dikerjain ya, Kak Jena pamit pulang. Jangan tergesa-gesa dan jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan." pesan Jena.

"Hati-hati Kak." ucap Anak-anak sambil melambaikan tangan.

"Mbak Jen! Mau pulang?" tanya Bu Ami yang menghampiri, beliau adalah pengurus panti asuhan tempat Jena mengajar.

"Eh Bu Ami, iya mau pulang." jawab Jena

"Endak makan siang dulu? Apa endak lapar gitu padahal habis mengajar." ucap Ami

"Terima kasih Bu atas tawarannya, tapi maaf saya harus segera menjemput anak-anak." tolak Jena secara halus.

"Oalah ya sudah, oh iya! Ini ada sedikit hasil kebun kami dibawa ya Mbak." ucap Ami memberikan sekresek penuh sawi dan kacang panjang.

"Kok diberikan ke saya? Buat kebutuhan panti aja Bu." Jena berusaha menolak, karena baginya panti lebih membutuhkan.

"Pokoknya dibawa Mbak, untuk panti sudah ada sendiri. Mbak Jena harus mencoba juga hasil berkebunnya anak-anak. Hanya ini juga yang bisa kami berikan untuk Mbak." ucap Ami, tidak kehabisan akal Ami memasukan sayurannya langsung ke dalam mobil Jena.

"Terima kasih ya Bu, pasti akan saya coba hasil kebun anak-anak. Kalau begitu saya pamit Bu." ucap Jena, tidak ada lagi kata menolak pemberian kalau sudah sampai masuk ke mobil.

Life With YouWhere stories live. Discover now