"Hyung!".
"Hng?". Jawab Mingyu dengan memakan makanannya.
"Bisakah mengantarku ke rumah sakit. Aku sedang tidak enak badan!".
Mingyu meletakkan sendok dan garpunya. Menatap Taeyong yang memang terlihat pucat. Mingyu merogoh sakunya dan mengeluarkan kunci mobilnya.
"Gunakanlah ke rumah sakit! Aku ada urusan hari ini!". Kata Mingyu sambil menyodorkan kunci mobilnya.
Mingyu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Taeyong. Hal itu sudah biasa bagi Taeyong. Taeyong tersenyum kecut, mengambil kunci mobil itu dan segera pergi memeriksakan diri.
- Get You -
Entah harus bahagia atau sedih, bagaikan petir di siang bolong, Taeyong mendapatkan hasil pemeriksaan yang mencengangkan dirinya.
"Selamat tuan, kandungan anda sudah berjalan kurang lebih dua bulan. Saya melihat ada dua buah calon bayi di rahim anda. Sepertinya calon anak anda kembar. Jangan lupakan waktu kontrol anda tuan!".
Taeyong berjalan gontai keluar dari rumah sakit itu. Otaknya masih mencerna dengan apa yang ia alami saat ini.
Taeyong berakhir menangis sesenggukan di parkiran rumah sakit itu. Ia bersandar di badan mobil dan merosot. Tangisnya terdengar pilu, tangis itu adalah tangis putus asa. Bagaimana tidak. Anak itu sudah dapat dipastikan adalah anak Jaehyun, Taeyong hanya melakukannya dengan Jaehyun. Ia bingung harus bagaimana menyampaikan hal itu kepada Jaehyun, lalu bagaimana dengan Mingyu? Bagaimana dengan Renjun?
Hari sudah sore, ya hari ini Taeyong izin tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Esok hari Taeyong bertekad untuk mencari bersama jalan keluarnya dengan ayah si jabang bayi.
Taeyong memasuki apartemennya. Mingyu terlihat sedang duduk menunggunya di ruang tamu.
"Hyung sudah pulang?". Tanya Taeyong dengan tetap berusaha tenang.
"Cepat ganti bajumu dan ikut denganku!".
"Baiklah!".
Mingyu jarang sekali mengajak Taeyong pergi, kini dia sedang bersemangat mengganti bajunya dan berdandan secantik mungkin.
Beberapa saat kemudian Mingyu mengajak Taeyong ke sebuah pusat perbelanjaan. Kini Mingyu dan Taeyong berada di toko souvenir.
"Hyung ingin membelikanku sesuatu?". Tanya Taeyong penuh harap.
"Pilihlah hadiah untuk Renjun, dia mengadakan pesta kecil kecilan hari ini!".
"Pesta?".
Tak berselang lama, Taeyong memutuskan untuk membeli paket bodycare untuk Renjun.
Taeyong belum tahu pasti, pesta apa yang diadakan Renjun hingga kini mereka telah sampai di mansion Yunho. Taeyong melihat tak banyak orang yang datang, hanya para kerabat saja, mereka semua sedang berkumpul di meja makan.
Taeyong melihat Jaehyun sedang merangkul dan mengelus sayang perut Renjun, hati Taeyong berdesir melihat hal itu.
"Mingyu, Taeyong?". Sapa Yunho.
Taeyong menatap Jaehyun nanar, namun Jaehyun buru buru mengalihkan pandangannya dan berusaha tetap fokus kepada suami kecilnya. Hati Taeyong serasa diremas.
"Berikan hadiahnya pada Renjun sayang!". Kata Mingyu.
Taeyong mendekati Renjun dan menyodorkan bingkisannya.
"Ini untukmu Renjun. Maaf jika hadiahnya tidak seberapa!".
"Kenapa repot sekali hyung? Terimakasih uncle Taeyong!". Kata Renjun dengan suara ala bayi.
"Uncle?".
"Hyung belum mendengarnya? Aku hamil hyung!". Kata Renjun penuh semangat.
Deg Deg
Taeyong tertampar untuk yang kedua kali. Otaknya tak mampu memproses respon seperti apa yang harus ia keluarkan. Namun hatinya berdenyut nyeri. Dua calon bayi milik Jaehyun juga sedang menghuni rahimnya. Seketika harapannya runtuh saat itu juga. Mata Taeyong berkaca kaca, air mata ingin turun saat itu juga.
Jaehyun melihatnya, Jaehyun melihat jelas rasa perih itu lewat sorot mata Taeyong. Jaehyun ingin sekali memeluknya, ingin sekali menenangkannya. Ia juga ingin mengucapkan maafnya karena mengingkari janji untuk tidak meninggalkan Taeyong.
Taeyong sangatlah rapuh, tak ada satupun seseorang untuk Taeyong bersandar. Satu satunya orang yang peduli padanya hanyalah ibunya. Namun pilarnya itu sudah tiada, Taeyong sendiri benar benar sendiri. Meskipun ayahnya adalah seseorang yang terpandang di Jepang, tapi ayahnya adalah seseorang yang berperawakan kaku dan tegas yang tak menyukai kecengengan dan kemanjaan.
Bersandar dan mengadu pada kakaknya? Sehun? Tidak mungkin. Sehun adalah didikan keras dari Siwon. Mereka berdua sama kakunya. Tidak suka dengan sikap manja dan cengeng Taeyong.
"Se selamat Renjunie!".
Suara Taeyong bergetar, air mata siap tumpah saat itu juga.
"Terima kasih hyung!".
Taeyong berusaha mati matian menahan air matanya. Ia berusaha menarik sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman.
Semua orang di sana tertawa dan bahagia, namun di sana Taeyong merasa terasing dan sendirian. Tak ada yang tahu betapa sakit dan remuknya sekarang hatinya.
"Aku ke toilet sebentar!".
Taeyong sudah tak tahan untuk segera menumpahkan semua air matanya yang menggenang.
Ceklek
Taeyong mengunci toilet itu dan bersandar pada pintunya. Merosot kebawah. Dadanya sangat sakit. Taeyong memukul mukul dada kirinya sendiri sambil menangis sesenggukan.
"Apa yang harus aku lakukan?".
Taeyong terus menangis di balik pintu toilet itu. Rasa sakitnya tak bisa ia ungkapkan dengan kata kata. Pantas saja Jaehyun berusaha menghindarinya. Taeyong akan mengurungkan rencananya untuk memberi tahukan kehamilannya terhadap Jaehyun. Entah sampai kapan ia akan menyembunyikan hal itu.
Taeyong memegangi perutnya sambil terus menangis sesenggukan. Taeyong ingin menghilang dari dunia itu. Taeyong benar benar lelah.
"Maafkan aku. Hiks hiks!".
Beberapa saat kemudian, Taeyong kembali ke meja makan. Jaehyun melihat Taeyong yang sembab dengan hidung yang memerah.
"Dia menangis! Maafkan aku Taeyong!". Batin Jaehyun.
"Taeyongie, bagaimana kabarmu? Apakah kamu sehat sehat saja?". Tanya Yunho.
"Baik appa!". Jawab Taeyong dengan memaksa untuk tersenyum.
"Mingyu tak pernah menyakitimu kan?". Tanya Yunho kembali.
Taeyong hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Taeyong ingin sekali segera pergi dari sana. Duduk bersama mereka hanya membuat Taeyong merasa sesak dan sakit.
Taeyong selalu menundukkan kepalanya dia enggan menatap Jaehyun. Jaehyun menyadari hal itu. Taeyong pasti sangat sakit dan kecewa kepadanya. Jaehyun mengepalkan tangannya.
- Get You -
"Keluarlah!". Kata Mingyu.
Kini Mingyu dan Taeyong sudah pulang dari mansion Yunho. Mingyu menyuruh Taeyong keluar tatkala mereka sudah sampai di depan apartemennya.
"Hyung mau kemana?". Tanya Taeyong.
"Seperti biasanya, aku tidak akan pulang! Aku harap kamu mengerti!".
Taeyong menganggukkan kepalanya lemah. Beberapa saat kemudian Taeyong turun dari mobil, dan Minggu menancap mobil itu pergi dari sana.
Taeyong menatap nanar kepergian suaminya itu. satu tetes caoran bening menuruni pipinya yang dingin.
"Eomma, Taeyong tidak bahagia. Taeyong sakit eomma!". Gumam Taeyong dengan lelehan air mata.
- Get You -
TBC
PART 5
Start from the beginning
