Part 16

20 3 0
                                    

"Ehm."

Nesya berdehem pelan, sebisa mungkin menekan sebuah rasa dalam hati yang tiba-tiba menggeliat dengan debaran yang membuatnya tak nyaman, tapi juga menyenangkan di waktu yang bersamaan.

Nggak boleh baper! Nggak boleh baper! Nesya memperingatkan diri sendiri. Memalingkan wajah sambil refleks membenarkan rambut dengan gerakan kikuk.

Sialan! Gimana nggak baper kalau Naga-nya terus bersikap manis begini? Mana sebelum ke rumah sakit, tercetus pernyataan suka pria itu pula. Makin-makinlah Nesya nggak bisa anteng.

Terus abis ini apa? Apa mereka akan jadian? Aduh ... nggak boleh ngarep, Nesya. Sadar diri! Lo singkong, dia keju! Nggak cocok!

Nesya rasanya capek menyadarkan dirinya sendiri untuk tahu malu.

"Restauran seafood, mau?" suara Naga memecah keheningan lagi.

Awalnya Nesya terkesiap karena tak siap dengan pertanyaan itu. Namun, sebisa mungkin otaknya berputar agar cepat tanggap maksud pertanyaa pemuda di sebelahnya ini.

Nesya melirik luar jendela. Tepatnya mengikuti pandangan Naga. Dan di depan sana, Nesya melihat sebuah gedung yang di fungsikan sebagai tempat makan, dengan nama yang berukuran besar dan berkelip-kelip bagus sekali.

"Nggak!" jawab Nesya tiba-tiba, saat satu kata 'mahal' melintas di kepalanya ketika melihat tempat itu.

"Nggak suka seafood?" tanya Naga lagi heran. Seingatnya, seumur-umur mengenal Nesya. Gadis ini pemakan segalanya. Tak pernah mendengar ada pantangan soal makanan.

"Eh, bukan gitu. Gue sih apa aja masuk."

Nah, kan?

"Lalu?"

"Ck, mending jangan makan di sana, deh." Nesya malah terdengar berdecak.

"Kenapa?"

"Dilihat dari tempatnya aja, pasti nggak worth it itu. Cuma mahal doang, tapi nggak bakal bikin kenyang. Nggak cocok buat kantong," terang Nesya lugas.

Namun, sejurus kemudian dia melipat bibirnya. Merasa telah salah bicara. Takut-takut, dia melirik Naga, dan benar saja. Nesya langsung menemukan pria itu tengah menatap dengan alis yang terangkat sebelah, seolah sedang berkata, 'So what? Duit gue banyak, kok!'

Ish, sombongnya!

"Maksud gue, di kantong gue." Nesya meralat ucapannya dengan agak kesal.

"Gue nggak bakal minta lo bayarin," terang Naga acuh. Nesya cemberut mendengarnya.

"Oh mau neraktir ceritanya. Ya udah, okelah makan di sana," putus Nesya kemudian.

Naga tak banyak komentar. Hanya melajukan mobil dan menepikannya ke halaman tempat makan tersebut. Setelah itu turun.

Glek!

Baru juga sampai di pelataran parkir, Nesya sudah merasa salah alamat. Meski tempatnya cozzy dan Instagramable banget, pokoknya khas tempat nongkrong ABG lah. Tetapi dari kendaraan yang terparkir saja sudah bisa terlihat kalau yang datang bukan kaleng-kaleng.

"Kenapa?" tanya Naga saat merasakan jika Nesya tak mengikuti langkahnya.

Inginnya sih, Nesya bilang, 'ganti tempat aja, yuk.' Namun, belum sempat bibirnya berucap, seseorang sudah menegur Naga.

"Hei, Ga! Makan di sini juga lo?"

Nesya nggak kenal siapa orang itu, tapi nampaknya Naga cukup akrab. Terlihat kedua pemuda tadi melakukan tos ala lelaki.

"Eh, sama siapa lo?" tanyanya kemudian sambil melirik keberadaan gadis yang ada di samping Naga.

"Namanya Nesya."

Diam-Diam BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang