Kematian itu direncanakan?

8 3 0
                                    

Karena suasana perkemahan sudah sangat sepi, elena membiarkan saja tangannya ditarik pelan oleh zean,  sampai benda pipih segiempatnya menyala panggilan video call dari zia sahabatnya yg mungkin sekarang sudah terlihat pucat karena khawatir

Elena berhenti berjalan, zean pun demikian, melirik layar HP elena dengan tulisan ZianeLuv, membuat zean dengan berani menarik elena kembali mengikis jarak keduanya bahkan sudah hampir tidak ada celah sedikitpun, mengambil HP elena, menjawab Panggilan dari zia. Yg tentu membuat zia terkejut bukan main

"Kebetulan lo nelpon" ucap zean menggantung setelahnya ia mencium kening elena dengan dilihat zia dari balik layar HP, seketika mata zia membulat sempurna bahkan hampir saja loncat dari tempatnya, sampai ia harus bersusah payah menelan ludahnya yg seolah berubah menjadi kerikil memasuki tenggorokannya

Zean langsung memutuskan sambungan video call itu, dengan bibir masih bertaut dengan kulit kening elena, membuat elena mendorongnya pelan

"nanti ada yg liatt" ujarnya, kembali mundur dua langkah menciptakan jarak diantara keduanya.

"Sana balik ketenda" dingin zean, membuat elena benar benar yakin zean ini memang punya keperibadian ganda, sebentar lembut sebentar dingin. Memang benar kata zayn, zean dan axel tidak jauh berbeda sama sama berengsek dengan caranya!!

***

Sekarang semua maba dan senior sudah berkumpul setelah jam makan siang dan waktu istirahat sudah selesai, semua maba diminta untuk mengumpulkan kayu bakar karena nanti malam mereka akan menyalakan api unggun menciptakan moment baru untuk dikenang suatu saat nanti

"Mencar aja, biar cepet gimana?" usul elena

"Boleh sii, tapi jangan jauh jauh ya ntar pada nyasar lagi" peringat safa

"Hati hati ya, 15 menit lagi kita kumpul disini, oke?" ujar zia dan keempat temannya mengangguk setuju

Elena pergi kearah barat, safa kearah timur, zia keselatan sementara lili dan lea kearah utara untuk mencari kayu bakar dihutan yg tidak cukup lebat tapi tidak juga terlihat kosong, banyak pepohonan besar membuat suasana cukup menakutkan bagi mereka yg memang tidak cukup memiliki keberanian seperti lili, makannya dia ingin berdua dengan lea.

Elena madih terus memungut setiap ranting bahkan dahan pohon yg ia temukan, mengumpulkannya dengan semangat hingga tiba tiba ia merasa sedang diawasi dari arah belakang, secepat mungkin ia menepis perasaan itu, dengan terus berjalan berniat secepat mungkin mengumpulkan kayu bakar dan kembali ketempat dimana sudah mereka tentukan untuk berkumpul

Belum elena bisa benar benar mengalihkan prasaanya seseorang menariknya kasar memutar tubuh elena cepat hingga kayu bakar yg ia kumpulkan jatuh berantakan, elena melihat sosok yg baru saja menarik nya kasar yg awalnya berfikir itu zean, langsung sirna saat mendapati seseorang dengan pakaian serba hitam tengah menatapnya tajam dari balik masker yg menutupi sebagian wajahnya bahkan sampai kepala yg masih dilapisi topi

Mata elena membulat takala seseorang itu dengan cepat mencekik paksa lehernya dengan kuat, membuat elena terpojok diantara pohon besar dengan mata yg sudah membulat elena berusaha melepaskan tangan yg mencekik lehernya kuat, bahkan sekarang iya sudah hampir kehabisan nafas sangking kuatnya cengkraman sosok ini dilehernya yg kini sudah terlihat bekasnya dikulit leher seputih susu elena.

Dengan sisa tenaga elena menendang kuat sosok dengan pakaian serba hitam itu, membuatnya kesakitan hingga cekikannya terlepas dari leher elena, dengan masih terbatuk batuk elena berusaha lari secepat mungkin untuk mengindari sosok yg sekarang sudah menggeram marah menatap punggungnya, menyadari bahwa sosok itu mengejarnya elena berusaha untuk menghubungi siapapun untuk meminta pertolongan

ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang