34. Tembak jangan?

775 34 0
                                    

"Reno, Reno!!!."

Acha berdecak pelan memandang pintu rumah yang dikunci dari dalam, melihat mobil dan motor Reno yang terparkir di garasi Acha tau cowok itu ada didalam sana tapi kenapa tidak keluar atau menyauti nya, di telpon pun tidak diangkat tumben sekali.

"Reno, gue tau lo didalem cepetan buka pintu nya." Teriak Acha berkacak pinggang mulai kesal dan menyerah.

Baru dua langkah kaki nya berjalan hendak pergi suara pintu terbuka membuat cewek itu langsung membalikkan badannya kembali. "Kan bener lo— astaga lo kenapa, Ren." Nada bicara Acha yang tadi nya akan memaki langsung berubah khawatir saat wajah pucat Reno yang seperti mayat hidup.

Acha menyentuh kening Reno yang terasa sangat panas. "Lo sakit, kok gak ngasih tau gue!." Kesal nya sambil menyeret Reno untuk masuk kembali ke dalam rumah menyuruh cowok itu untuk duduk di sofa.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Reno cowok itu hanya menatap layu Acha yang berkacak pinggang menatapnya kesal sekaligus khawatir.

"Mama lo lagi gak ada di rumah, kenapa lo gak bilang ke gue kalo lagi sakit?" Tanya Acha mengulang pertanyaannya lagi.

Reno membuang pandangannya kearah lain. "Lo kan sibuk jalan sama Dristan, mana mungkin gue ganggu." Ujar nya terdengar pelan.

Acha terdiam. Benar juga, dua hari kemarin dia memang jalan terus bersama dengan Dristan sampai lupa dengan Reno karna Acha pikir tadi nya cowok itu masih sibuk dengan pekerjaannya dan Reno pun terlihat seperti selalu menghindar dari nya saat mereka berpapasan.

Tapi bagimana Reno tau jika dia jalan bersama Dristan? Apa Reno menguntit nya?

"Udah makan minum obat belum?." Tanya Acha mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

"Udah."

"Mau gue temenin kerumah sakit?."

Reno menggeleng. "Gue gakpapa, lo pulang aja." Suruh Reno terdengar acuh seraya berdiri hendak pergi ke kamar nya tapi Acha langsung menahannya.

"Lo marah sama gue?." Tanya Acha nada bicara nya melembut.

"Ngapain gue marah sama lo?." Reno balik bertanya.

"Terus kenapa lo kaya ngehindar dari gue, kemarin juga pas gue ajakin makan taichan lo nolak biasanya kan ayo aja." Ucap Acha.

Reno memutar mata nya jengah. "Kan udah sama Dristan ngapain lagi gue ikut?."

"Kok lo ngomongnya gitu sih, lo gak suka gue ajak kak Dristan. Dia kan temen lo juga." Ujar Acha mulai menatap bingung Reno.

"Iya dia temen gue."

"Terus masalahnya dimana?."

Reno tidak menjawab cowok itu berjalan menuju kamar nya diekori Acha dibelakangnya yang ikut masuk ke dalam kamar nya.

"Gue mau istirahat, badan gue cape banget, Cha."
Ucap Reno mengganti topik pembicaraan dia sedang tidak ingin berdebat dengan Acha badannya sungguh-sungguh cape dan ingin beristirahat sekarang.

Cukup sudah beberapa hari ini pikirannya diobrak-abrik antara masalah kerjaan dan personal nya sendiri, Reno ingin rehat sejenak.

"No." Panggil Acha saat Reno malah merebahkan badannya ke kasur dan memejamkan mata nya tidak peduli dengan keberadaannya disana.

"Ih ngeselin banget sih."

Brakkk

Suara pintu ditutup dengan kasar membuat Reno kembali membuka mata nya sambil menghela nafas berat menatap lelangitan kamar nya. "Lo gak bakalan ngerti perasaan gue, Cha." Lirih nya.






*****








"Buset, cakep banget neng."

Acha tersenyum malu dipuji oleh Dristan yang duduk diatas Harley nya dengan begitu gagah mengenakan setelan polo shirt hitam dan celana pendek cardigal nya.

Santai tapi ganteng banget cok!

"Lo bawa helm dua?." Tanya Acha tidak sengaja melihat satu helm yang ukurannya lebih kecil  menggantung di motor nya.

"Iya, gue sengaja beli buat lo, jalan-jalan pake motor bahaya kalo gak pake helm." Dristan memberikan helm nya untuk Acha agar cewek itu memakai nya.

Sejenak Acha diam menatap helm yang diberikan Dristan ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul dibenak nya.

Rasanya beda.

"Kebiasaan suka bengong, cepet pake helm nya atau mau dipake in?." Tawar Dristan Acha menggeleng cepat bergegas memakai helm itu ke kepala nya.

Pertama kali nya setelah sekian lama Acha memakai helm sendiri karna biasanya selalu dipakaikan oleh Reno cowok itu tidak pernah absen memakaikan nya helm jika ingin pergi.

Dristan menghidupkan motor nya setelah Acha naik membuat deru suara motor itu memekakan telinga membuat seseorang yang diam-diam memperhatikan dari seberang rumah mendelik memutar mata nya jengah mengeluarkan mobilnya.

Klakson mobil membuat pandangan Acha dan Dristan menoleh pada Reno yang ada dalam mobil dan langsung melaju begitu sana tanpa bertegur terlebih dahulu dengan mereka, cowok itu juga hendak pergi.

"Bukannya lagi sakit dia?." Acha mengangguk tadi siang Reno memang sakit badan nya saja sangat panas.

"Udah lah biarin aja, sibuk kali dia." Ucap Acha cuek dia juga masih kesal karna Reno mengusirnya tadi meski dalam hati nya dia penasaran.

"Gak mau ngikutin?."

Acha menggeleng. "Ngapain juga."

Dristan tertawa kecil. "Siapa tau lo penasaran dia pergi kemana." Ucap nya.

"Gak lah.... Kita berangkat aja, kak."

"Pegangan dulu, nanti kejengkang bahaya." Suruh Dristan.

Acha menahan senyuman nya tangannya berpegangan pada kedua sisi pinggang ramping Dristan. "Udah." Setelah mendengar ucapan Acha Dristan langsung menjalankan motornya pergi menuju angkringan tujuan mereka.

Disisi lain Reno menyetir mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi mentang-mentang jalanan sedang sepi, beberapa kali mata nya menatap jam tangannya memastikan waktu yang terus berjalan.

Meskipun kondisi badannya belum benar-benar fit tapi karna kondisi yang mendesak mau tidak mau Reno harus memaksakan diri.

Pikirannya sedikit terganggu dengan apa yang dilihat nya tadi tapi dia mencoba untuk fokus pada apa yang lebih penting sekarang, Reno menambah kecepatan laju mobilnya terburu-buru menuju rumah sakit tujuannya.

Kembali pada Acha dan Dristan saat ini kedua nya sudah sampai di angkringan dengan beberapa menu bakaran yang sudah dia pesan setelah sampai tadi.

"Lo suka?."

Acha mengangguk antusias mengunyah sate telor puyuh nya, satu tusukan terdapat tiga telur dan Acha sudah menghabiskan empat tusuk belum lagi bakaran yang lainnya.

Dristan tersenyum kecil tangannya memegang kepala Acha lalu mengacak pelan rambut nya. "Abisin, gue seneng liat lo makan lahap gini." Ujar nya menatap Acha sambil tersenyum.

Ampun dah, ini kalo diperlakuin gini terus gimana hati Acha gak cepak jeder coba sama cowok satu ini gak tau apa ya jantung Acha udah nge reog mau copot dari tempat nya.

"Muka lo merah, salting ya?."

Yailah anjir.

Acha menggeleng kaku menggeser badannya sedikit menjauhkan tangan Dristan yang masih berada di kepala nya.

Melihat wajah kaku Acha yang terlihat jelas seperti orang gerogi membuat Dristan tertawa lucu. "Udah lanjutin aja makanannya, gue kesitu ya asem mulut gue pengen sebat." Ucap Dristan berjalan sedikit menjauh dari Acha.

Acha mengetukan jari nya dimeja sesekali melirik ke arah Dristan yang membakar ujung rokok nya. "Gue gak suka cowok perokok tapi kalo orang nya tau tempat dan ganteng kaya diam bisa di bicarain baik-baik." Gumam nya semakin salah tingkah.

"Gue tembak duluan kali ya."







To be continude

Hi, AchaМесто, где живут истории. Откройте их для себя