𝟓𝟏. 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐅𝐮𝐦𝐞𝐬

Start from the beginning
                                    

Tanpa mengatakan apa pun, saat melihat tubuh Darkan terhuyung, Anne dengan tangan gemetar segera merangkulkan tangan Darkan pada pundaknya.

Tak lama kemudian, mereka sampai di depan pintu kamar. "Biar saya bantu, Nona." Orang yang mengantarkan mereka itu meminta kunci, lalu Anne memberikannya.

"Silahkan." Pintu pun dibukakan dengan lebar.

"Hati-hati." Anne mendudukkan Darkan di tepi tempat tidur.

Sementara itu, pintu telah ditutup oleh orang yang membantu mereka tadi.

Anne menghela napas secara kasar sambil menyibak dan menarik rambutnya, ia memejamkan matanya rapat-rapat.

Darkan yang melihat Anne duduk di sampingnya sambil menutup wajahnya, ia terdiam, menanyakan keadaannya tidak akan memperbaik suasana hatinya, ia ingin menepuk pundak wanita itu pun sangat ragu, apalagi setelah mendengar ucapan yang dikatakan Jean.

"Anne, aku memiliki ketakutan yang sama denganmu. Kau hebat, kau berhasil bangkit dan tersenyum saja itu sungguh luar biasa."

Anne perlahan mendongak, menatap Darkan dengan air mata yang beruraian, ia menangis tanpa suara, ia menahan tangisannya mati-matian.

"Tidak apa-apa, menangislah."

Tangisan Anne pecah, dan ia segera kembali menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang bergemetar.

Dengan ragu dan hati-hati, Darkan pun memeluknya, dan saat Anne membalas pelukannya, ia merasa lega, itu berarti dia percaya dan merasa aman padanya.

Setelah dapat berhenti menangis, Anne melepaskan pelukannya, dan Darkan menangkup pipinya, lalu mengusap air matanya.

"Lupakan yang dikatakan Jean tadi, dan jangan pernah berpikir pelecehan itu terjadi karena kesalahanmu, otak Jean dan rekan kerja ayahmu itu yang bermasalah, kau tidak bersalah."

Anne menatap dengan tatapan nanarnya, lagi-lagi ia ingin menangis, pria di sampingnya ini begitu bersikap dewasa dengan perhatiannya yang lembut dan tulus.

Kemudian Anne kembali memeluk Darkan dengan erat, ia pun masih berusaha menahan tangisannya, meskipun itu sia-sia, tangisannya pecah dalam pelukan hangat pria itu.

Darkan pun menenangkannya dengan mengelus rambutnya dan menepuk pundaknya tanpa mengatakan apa pun.

"Kau... merasa lebih baik?" Darkan bertanya setelah Anne melepaskan pelukannya.

Anne menganggukkan kepalanya, matanya tertuju pada pelipis Darkan. "Kau terluka."

"Ini hanya luka kecil." Darkan menggenggam tangan Anne dengan hati-hati. "Mari kita tinggalkan tempat ini, aku tidak yakin dengan kebaikan yang diberikan Matteo pada kita."

Anne menganggukkan kepalanya lalu mereka melangkah menuju pintu.

Namun, Darkan terkejut karena pintu tidak dapat dibuka, meskipun ia telah mencobanya beberapa kali. "Ini tidak bisa dibuka."

Anne berdecak dan menghela napas secara kasar, ia menyesal karena membiarkan kunci tidak diambil lagi olehnya, Darkan pun tidak ingat mengenai kunci.

"Mereka pasti merencanakan sesuatu." Darkan memiliki firasat yang buruk, dari gerak-gerik orang-orang yang bekerja di acara ini, mulai dari para penjaga keamanan, waiter, dan lain-lainnya semuanya terlihat mencurigakan, kecuali orang suruhannya yang ia kenali, yang berhasil bekerja di acara ini.

Ruangan yang sebelumnya tercium aroma segar pengharum ruangan tiba-tiba dipenuhi asap tebal yang muncul dari arah kamar mandi yang terbuka.

Anne dan Darkan terus terbatuk, asap itu menyebar dengan cepat, dan terhisap sedikit saja rasanya seperti tercekik.

Darkan dengan cepat melepaskan jasnya dan menekan pelan pundak Anne agar dia berjongkok, lalu melingkarkan jasnya dari atas belakang kepala hingga mencapai sebagian tubuhnya. "Pegang jas ini erat-erat, tutup wajahmu dengan ini."

Kemudian Darkan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendobrak pintu, Anne pun terus berteriak meminta tolong sampai suaranya terasa hampir menghilang, mereka pun terbatuk tanpa henti.

Satu tarikan napas yang dilakukan mereka saja membuat asap tebal itu masuk lebih dalam, sehingga tenggorokan serta dada mereka terasa sangat sakit.

Anne mencengkram erat jas yang ia gunakan untuk menutup hidung dan mulutnya, yang mampu mengurangi asap yang terhirup olehnya, ia pun terus memukul-mukul pintu dalam posisi berjongkok, tetapi ia hampir tidak kuat menahannya lagi, kepalanya pun sangat pusing.

Darkan berteriak kesal sambil menendang pintu dengan keras, ia panik melihat Anne dalam kesakitan.

Kemudian Darkan berjalan masuk ke dalam kamar mandi, menerobos asap yang lebih tebal karena sumber awal asap muncul dari sana, meskipun tanpa henti terbatuk dan tubuhnya beberapa kali terhuyung, lalu ia segera keluar dengan membawa sesuatu di tangannya,

Darkan menyesuaikan posisi berdirinya dengan Anne, dengan tangan gemetar ia meraih wajahnya, lalu dengan hati-hati menutup mulut dan hidungnya dengan sapu tangan yang telah ia basahi dengan air itu untuk mencegah banyak asap yang masuk dalam pernapasannya.

"Bagaimana denganmu??" Anne menjauhkan sapu tangan basah itu.

"Jangan pedulikan aku." Darkan menggenggam kedua tangan Anne dan mengarahkan sapu tangan itu lagi ke arah mulut dan hidungnya, lalu ia mendekat pada pintu, dan kembali berusaha mendobraknya.

Sudah banyak asap tebal yang masuk keluar dalam pernapasan mereka, dan mereka berdua sama-sama hampir kehilangan kesadaran, terutama Darkan.

TBC

Darkan emang boleh seijo neon itu??😭🖤

Aku mau nangis waktu nulis chapter ini, bisa kutahan karena lagi gak di kamar waktu nulisnya😭

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Where stories live. Discover now