"Aku kira kamu bakal jawab Om Abi yang lebih ganteng," ucap Aruna menatap Alula keheranan.

"Maunya sih gitu, biar Papi kesal," sahut Alula santai.

"Terus, kenapa jawab Papi yang lebih ganteng?" tanya Gama penasaran. 

"Karena dimataku, emang Papi lebih ganteng."

"Aku juga," sahut Aruna.

"Percuma ganteng kalo ujung-ujungnya Mami lebih pilih Om Abi."

Gama lagi-lagi hanya bisa melongo mendengar jawaban Alula. Baru saja ia dilambungkan karena dibilang lebih ganteng, sekarang ia kembali dijatuhkan. Ucapan anaknya sama sekali tidak salah. Karena ucapan Alula barusan, berhasil membuatnya kepikiran.

***

Setelah Kamil dan Abimana pamit pulang, tak lama kemudian ada Adam yang datang bersama Viola dan Mikala. Mereka datang dengan membawa satu keranjang buah dan dua kotak lapis legit.

"Berarti besok kalian nggak masuk sekolah dong?" tanya Mikala pada Alula dan Aruna.

"Iya dong," jawab si kembar kompak. Tidak lupa dengan wajah girang mereka.

"Yang sakit cuma Al, kenapa Ar nggak masuk sekolah juga?" tanya Mikala.

"Aruna besok masuk kok. Yang nggak masuk cuma Alula aja," ucap Jenia ikut menimpali.

"Lho, kok Ar masuk sekolah?" tanya Alula memprotes. "Kalo Ar sekolah, nanti aku sama siapa di rumah sakit?"

"Sama Mami."

"Terus, Ar diantar sekolah sama siapa?"

"Sama Papi."

Alula memajukan bibirnya, wajahnya tertekuk kesal. "Aku sama Ar kembar. Jadi, kalo aku nggak masuk sekolah, Ar juga harusnya ikut nggak masuk."

"Teori dari mana kayak gitu?" Kali ini Gama ikut menimpali. "Yang sakit cuma Al, jadi yang nggak masuk sekolah cuma Al."

Aruna menatap kembarannya. "Nggak papa. Besok aku masuk sekolah aja. Nanti kalo ada catatan, kamu bisa pinjam bukuku."

"Yaudah deh," sahut Alula pasrah.

Jenia duduk di sofa bersama Viola, sedangkan Gama dan Adam berada di luar ruangan.

"Aku agak kaget waktu dikasih tau Mas Adam," ucap Viola memulai pembicaraan.

"Aku juga nggak nyangka ternyata Mas Adam itu pacarmu."

Viola terkekeh. "Mas Adam awalnya nggak tau kalo si kembar itu keponakannya."

Tatapan Jenia tertuju pada ranjang. Di sana anak-anaknya dan Mikala sedang tertawa keras. Entah apa yang sedang mereka bertiga bicarakan.

"Karena si kembar main sama Mikala, mereka jadi ketemu sama Mas Adam yang ternyata Om mereka. Dan si kembar bisa ketemu sama Papi mereka.

Jenia mengangguk membenarkan.

"Maaf."

Jenia menoleh cepat, menatap Viola. "Nggak perlu minta maaf. Mungkin emang udah waktunya mereka tau soal Papinya."

"Tiga tahun anak kita di sekolah yang sama, dan baru tahun ketiga kita bisa ngobrol seakrab ini."

"Aku emang menghindari kumpul-kumpul dengan orang tua murid yang lain."

"Kenapa?"

"Aku membatasi diri karena nggak mau terlalu dekat secara personal sama mereka."

"Aku beberapa kali ikut pertemuan sama ibu-ibu yang lain. Kadang menyenangkan, tapi lebih banyak membosankan," ucap Viola memberitahu.

Not Finished Yet [Completed]Where stories live. Discover now