The Night Before the Wedding

161 17 0
                                    


Danielle sudah menyiapkan semua hal yang diperlukan untuk persiapannya kawin lari bersama Junghwan. Dia membawa barang yang menurutnya penting, seperti perhiasaan dan benda berharga lain yang dimilikinya. Meskipun Junghwan pasti bertanggung jawab, tetapi dia tahu pria itu hanya hidup sederhana. Tidak seperti dirinya yang selalu hidup bergelimang harta dan kemewahan.

Danielle berjalan pelan menuju pintu belakang rumahnya. Dia harus melewati ruang dapur untuk mencapai pintu tersebut. Dengan pelan, Danielle mengendap di rumahnya sendiri.

Danielle memandangi sekeliling rumahnya. Kepalanya menengok ke kiri dan kanan, takut ada orang yang memergokinya. Untungnya rumah dalam keadaan sepi. Semua orang sepertinya tidur lebih awal untuk persiapan pesta esok hari.

"Untunglah, semua orang telah tidur." Batin Danielle.

Wonyoung yang sedang kehausan menuju ke ruang dapur. Dia tidak mengecek persediaan air di kamarnya yang ternyata sudah habis. Perlahan dia menuju ruang dapur.

Netranya menangkap sesuatu yang ganjil. Walau dalam keadaan gelap Wonyoung melihat dengan jelas ada seseorang di ruang dapur. Siluet seseorang yang sedang berjalan mengendap dari ruang dapur menuju pintu belakang rumah.

Dilihat dari siluetnya, Wonyoung bisa menebak itu adalah kakaknya. Terlihat Danielle membawa tas besar. Gerakannya juga sangat mencurigakan. Wonyoung pun dengan cepat menghampirinya.

"Kak, apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Wonyoung tepat ketika kakaknya memegang gagang pintu ruang belakang.

Wanita yang ditegur itu terpaku dan melepaskan peganganya dari gagang pintu. Danielle pun menoleh dan mendapati Wonyoung tengah berdiri dengan wajah penuh tanya.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Kak? Mengapa kamu membawa tas sebesar itu?" Wonyoung curiga dengan Danielle yang terlihat mengendap-endap.

Danielle hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya lalu satu tangannya menuju bibirnya, memberikan kode agar Wonyoung diam. Dengan cepat Wonyoung memahami situasi yang terjadi di depannya. Danielle akan pergi. Dia akan pergi dari rumah, meninggalkan keluarganya yang harus bertanggung jawab atas tindakannya.

"Diam, Wonyoung! Tolong aku, jangan membuat keributan! Aku ingin menggapai impianku menikah dengan orang yang aku cintai." Wonyoung membelalakkan matanya.

Wonyoung yang tumbuh besar bersama Danielle mengetahui kakaknya sangat menyukai cerita romantis. Namun, dia tidak menyangka kakaknya dapat melakukan tindakan yang sangat berisiko.

"Jangan bilang padaku. Kamu akan pergi meninggalkan pernikahan ini. Kak, pernikahanmu itu besok. Ah, tidak sekarang sudah lewat tengah malam. Tujuh jam lagi kamu harus melakukan pernikahan dengan Kak Sunghoon." Wonyoung berkata dengan nada tinggi.

Dia tidak habis pikir dengan kakaknya. Dengan melakukan tindakan ini berarti akan mencoreng nama baik keluarga Jung. Bukan hanya itu, keluarga Jung akan disalahkan bila Danielle kabur tepat pada malam sebelum pernikahan.

"Aku tidak mencintainya, Wonyoung. Kamu tidak akan pernah bisa mengertiku. Kamu diberikan kebebasan untuk memilih tujuan hidupmu sendiri. Berbeda denganku yang harus menuruti semua keinginan orang tua kita." Danielle mengatakan hal yang selama ini dipendam, dia sebenarnya selalu iri dengan Wonyoung.

Dari kecil Wonyoung tidak pernah dituntut untuk sempurna. Adiknya selalu diberikan kebebasan dalam menentukan jalan hidup. Bahkan, Wonyoung diperbolehkan bekerja di perusahaan lain. Tidak dengan Danielle yang dituntut untuk sempurna. Hal tersebut dikarenakan Danielle yang akan menjadi ahli waris utama keluarga Jung.

"Lalu, mengapa kamu tidak menolak perjodohan ini? Seharusnya kamu bisa mengatakannya pada Papa kalau kamu tidak bisa menjalani perjodohan ini!" Wonyoung yang emosi meninggikan nada bicaranya.

"Apa Papa akan mendengarkanku? Semua yang aku lakukan harus sesuai dengan yang direncanakan oleh Papa. Kamu tidak akan pernah tahu rasanya diatur karena kamu tidak disiapkan menjadi ahli waris keluarga. Kamu tidak tahu betapa menderitanya aku dengan beban yang ada dipundakku." Perkataan Danielle membuat Wonyoung terdiam.

Wonyoung tidak pernah tahu kalau kakak tertekan. Dia pikir Danielle menjalani hidupnya dengan senang dan tanpa beban. Dia mengira kakaknya ikhlas melakukan semua permintaan papanya.

"Apa harus dengan seperti ini membalasnya, Kak? Kamu akan membuat kedua keluarga malu!" Wonyoung menghampiri Danielle dan mengambil tas yang berada di tangan kakaknya.

"Ayo kita bicara di kamarmu. Aku tidak akan mengatakan apa pun pada orang lain." Wonyoung mencoba untuk membujuk Danielle membatalkan niatnya.

"Tidak! Aku akan tetap pergi bersama Junghwan! Aku akan kawin lari bersamanya." Danielle menarik paksa tas yang sudah diambil Wonyoung.

Terjadi tarik menarik di antara Wonyoung dan Danielle untuk memperebutkan tas tersebut. Danielle mendorong adiknya. Wonyoung pun terjatuh dan kepalanya terbentur sudut meja makan. Seketika, Wonyoung pingsan, karena benturan tersebut.

Danielle panik melihat adiknya terjatuh. Wonyoung yang pingsan membuatnya memanggil-manggil adiknya. Kepanikan melandanya, tetapi dirinya masih menahan diri untuk tidak berteriak.

"Wonyoung! Wonyoung!" bisik Danielle memeriksa napas adiknya dengan mendekatkan tangannya ke hidung adiknya. Dia lega Wonyoung masih bernapas.

"Maaf Wonyoung, maafkan aku. Aku harus pergi!" Danielle segera mengambil tas yang tergeletak di sebelah Wonyoung. Lalu, bangkit untuk menuju pintu.

Dengan tergesa-gesa, Danielle keluar dari rumahnya. Setelah melewati pintu belakang, gadis itu harus membuka gerbang terlebih dahulu. Danielle dengan cepat mengeluarkan kunci gerbang dari saku celana. Danielle membuka gerbang dan keluar dari rumahnya.

Danielle melihat mobil berwarna putih yang sudah menunggu dirinya. Danielle segera memasuki mobil tersebut. Terdapat Junghwan yang menunggunya dengan ekspresi cemas. Dia khawatir Danielle mendapat kesulitan saat berusaha pergi dari Rumah.

"Mengapa lama sekali? Kamu membutuhkan waktu satu setengah jam untuk keluar rumah," ucap Junghwan yang melihat ketegangan di wajah Danielle.

"Aku tertahan karena Wonyoung. Dia mencoba mencegah kepergianku. Kita bicarakan sambil jalan saja. Kita masih belum aman bila masih berada di sekitar rumahku." Danielle masih berusaha mengatur napasnya, dia sedikit terkejut karena adiknya begitu mudah pingsan akibat dorongannya.

Junghwan menuruti permintaan Danielle. Pria itu segera melajukan mobilnya. Ekspresi wajahnya penuh dengan tanda tanya. Dia mengenali Wonyoung. Pasti wanita itu mencegah kepergian kakaknya. Tindakan mereka yang gegabah memang akan membuat keluarga menjadi malu dan kecewa.

"Aku mendorong Wonyoung dan dia pingsan. Aku sudah mengecek keadaannya. Dia baik-baik saja dan pasti akan segera siuman." Danielle mengatakan hal itu sambil menenangkan perasaannya.

Danielle sangat takut karena telah menyakiti adiknya. Biar bagaimana pun dia sangat menyayangi Wonyoung. Danielle berusaha untuk mengatur napas dan debaran hatinya yang berpacu dengan cepat. Akan tetapi, Danielle bersyukur Wonyoung telah mengetahui kepergiannya dengan cepat. Dia berpikir Wonyoung pasti akan melaporkan tentang kepergiannya pada kedua orang tua mereka.

Junghwan menatap Danielle yang masih berusaha menenangkan diri. Junghwan merasa bersalah telah pergi membawa Danielle tepat sehari sebelum pernikahannya dilaksanakan. Junghwan yakin hal ini akan membuat keluarga Jung sangat malu.

"Semoga hal yang kita lakukan tidak membuat masalah yang besar bagi keluargamu. Aku merasa sangat bersalah pada keluargamu." Ucap Junghwan yang memandang lurus ke depan. Dia berusaha untuk menenangkan hatinya dan meyakinkan hatinya sendiri.

***

Substitute Bride | (Sunghoon & Wonyoung) (HIATUS)Where stories live. Discover now