Part 6 - Permintaan Maaf

29 0 0
                                    


Sepanjang perjalan dari Amsterdam Menuju Utrecht, Olivia hanya mendengar Frederick meminta maaf kepada dirinya, ia sangat tidak enak karena terlalu larut dalam pekerjaan, menangani banyak klien dan menghadiri beberapa forum, ia sudah lalai dalam menepati janjinya untuk menjemput tepat waktu , beberapa kali Olivia juga sudah memaklumi Ayahnya yang memiliki jadwal pekerjaan super padat dan tidak mungkin bisa di tinggalkan.

Tapi, Olivia sangat memahami watak Ayahnya, lekaki itu tidak mau membuat hati Olivia sedih atau kecewa, dan ayahnya merasa, saat ini Olivia sedang marah padanya.

Olivia Sama sekali tidak menyimpan amarah kepada ayahnya, hikmah dari Ayahnya telat menjemput, ia bisa bertemu dengan Jurriaan, tapi entah mengapa kejadian yang ia alami tadi, Sungguh membuatnya malu, haruskah ia menampar wajah Pria itu?

Sebelum sampai rumah, Frederick mengajak Olivia untuk makan di restaurant cepat saji, untuk menebus kesalahannya, dan ia juga pasti merasakan jika anak gadisnya itu sangat lapar dan kelelahan.
Olivia mengiyakan dengan senang hati.

"Ibumu tadi sempat marah karena Ayah terlalu lama bekerja, hingga membuatmu lama menunggu di tempat kursus musik" Frederick memulai percakapan di sela-sela makan.

Olivia terkekeh "akan ada perang Dunia nanti malam di kediaman Tuan Frederick van Arseen ,, ibu-ibu indonesia kalau sudah Marah bisa mengalahkan meledaknya gunung merapi loh,,, terus ayah bisa apa?"

Olivia tidak bisa menahan tawanya, ia tahu betul karakteristik orang Indonesia kalau sedang emosi apalagi kaum ibu.

Frederick hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah anak gadisnya itu.

Setelah tiga puluh menit menghabiskan makan malam di jam yang sudah larut, mereka berdua melanjutkan perjalanan pulang ke rumah, keadaan di rumah nampak sudah sepi, sepertinya Amanda sudah tidur di Kamar.

Olivia naik ke lantai atas, di mana Kamar Kesayangannya berada di sana, ia butuh mandi karena sudah sangat lengket, wajahnya juga terasa lengket akibat makan coklat yang sudah meleleh tadi.

Di cermin wastafel Kamar mandi, Olivia memandangi wajahnya, ia menggosok-gosok sudut bibirnya yang tadi di sentuh oleh Jurriaan.

"jijik...!!!" sungutnya Sambil menggosok-gosok ujung bibirnya dengan kasar.

Rasa malu seketika menguasai hatinya jika mengingat peristiwa di ruangan kelas piano tadi, Seorang lelaki yang baru di temuinya dua kali, dengan lancang menyentuh wajahnya, bahkan nyaris ingin mencium bibirnya.

Olivia faham sekali, apalagi ia tinggal di eropa, dan ia juga memiliki gen yang dominant ke gen kaukasian,yang namanya mencium, ciuman, berciuman bukan sesuatu yang tabu, mereka bahkan bisa dengan bebas melakukannya di tempat umum , tetapi itu di lakukan oleh pasangan kekasih atau pasangan suami istri.

Tapi, Jurriaan? Dia siapa? Pacar bukan, suami juga bukan. Pria itu tidak memiliki ikatan emosional dengannya, apalagi ikatan asmara.
Olivia bingung, mengapa tadi sikap Jurriaan tampak begitu membingungkan, apa yang ada di dalam pikiran Pria itu?

Olivia tidak memiliki teman ataupun sahabat dekat dalam hidupnya, selama ini ia hanya dekat dengan Ayah dan Ibunya, apalagi semenjak kejadian itu, dimana ia merasa masa depan dan kebahagiannya hancur, ia Nyaris menjadi perlakuan keji kakak tirinya, hingga meninggalkan rasa Sakit di sekujur tubuh dan batinnya, Olivia berusaha untuk bangkit dari ketidakberdayaannya sebagai manusia, ia ingin memulai kehidupan yang lebih baru, mengenal orang-orang baru, dan menjalin sebuah hubungan baru, walaupun tidak mudah.

Ia ingin menjalin pertemanan dengan siapa saja, hingga ia bisa mengenal Baik Miss Allen, teman-temannya di kelas Biola, hingga laki-laki yang ia temui baru Saja, ia berharap Jurriaan juga bisa menjadi teman dalam kehidupannya, nampak terlalu asing memang, tapi Olivia Sungguh-Sungguh ingin Mengubur masa lalunya yang kelam.

Olivia Van Aarsen Where stories live. Discover now