18. Berangkat Liburan Dan Paha

54.1K 1.9K 11
                                    

Tiga hari sudah dilalui, Delin sudah mulai tidak merasakan lagi sakitnya datang bulan walau mood naik turun.

Dan hari ini Delin harus bersiap untuk ikut ke liburan Darka dan sahabatnya. Delin tidak mau tapi Darka memaksanya untuk ikut seperti biasa.

Tak hanya itu. Alasan lainnya karena beres berlibur mereka akan langsung pergi menuju desa rencananya.

Darka menyerahkan satu koper miliknya untuk digunakan Delin. "Ga usah terlalu banyak, sisanya beli di sana." ujarnya.

Delin mengangguk. "Dua pasang cukup, kak?" tanyanya agak salah tingkah.

Masalahnya Darka baru selesai mandi dan hanya memakai handuk. Tubuh atasnya terliat berotot dan liat menggoda.

Delin jadi salah fokus terus. Mungkin karena selama ini dia tidak menikmatinya makanya tidak terlalu sadar sekali dengan tubuh keren itu.

"Cukup." Darka melipat tangannya di perut membuat bisepnya semakin keren.

Delin mengangguk sambil menunduk takut ketahuan sempat jelalatan. Lagian kenapa dia jadi mengamati, biasanya tidak peduli.

Darka mendekat membuat Delin bisa mengendus wangi sabun yang menyeruak. Begitu segar.

Delin mendongak yang langsung bibirnya di sambar Darka secepat kilat.

"Sana keluar!"

***

"Bunda tidak diajak!" Denada pura-pura merajuk.

"Aduh, bunda ikut nanti aku ga bisa fokus ke pacarku," Akri membalas genit yang mengundang tawa.

Denada cekikikan lalu mengantar semuanya hingga masuk ke dalam mobil. Banyak sekali nasehat yang Denada ucapkan untuk mereka yang intinya hati-hati.

Delin duduk di paling belakang, dipepet Darka di dekat jendela dan samping Darka hanya koper.

"Lin, katanya mau bikin bisnis sama Darka?" Lana berbalik, menopang dagu di kepala jok agar bisa menatap Delin langsung.

Delin mengerjap lalu mengangguk. "Masih rencana, tapi kayaknya kak Darka udah mulai," jawabnya sambil melirik Darka yang memang menatapnya.

"Jelas. Gue udah mulai, tinggal cari tempat aja, pulang liburan kita ke desa dia, gue berdua tanpa kalian tepatnya!"

Lana mendengus. "Segitu pengennya berdua, lagian kita juga sibuk kali!" balasnya.

"Duduk, yank!" Akri menegurnya.

"Iya!"

Delin kembali menatap jalanan sambil merasakan tangannya diusap-usap Darka.

"Lo lebih tertarik liat luar dari pada gue?" bisik Darka terdengar agak tidak terima.

Delin sontak saja menoleh lalu menggeleng. "Engga gitu, bingung aja mau ngapain," cicitnya.

Darka menarik wajah Delin dan mengecup pipinya tanpa menimbulkan suara. Darka menariknya untuk dia peluk.

Lebih baik pelukan, ngobrol tipis-tipis dari pada saling diam dan sibuk masing-masing. Darka lebih suka sentuhan fisik.

Delin balas mengusap punggung Darka, dia menikmati pelukan walau agak panik saat sebelah jemari tangan Darka meremas sebelah bukitnya dari luar pakaian.

Delin merem melek merasakan kecupan dan bisikan Darka yang menggelitik di telinganya. Beruntungnya mereka di belakang dan di pojok. Jadi lebih bebas.

Darka juga pandai sekali menutupi tingkahnya. Yang sahabatnya lihat hanya seperti sepasang kekasih yang saling sayang tengah berpelukan padahal sebelah jemarinya sudah merambat kemana-mana.

"Besok semoga selesai tamunya," bisik Darka pelan sekali.

Delin tidak yakin tapi biasanya memang 3 hari atau lebih.

"Gue bikin lo selemes-lemesnya," bisiknya lagi yang berhasil membuat Delin meremang.

"Kalian romantisnya," Dikta berdecak. "Harusnya gue bawa cewek," keluhnya.

"Kan gue udah bilang," Akri menyahut. "Ngeyel sih!"

***

Darka menuntun Delin ke kamar hotelnya sambil satunya lagi menarik koper begitu pun Delin.

"Gue sendiri nih?" celetuk Dikta setelah sampai di pintu kamar hotel masing-masing yang tidak jauh itu.

"Iyalah! Masa ganggu kita," Akri tertawa puas sambil merangkul Lana untuk masuk.

Lana tersenyum lalu melambaikan tangan pada Delin yang Delin balas juga.

Dia senang walau saat di awal pertemuan dengan sahabat Darka dia merasakan sakit. Tatapan mereka terlalu merendahkan karena dia dari desa dan norak di mata mereka.

Namun seiring berjalannya waktu mereka bisa saling menerima satu sama lain walau tidak terlalu dekat karena kesibukan masing-masing.

Darka tidak merespon keluh kesah Dikta. Dia memilih menarik Delin untuk masuk.

"Jahat ya lo-lo pada!" 

***

"Rencana besok kita mulai ke pantai, malamnya bakar-bakaran," jelas Darka pada Delin.

Delin mengangguk paham.

"Hari ini semua mau istirahat." tambah Darka seraya melempar handuk bekasnya.

Darka berjalan hanya menggunakan celana tidur saja tanpa atasan. Kebiasaannya memang begitu.

Delin menarik selimut dan Darka pun merangkak naik lalu memeluk Delin dari belakang.

Keduanya sama diam, saling menikmati wangi satu sama lain.

Delin mencoba tidak tegang walau agak terkejut saat merasakan yang mengganjal di belakangnya kini.

"Gue boleh pinjem paha lo?" bisik Darka dengan suara memberat serak.

"Pa-paha?" Delin mengerjap tidak paham.

Darka menarik lepas celana piyama Delin membuat Delin agak panik. "Kak, masih datang—"

"Gue tahu." Darka menariknya lepas lalu membalik Delin memunggunginya.

Delin mencoba diam tidak berontak.

Darka pun melepaskan semuanya. Dia merapatkan tubuhnya sambil menekan miliknya di jepitan paha Delin.

Delin melotot saat merasakan gelitikan di pahanya. Maju-mundur cantik.

Darka semakin memeluk Delin erat, meremas bobanya disertai desahan halus. Delin jadi terbawa suasana.

Dia melenguh pelan saat bibir Darka bermain di lehernya lalu memagut bibirnya dengan kian menuntut.

Jemari Darka terus meliar di tubuh Delin, membelai leher dan terus turun hingga ke perut lalu naik lagi sambil tidak menghentikan gerakannya di bawah sana. Kulit Delin begitu halus memanjakannya.

Delin terpejam. Terbuai dengan suara Darka yang mendamba. Delin mulai merasakan pakaian atasnya terbuka lalu tubuhnya dibalik menjadi berhadapan. ciuman Darka beralih ke bobanya.

Delin hanya menggeliat membusung. Menerima sapuan demi sapuan bergantian dengan pahanya kembali digelitiki.

Delin gelisah, tubuhnya kian merapat saling bergesekan.

Terus saja begitu sampai sama-sama sayu keenakan.

"Gue mau keluar, " bisik Darka terengah berat, semakin gemas di boba Delin dan semakin cepat juga di bawah lalu paha Delin pun basah dan lengket.

Keduanya saling berpagutan. Darka terlihat puas untuk malam ini. Dia akan bisa tidur jika sudah lepas.

Darka menyudahinya lalu meraih tissue untuk membersihkan paha Delin. Setelah selesai dengan usil Dia tampar manja dumpelan itu.

Delin tersentak pelan.

"Lucu, tebel." bisiknya dengan senyum mesum. "Tidur! Jangan pasang mupeng gitu," lanjutnya usil.

Delin menggerutu dalam hati, padahal dia sedang sebal karena Darka selalu seenaknya dan lebih sebalnya lagi dia terbawa suasana.




Dark Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang