Danielle's plan

160 18 0
                                    


Sunghoon dan Wonyoung hanya saling berdiam diri. Tidak ada satu pun yang memulai percakapan. Sunghoon menahan diri, sedangkan Wonyoung segan pada calon kakak iparnya itu. Baginya, Sunghoon terlalu dominan. Oleh karena itu, Wonyoung tidak terlalu nyaman berdekatan dengan pria itu.

Di tengah keheningan, ponsel keduanya berbunyi. Ternyata satu pesan masuk dari Danielle. Danielle berhalangan hadir karena meeting yang dia hadiri memerlukan waktu yang lebih lama.

"Ehm, Kak Danielle tidak bisa datang, sebaiknya aku kembali ke kantorku saja ya, Kak." Wonyoung bangkit dari sofa dan menuju pintu.

Sunghoon berpikir cepat kemudian memegang pergelangan tangan Wonyoung untuk mencegah kepergian gadis itu. Wonyoung yang melihat Sunghoon mencegah kepergiannya, menatapnya dengan ekspresi penuh tanya.

"Ada apa, Kak?" tanya Wonyoung karena Sunghoon hanya diam menatapnya.

"Kita makan siang bersama saja. Kamu belum makan siang kan?" tanya Sunghoon. Wonyoung menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari pria yang menutupi kegugupannya, setiap berdekatan dengan Wonyoung.

Wangi tubuh Wonyoung yang manis tercium saat posisi tubuh Sunghoon berdekatan dengan gadis itu. Sunghoon memejamkan matanya, mencoba terus menahan diri untuk terus mendekatkan dirinya pada Wonyoung. Debaran jantungnya sungguh terasa, dia merasakan perbedaan yang kontras bila bertemu dengan Danielle.

Beberapa hari ini, dia telah mencoba untuk mendekatkan diri dengan Danielle. Akan tetapi, tidak ada yang membuatnya tertarik pada Danielle. Wanita yang menjadi tunangannya itu memang cantik, tetapi entah mengapa dia merasa biasa saja. Tidak ada debaran yang sama seperti yang dirasakannya pada Wonyoung.

"Baiklah kak. Makan siang di mana? Aku membawa mobil sendiri, nanti kita bertemu di restoran saja," ujar Wonyoung sambil tersenyum.

"Tidak, kamu ikut bersamaku saja. Kita satu mobil. Nanti, anak buahku akan mengantarkan mobilmu ke kantormu." Sunghoon menjelaskan pada Wonyoung karena wajah gadis itu dipenuhi dengan tanya.

Wonyoung enggan satu mobil bersama dengan Sunghoon, dia merasakan keanehan pada dirinya bila berdekatan dengan pria yang tampan itu. Namun, tidak mungkin dia menolak ajakan Sunghoon karena sudah mengiyakan tawaran makan siang bersama dengannya.

"Baiklah kak." Wonyoung mengikuti Sunghoon yang telah lebih dahulu keluar dari ruangan Danielle. Beberapa pasang mata melihat kedua orang itu, namun hanya bersikap biasa karena sudah mengetahui tentang pertunangan Sunghoon dan Danielle. Lagipula Wonyoung adalah adik dari Danielle, jadi wajar saja mereka keluar bersama untuk sekadar makan siang.

***

Sepanjang perjalanan mereka mengobrol untuk mencairkan suasana. Wonyoung lebih sering berbicara dan Sunghoon hanya menjawab pertanyaan Wonyoung seadanya. Sunghoon mencoba untuk tidak bersikap berlebihan pada Wonyoung. Dia berusaha untuk menekan perasaan yang tumbuh dalam hatinya.

Mereka masuk ke sebuah restoran dan duduk disudut ruangan. Setelah memilih makanan, kedua orang itu mengobrol sambil menunggu makanan yang mereka pesan datang.

"Oh ya, berapa biaya perawatan mobil karena kecelakaan Minggu lalu? Nanti Kak Sunghoon kirim nomor rekening ke nomorku, ya. Aku akan menggantinya." Wonyoung teringat pada utangnya, gadis itu telah berjanji untuk mengganti biaya perawatan mobil akibat keteledorannya dalam menyetir.

"Kamu tidak perlu menggantinya karena perawatan mobilnya telah selesai, tetapi aku tetap butuh nomormu. Siapa tahu nanti aku butuh sewaktu-waktu." Wonyoung tentu saja senang Sunghoon tidak menginginkan uang ganti rugi yang timbul karena dirinya.

"Benarkah? Yakin, aku tidak perlu mengganti biaya perawatan mobil kakak?" tanya Wonyoung meyakinkan Sunghoon sekali lagi.

"Tidak, kamu hanya perlu menyimpan nomorku saja." Tentu saja Wonyoung sangat senang mengetahui kebaikan dari calon kakak iparnya, bila ditaksir mungkin biaya perawatan mobilnya bisa mencapai ribuan dolar.

"Wow, Kak Danielle memiliki calon suami yang sangat dermawan." Batin Wonyoung dalam hati mengagumi kebaikan Sunghoon.

Perasaan Sunghoon juga sangat senang karena mendapatkan nomor ponsel Wonyoung. Sebenarnya mendapatkan nomor ponsel Wonyoung merupakan hal mudah baginya. Akan tetapi, terdapat kebanggaan tersendiri karena dia berhasil mendapatkan nomor ponsel Wonyoung dari orangnya sendiri.

"Baiklah, berapa nomor ponsel Kakak. Nanti aku akan mengirimkan pesan pada Kakak. Hmm, Kak Sunghoon harus ingat ya. Jangan menagih kembali biaya perawatan mobil karena Kakak sendiri yang tidak mau diganti olehku." Wonyoung berbicara sambil tersenyum dan mengambil ponselnya yang berada dalam tas.

Wonyoung bersyukur uangnya tidak jadi berkurang karena mengganti biaya perawatan mobil Sunghoon. Uang memang bukan masalah bagi Wonyoung, tetapi dia tidak menolak bila harus menyimpan uangnya lebih lama. Sunghoon yang melihat Wonyoung senyum-senyum sambil membuka ponselnya, ikut tersenyum. Pria itu merasa Wonyoung sangat lucu hingga mampu membuat hatinya lagi-lagi berdebar.

***

Danielle ternyata tidak sedang meeting, karena memang tidak ada pertemuan yang harus dia datangi. Dia sedang bersama dengan seorang pria yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama ini. Pria itu adalah So Junghwan, keduanya berkuliah di universitas yang sama. Mereka telah lama menjalin hubungan, tetapi selama ini Danielle belum mengenalkan Junghwan pada orang tuanya.

Saat ini mereka berada di apartemen Junghwan, Danielle telah menceritakan tentang pertunangannya dengan Sunghoon. Dia ingin jujur tentang semuanya karena tidak lagi dapat terus berbohong pada kekasihnya sendiri. Waktu yang telah dihabiskannya bersama Sunghoon, tidak menimbulkan getaran seperti saat dirinya bersama Junghwan.

"Jadi, kalian telah bertunangan?" tanya Junghwan sambil menahan amarah dalam dirinya. Tega sekali kekasihnya mengatakan bahwa dia telah bertunangan dengan orang lain.

"Aku tidak bisa berbuat apa pun untuk mencegah pertunangan tersebut. Ternyata, kami telah lama dijodohkan oleh kedua keluarga kami. Aku tidak boleh menolak perjodohan ini." Danielle yang merasa bersalah pada kekasihnya mencoba untuk memberikan pengertian pada Junghwan.

"Lalu, apa yang kamu inginkan? Kamu ingin mengakhiri hubungan kita? Aku memang pria miskin yang tidak memiliki apa pun, tetapi seharusnya kamu memutuskan hubungan kita terlebih dahulu. Baru kamu bertunangan dengan pria itu." Junghwan mengatakannya dengan emosi.

Pria itu selalu merasa rendah diri karena status sosialnya yang lebih rendah dibandingkan Danielle. Dia merupakan anak yatim piatu yang dapat melanjutkan pendidikannya dengan mengandalkan beasiswa. Saat ini pun pekerjaan yang Junghwan hanya sebagai staff administrasi di sebuah perusahaan swasta. Dia selalu menolak saat Danielle yang ingin membantu mencarikan posisi yang lebih tinggi.

"Maaf aku menyadari kesalahanku padamu. Sebenarnya, aku tidak ingin melanjutkan perjodohan ini, tetapi tidak berdaya dengan keinginan kedua orang tuaku." Danielle menatap pria di depannya dengan tatapan sendu.

Junghwan terlihat sangat marah pada dirinya, tentu saja Danielle memahami kemarahannya. Dia ingin tetap bersama dengan Junghwan, apa pun cara akan ditempuh olehnya untuk tetap bersama dengan belahan jiwanya.

"Aku ingin tetap bersama denganmu, Junghwan. Aku akan pergi sebelum hari pernikahanku. Bagaimana kalau kita kawin lari saja?" Danielle mengajak Junghwan kawin lari. Junghwan membulatkan matanya mendengar perkataan Danielle.

***

Substitute Bride | (Sunghoon & Wonyoung) (HIATUS)Where stories live. Discover now