43. Sempurna

Mulai dari awal
                                    

"Ella kenapa tidak ikut?" Ella mulai menjilati permennya dengan anteng.

"Ella harus belajar main piano,"

"Dan hibernasi," tambah Darka.

"Ah iya!" kekeh Ella dengan lucunya.

"Jadi boleh mama pergi sebentar? Janji, nanti mama akan bawa hadiah saat pulang," bujuknya yang membuat Darka mesem-mesem senang karena Delin mau mengusahakan keinginannya.

"Oke, tidak masalah! Ella harus hibernasi, Ella harus mengalahkan cantiknya mama!" serunya polos.

Delin terkekeh. "Ella akan menang kalau begitu," balasnya.

"Tapi belum, Ella masih besar pipinya, belum cantik.." Ella menggelengkan kepala serta jari telunjuk tangan kanannya serius namun lucu.

"Tapi lucu," Darka mulai usil sampai Ella kewalahan karena geli.

Delin hanya tersenyum bahagia melihatnya. Jika Ella sudah setuju, maka Delin harus menyiapkan semua pakaian.

***

"Ella jangan membuat nenek lelah," nasehat Delin.

"Oke." Ella tersenyum manis pada Delin dan Denada.

"Cucu nenek yang cantik ini tidak mungkin membuat nenek kelelahan, nenek sering dipijat, nenek kangen Ella pijat tangan," Denada mengusap rambut cucunya.

"Siap! Ella akan pijat nenek!"

Darka tersenyum lalu merangkul Delin. "Kalau begitu, papa dan mama harus pergi." pamitnya.

Ella terlihat seperti akan menangis namun Denada segera ajak ke dalam lalu bertemu Demian dan keduanya bermain dengan akur.

Demian juga terlihat menyukai anak kecil. Membuat Ella nyaman.

Delin dan Darka sudah pergi menuju bandara dengan mudah.

"Nenek, apa mama akan pulang bawa adik?" Ella terengah karena berlari menghampiri neneknya yang tengah memotong buah-buahan.

"Kata siapa itu?"

"Om Demi, nenek." Ella menunjuk Demian yang berjalan mendekat dengan lelah. Mengajak main Ella yang semakin lincah tidak mudah lagi.

"Demi!" tegurnya.

"Katakan pada mama dan papa nenek, Ella tidak mau adik! Ella akan sulit hibernasi lalu saat besar nanti Ella akan jelek!" cerocosnya menggemaskan.

Demian sampai tertawa mendengarnya. Namun di sisi lain dia agak iba. Ella begitu di kekang.

Rumahnya saja kini sangat di penuhi pengawal. Demian sudah tahu semuanya. Dia jelas maklum kenapa Darka selebay itu.

***

Delin menahan tubuhnya yang berdiri hanya bertumpu pada nakas yang ada di hotel khusus dewasa itu.

Ruangannya serba merah, banyak alat-alat baru yang Delin temui. Tapi dia tahu, Darka pasti sudah tahu dengan alat-alat itu makanya ingin mencoba menginap beberapa hari di hotel ini.

Delin terpejam sesaat saat merasakan tubuhnya bergetar lalu dia menatap tangannya yang tiba-tiba diraih dan diborgol.

“Kesalahanmu hanya karena terlalu enak,” bisiknya lalu membawa Delin ke atas kasur. Sudah cukup bermain dengan semua alat yang ada.

Darka akan menyelesaikannya lalu beristirahat sebelum dia dan Delin makan malam.

Masih banyak malam lainnya, Darka harus menunda dulu sebagian imajinasinya.

***

"Kita seperti anak remaja kasmaran, sayang." bisik Darka geli sendiri.

Delin mengangguk, menatap jemarinya yang saling bertaut. "Anggap kita pacaran aja ya, kitakan ga pernah senormal itu." kekehnya.

Darka mengangguk. Makanya dia mengajak untuk honeymoon kedua. Dia ingin mengalihkan pikiran juga.

Kasihan Delin, belakangan ini selalu dia abaikan karena masalah dan bisnis.

"Tempat ini indah," Delin terlihat menikmati liburan kali ini.

"Hm, sudah satu minggu kita di sini. Tapi, tetap sama."

"Sama seperti kita." Darka tersenyum. "Rasa sayang, cinta dan apapun itu akan selalu sama. Aku akan membuatmu tidak akan pernah bosan." Darka terlihat bersungguh-sungguh.

Delin mengulum senyum bahagia. "Aku senang. Kamu semakin banyak berubah, bahkan aku lupa bagaimana kamu yang dulu," jujurnya.

Darka menghentikan langkahnya, membiarkan sedikit air laut menyentuh kakinya yang penuh pasir lembut.

"Aku sadar, obsesiku keterlaluan, sangat buruk dan membuatmu pasti sangat membenciku saat itu. Tapi aku tidak menyesalinya, aku paham kenapa saat itu aku sangat terobsesi ingin memilikimu, ternyata kebahagiaan yang diberikan akan sehebat ini. Memilikimu dan Ella. Rasanya sudah sempurna."

Delin jadi berkaca-kaca mendengarnya. Delin mengusap jemari Darka yang menggenggam jemarinya.

"Sungguh, aku senang dicintai sebesar saat ini," suara Delin terdengar agak bergetar saking terharu. "Semua demiku dan Ella, aku tahu kesulitan kak Darka.." kekehnya diakhir saat memanggilnya kak Darka lagi.

Delin menjatuhkan air matanya tak bisa ditahan lagi.

"Akan lebih sulit jika kehilangan kalian," Darka mengecup lama kening Delin lalu pipi dan bibirnya sekilas.

"Aku sungguh bahagia, aku mencintai kak Darka, sangat mencintainya," Delin semakin menjatuhkan air matanya namun dengan senyuman merekah penuh haru.

Darka tersenyum mendengarnya, dia bahagia dengan hidupnya saat ini. "Sempurna." lalu Darka mendekatkan wajahnya dan mencium mesra bibir istrinya.

"Aku lebih mencintaimu, Delin." bisik Darka disela-sela nafasnya yang terengah saat ciuman keduanya terlepas.

Delin tersenyum lalu kembali menabrakan bibirnya. Keduanya terlihat asyik berdua, membiarkan sunset menyoroti indahnya kedua cinta yang awalnya penuh kesalahan.

Belajar dari kesalahan. Darka akan berusaha semakin baik lagi. Dia akan menebus kesalahannya dengan kebaikan antar sesama manusia. Dia harap karmanya tidak pernah menyentuh Ella.

TAMAT

Dark Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang