𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟖 || 𝐒𝐀𝐓𝐑𝐈𝐀, 𝐖𝐇𝐎 𝐈𝐒 𝐓𝐇𝐀𝐓 𝐌𝐘𝐒𝐓𝐄𝐑𝐈𝐎𝐔𝐒

1.2K 155 21
                                    


          Lingga yang masih setia menunggu diluar seraya memainkan ponselnya pun mendongak saat mendengar derit pintu terbuka, menampilkan sosok Galaksi yang berdiri menatap penuh arti. Mereka berdua saling bersitatap, dengan Galaksi yang mencoba mencari tahu melalui mata si Lingga, sampai sebelah alis Lingga naik seolah berkata; apa?

Sadar jikalau dirinya berprilaku aneh, Galaksi menghela nafas dan berjalan keluar melewati Lingga, menatap aneh punggung ketua Vagos. “Dasar aneh.”

“Lo yang aneh. Naksir lo sama Galaksi?” Sahutan Delvin membuat Lingga terkejut, mengalihkan mata menatap Delvin yang sudah duduk di sofa single. Jantungnya berdebar kuat, memejamkan mata lalu mengambil nafas panjang, “Lo, anjing!” Kasarnya, membuat Delvin berdecih lalu bangkit dari duduknya. “Pulang gak, lo? Tapi kalo masih mau disini ya silahkan.” Katanya, yang membuat Lingga berdecih dan turut bangkit menaruh ponsel lalu mengambil kunci motornya.

Mereka berdua berjalan seiringan keluar dari markas, tidak ada percakapan, keduanya terlihat fokus pada apa yang ada dalam pikiran. Sampai dimana Delvin mengeluarkan sebuah kalimat yang berhasil menghentikan pergerakan Lingga saat hendak memakai helm-nya.

“Ling, gue bersumpah gak akan biarin orang-orang yang berkhianat, sekalipun itu orang terdekat gue, gue akan habisi.”

***

Mengendarai motor dalam keadaan pikiran yang berkecamuk memang sulit untuk dikendalikan, dimana diri berusaha untuk tetap fokus agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, tetapi pikiran terus menerus mengirimkan segala bentuk masalah yang terjadi tanpa bisa disingkirkan. Pertemuan yang terjadi beberapa saat lalu berhasil membuatnya berkecamuk. Tentang hadirnya gang baru, Rouvllan, yang tidak bisa dipandang enteng begitu saja.

Mengenai perkataan si ketua Zreadnoks tentang Rouvllan. Sebenarnya ada apa?

Sadar bahwasanya pikiran itu menganggu konsentrasi dalam berkendara, Agra langsung menghentikan motornya pada sisi jalan sepi. Dia melepaskan pelindung kepala, mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang yang akhir-akhir ini jarang berinteraksi dengan Diorking, si ketua ke enam, Bastian namanya. Last seen milik Bastian terlihat satu jam yang lalu kurang lebih, Agra tak mungkin mengirimkan pesan dikondisi genting seperti ini. Maka dari itu, jemarinya langsung menekan icon panggilan hingga memperlihatkan jikalau panggilan itu terhubung.

Akan tetapi panggilan pertama itu tidak diangkat oleh sang pemilik ponsel, membuat Agra kembali menghubungi dengan harap cemas. Dan lagi, Bastian masih belum mengangkat panggilannya. “Angkat anjing, bang!” Geram Agra, turun dari motor dan berdiri pada sisi motornya. Dadanya terlihat mulai naik turun, pertanda jikalau emosinya mulai tak stabil. “Kalo yang ini gak lo angkat, jangan salahin gue rumah lo gue bakar.” Gumamnya, mengucapkan kalimat mengancam pada udara kosong.

Lagi, ponselnya itu ditempelkan pada daun telinga, panggilan itu masih terhubung, dengan Agra memberikan sumpah serapah pada Bastian. Hingga pada detik terakhir panggilan ingin usai, Bastian telah mengangkat, “Yo—”

“Lo kelamaan, bangsat!” Potong Agra, membuat Bastian yang berada diseberang panggilan sana menjauhkan ponsel karena suara Agra mengejutkannya. Kening si tua mengerut, “Lo kenapa, anjing! Bagus lo begitu?”

Agra berdecak, “Bagus dilakukan untuk orang yang ogah-ogahan angkat panggilan kayak lo! Gue tau lo lagi megang hp ya, bang! Coba kalo orang telepon tuh angkat, anying!” Omel si Agra, membuat Bastian memutarkan mata malas. Sadar bahwasanya Agra menghubungi karena genting, Bastian pun bertanya apa maksud Agra.

𝗔𝗟𝗭𝗜𝗔𝗡 || 𝗥𝗘𝗡𝗝𝗨𝗡 𝗛𝗔𝗥𝗘𝗠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang