Part 2 - Sebuah Perkenalan

44 1 0
                                    


Olivia tidak menghitung sudah berapa banyak langkah yang ia tapaki, sudah berapa detik Waktu yang ia lalui, dan sudah berapa banyak nafas yang ia hembuskan di tempat barunya yang kini menjadi favoritenya, ia sangat bahagia jika bertemu dengan Miss. Allen, dan ia berkesempatan untuk bisa berkenalan dengan beberapa teman yang lebih senior di atasnya, yang bahkan sudah lebih bagus skill bermain Biolanya, membuat Olivia semakin nersemangat untuk menjadi pemain biola terbaik di negaranya.

"kamu tidak apa-apa setiap hari pulang-pergi sendiri naik kereta?" tanya Miss. Allen kepada Olivia yang sedang Sama-Sama berjalan beriringan Menuju arah keluar gedung opera.

"Tidak apa-apa Miss, Amsterdam dan Utrecht hanya 20 - 30 menit, hanya saja terkadang dada saya bisa sangat berdebar lebih kencang jika harus berada di kerumunan banyak orang... Hanya perlu belajar beradaptasi" Olivia berusaha mengucapkan kalimatnya dengan tenang.

Miss. Allen menghentikkan langkahnya sejenak, ia menatap teduh wajah Olivia, mencoba menerjemahkan air wajah gadis yang bisa di bilang sangat cantik itu.

"Olivia... Apakah kamu sedang Sakit?"

Olivia menggeleng pelan "Tidak Miss.. Saya sehat dan baik-baik saja, wajah Saya memang Seperti ini, terkadang Sayu, terkadang berbinar..."

"Jawaban kamu Sangat unik... jika kamu ada sesuatu yang tidak mengenakkan di hati, tidak perlu sungkan untuk berbagi ya..." Miss. Allen menepuk lembut bahu Olivia, tersenyum manis dan Berpisah dengan Olivia di ruang resepsionit gedung.

"Sampai jumpa lagi Miss..." Olivia melambaikan tangan melepas kepergian guru kesayangannya itu.

Kembali Olivia melanjutkan langkah kecilnya, ia berjalan Sambil melewati orang-orang yang juga berjalan ke tujuan yang berbeda, ia tidak memiliki kawan di Amsterdam, ia hanya sendirian berada di ibu kota itu, sehingga selama di perjalanan pulang dan pergi Olivia hanya melihat lalu lalang manusia, bahkan ia sering melihat sepasang kekasih atau bahkan sepasang suami istri yang sedang bercengkrama, Sungguh dia merasa bahagia melihat pemandangan Seperti itu.

Olivia melirik jam tangannya, sudah pukul 17.00 sore, masih menjinjing Tas Biola-nya yang terbuat dari kulit, Olivia tetap setia menunggu kereta yang akan membawanya ke kota Utrecht.

Sementara, di kursi tunggu penumpang, seorang Pria bertubuh tinggi, dengan wajah setengah suntuk memperhatikan seorang gadis yang sedari tadi berdiri, jaraknya hanya berapa kaki dari tempat ia duduk.
Wajah suntuknya seketika sirna kala kedua matanya memperhatikan gadis itu, ia bingung mengapa gadis itu sangat fokus melihat ke Arah depan, sementara di samping nya ada dia yang sedang duduk, dan juga Sama-Sama sedang menunggu kereta tiba.
Beberapa saat kemudian, ponsel Olivia yang di simpannya di dalam Tas, berdering, di saat ia ingin meraih ponsel itu, seketika ia reflek berpapasan wajah dengan Pria yang berada tidak jauh dari sampingnya, sepersekian detik kedua insan ini menjalin kontak mata, dan saat itu juga Olivia memalingkan wajahnya dan kembali fokus pada ponselnya.
Ternyata Frederick membuat notifikasi di ponsel Olivia dengan memberikan miscalled dan pesan singkat.

"pulang jam berapa Nak, ayah masih menunggu kamu, sekarang sedang di kedai kopi"

Olivia membaca pesan singkat ayahnya, ia merasa kedua kakinya sangat pegal, dengan sedikit melirik ke Arah laki-laki yang sedang duduk, Olivia meminta izin untuk duduk di ujung kursi.

"Silahkan ..." Pria itu mempersilahkan Olivia untuk duduk.

Setelah membalas pesan singkat ayahnya, Olivia menyimpan kembali ponselnya kedalam tas, raut wajahnya sedikit gusar, tidak biasanya ia menunggu kereta selama ini,menyadari jika di sebelahnya ada sesosok manusia, memberanikan diri Olivia bertanya kepada Pria di sebelahnya.

Olivia Van Aarsen Where stories live. Discover now