42. Kecemasan Dan Obatnya

31.6K 970 2
                                    

      Darka membantu Delin dengan mengambil Ella agar Delin bisa turun dari mobil dengan mudah. Ella masih rewel karena kekeosan tadi, mungkin kaget.

"Kenapa? Mau makan?" Darka mengusap Ella yang dia peluk dalam gendongannya.

Ella hanya berceloteh diiringi rengekan dan isakan pelan dengan tubuh menggeliat di gendongan papanya.

Delin mengambil alih. "Aku susuin dulu di dalem," pamitnya sambil terus berusaha agar Ella tidak rewel.

Darka menganggu, dia harus mengurus yang lain dulu baru bisa menyusul mereka dengan tenang.

Darka terlihat berbincang serius dengan beberapa pengawal, tak lama terlihat sibuk dengan seseorang di balik ponsel.

Delin di kamar masih berusaha membuat Ella tenang, mengajaknya berbincang sambil membujuk untuk minum ASI.

Ella pun menyerah, dia mulai menyedotnya sambil memainkan kancing pakaian Delin. Kedua matanya masih basah oleh air mata.

Delin pun menyekanya dengan lembut. "Anak mama takut ya, ga usah takut, papa pasti jaga kita," ucapnya lembut.

Ella menatap polos dengan bibir lucu tengah menyedot ASI.

Dalam hati Delin tetap gelisah jujur saja. Dia jadi takut dan tidak bebas ingin berkeliaran diluar.

Kesuksesan Darka memang pasti akan mengundang orang-orang jahat, iri dan semacamnya.

Delin hanya bisa berdo'a. Ella dan keluarga kecilnya semoga selalu dilindungi Tuhan.

"Bagaimana Ella?" Darka melepas jaket olah raganya.

Delin menoleh. "Udah tenang, kayaknya mau tidur juga makanya rewel," kening Ella Delin usap lembut.

Ella terlihat sayup-sayup akan terlelap namun masih saja ingin melihat Darka yang menjulang tinggi di sampingnya.

Darka duduk di samping Delin dan Ella kembali menatapnya sambil melepas p*tingnya.

Ella terlihat ingin berpindah pada papanya. Dengan tangisan pelan nan manja Ella mengulurkan tangan.

Darka menggendongnya, menyandarkannya di bahu. Ella terlihat nyaman, matanya kembali sayup-sayup akan terlelap.

"Mau tidur." kata Delin yang memperhatikan Ella.

Darka pun mengusap punggung Ella, mencoba mengantarkannya untuk tidur.

Semenjak hari itu, Ella akan menjadi rewel dan menangis kencang jika ada di tengah keramaian.

Hingga di usia 5 tahun, Ella mulai kembali berbaur dengan para sepupu, bermain walau tidak berani ke tempat yang terlalu ramai.

Darka jelas akan melarang tegas. Di luar sangat berbahaya, namun jika Ella tak bisa diajak kerja sama maka dia menurunkan pengawal sampai Ella malu sendiri dan memilih ke rumah lagi.

Seperti hari ini.

"Ella malu!" bibirnya bergetar dengan dua matanya basah. "Semua sepupu, teman Ella, meleka menjauh!" suaranya kian bergetar menahan isakan.

Delin mengangkat Ella dan mendudukannya ke pangkuan. "Kenapa? Ellakan ga jahat?" diusap air matanya.

"Olang itu, meleka menakutkan.. Meleka takut," Ella kian terisak.

"Ella.." Darka mendekati anaknya sambil membawa satu set mainan besar.

Darka tahu kabar Ella dari penjaganya.

"Ella malah!" Ella berpaling dari Darka dan memeluk Delin.

Darka menghela nafas. "Sini ngobrol sama papa," bujuknya.

Dark Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang