11 - Maintenant, Je Me Rends

155 23 11
                                    

__________

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

__________

the eleventh part

©pearsnpearls, february 2024

__________



Jabraan bilang, Yuna orangnya kompleks. Dia benar. Yuna memang kompleks, tapi bukan hanya karena dia sulit didekati. Perempuan itu tumbuh dengan kisah yang kalau diadaptasi lewat film, genre-nya sudah pasti angst. Yuna bukan tipe orang yang meledak-ledak. Sebaliknya, dia terbiasa menelan sendiri emosinya, membiarkan kemarahan mengakar dalam hingga dia terlihat benci dengan dunia dan sekelilingnya.

Itu semua dimulai sejak ibunya meninggal dunia. Untuk anak yang baru saja beranjak remaja, berkutat dengan pilu hati seberat itu tanpa pendampingan apapun membuat Yuna terpaksa belajar sendiri meredakan sakit hati sembari menerima fakta bahwa ayahnya membawa keluarga baru ke rumah tempatnya tumbuh, berisi sisa kenangan indah masa kecil yang sebenarnya mau dia jaga agar tidak diganggu siapa-siapa.

Masuknya orang-orang baru yang dibawa ayahnya terjadi tanpa aba-aba. Tiba-tiba saja Yuna harus memanggilnya dengan sebutan mama dan tiba-tiba juga dia punya adik laki-laki. Ayahnya tak punya peran menyatukan mereka. Hanya sesekali bilang kalau Yuna harus menerima. Tapi sampai sekarang, Yuna belum bisa.

Tiap ingat masalah keluarga, perempuan itu selalu menghela napasnya berat. Dia sebenarnya lelah harus terus menerus menolak dan membenci, tapi hati dan kepalanya masih semangat mengingatkan tentang luka hati yang mungkin saja akan dibawa sampai mati. Seperti yang terjadi barusan.

Yuna sedang berjalan menyusuri lorong supermarket untuk belanja kebutuhan bulanannya. Kalau satu bulan yang lalu kegiatan ini diwarnai dengan senyum karena percakapannya lewat telepon dengan Jabraan, kini dia sampai berhenti sejenak memandangi kemasan snack kesukaannya masa kecil dengan pikiran yang berat. Dulu, kudapan ini selalu tersedia di rumah, karena ibunya tahu kalau itu kesukaan Yuna. Bahkan dulu ibunya sampai belajar buat sendiri supaya Yuna tak keseringan jajan di luar.

Kesukaan Yuna ini juga diketahui oleh pegawai-pegawai di rumahnya. Jadi, ketika mama baru dan adiknya mulai tinggal di sana, sedikit banyak kebiasaan Yuna juga mereka sampaikan sebagai upaya agar mereka bisa lebih kenal satu sama lain. Sayang, ibu sambungnya nggak seberapa peduli soal itu.

Sebaliknya, Nala yang ketika itu masih kecil, sudah melihat Yuna sebagai sosok kakak idaman yang dia kagumi. Nala tahu kalau kak Yuna anak pintar dan baik, karena itu yang selalu dibilang oleh Bi Rahmi, asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumah itu sejak Yuna kecil. Sampai suatu hari, ketika Nala kecil pertama kali mendapatkan uang jajan, yang dia pikirkan adalah untuk membelikan jajanan kesukaan kakaknya.

"Kakak Una, ini lima buat kamu, ini lima buat aku. Kata Bibi, kalau bagi Kakak harus adil, aku sama kamu sama." Mata kecil itu berbinar. Dengan masih menggunakan seragam taman kanak-kanak, Nala menunjukkan dengan jari mungilnya hasil belanjanya sepulang sekolah tadi.

Three Words TheoryOù les histoires vivent. Découvrez maintenant