17

2 0 0
                                    

Gedung belasan lantai dengan design interior yang luar biasa ini menjadi tempat dimana Ehan menghadiri meeting dengan sang Papa. Gedung yang didirikan sendiri oleh Papa nya ini, berhasil menjadi wadah atau tempat Papa ataupun pegawainya untuk mencapai kesuksesan. Banyak pencapaian yang telah perusahaan Papa Ehan ini dapat, perusahaan intertaiment dengan banyaknya aktris, aktor, penyanyi, bahkan produser terbaik di negara ini.

"Cukup sekian yang dapat saya sampaikan, terimakasih." Ehan mengakhiri presentasinya pada sore menjelang malam ini dengan senyuman manisnya juga tepukan tangan dari manusia-manusia di ruangan ini.

"Bagus-bagus. Dari apa yang saya paparkan dan pendapat yang kalian sampaikan sudah dirangkum semua oleh Ehan. Untuk selanjutnya kalian bisa mengerjakan apa yang telah kita sepakati tadi, kerjakan dengan kemampuan terbaik kalian." Ucap Papa Ehan dengan suara tegasnya.

"Baik saya rasa cukup, terimakasih. Kalian bisa kembali." Tambah Papa Ehan dengan senyum ramahnya.

"Ikut ke ruangan saya" pinta Papa Ehan dengan dingin pada Ehan.

Tidak ada lagi suara tegas ataupun senyum yang Ehan lihat tadi. Tanpa menjawab nya Ehan melangkah mengikuti Papanya, sesekali menyapa balik karyawan yang memberi salam pada mereka. Siapa pun yang melihat pasti akan merasa bahwa hubungan kedua nya sangat dekat. Lihatlah bahkan Papa Ehan dan Ehan dengan luwesnya saling melemparkan candaan saat berjalan. Berlagak tidak ada sesuatu yang terjadi diantara mereka.

"Pak Rayyan, maaf sebelumnya. Sekarang Ibu Alana sudah menunggu didalam" ucap seorang sekretaris yang berjaga di depan ruangan Papa Ehan.

"Aa Alana ada didalam? Baiklah terimakasih" balas Papa Ehan lalu berjalam memasuki ruangannya.

"Ada keperluan apa Anda kemari" Papa Ehan menduduki kursi besarnya, membiarkan sang istri juga anaknya duduk di sofa yang ada disana.

"Nothing, hanya kunjungan rutin yang biasa dilakukan. Kalian berdua jangan lupa datang di acara pembukaan pameran saya minggu depan" balas Mama Ehan datar dengan fokus yang masih ada di layar laptopnya.

"Hari apa aja Ma?" Tanya Ehan.

"Sabtu dan Minggu, oh dan kamu saya minta satu lukisan dari kamu. Paling lama jum'at serahkan pada saya" balas dan pinta sang Mama.

"Iya Ma"

Satu jam berlalu dengan keheningan yang menyelimuti ruangan besar dilantai sepuluh itu. Ehan melihat Papanya yang sibuk dengan laptopnya, begitupun Mamanya yang sudah beralih dari laptop menjadi ipad. Membuat sebuah design baju menarik disana. Ehan menatap Mamanya dalam, membayangkan bagaimana indahnya jika apa yang terjadi di publik adalah suatu hal yang nyata terjadi. Bukan hanya sebuah kepura-puraan yang harus Ia lakukan.

'Tok-tok' suara ketokan pintu terdengar, tanpa memunggu jawaban sang Papa Ehan membuka pintu itu.

"Dek Ehan ini pesanan makanannya" ucap sekretaris Papa Ehan.

"Iya mbak, makasih ya. Ini buat Mbak salsa" ucap Ehan dengan mengambil satu kotak makanan untuk sekretatis Papanya itu.

"Astaga makasih ya dek, kalau gitu mbak balik kerja dulu" pamit Mbak Salsa dibalas senyuman manis dari Ehan. Ehan menutup kembali menutup pintu itu, dan berjalan mendekati meja Papanya.

"Papa makan dulu" Ehan menyerahkan satu kotak makan dimeja sang Papa.

"Ma.."

"Saya tidak makan dijam segini" potong Mama Ehan. Ehan tersenyum menanggapi lalu mengambil buah-buahan yang memang sudah Ia pesan khusus untuk Mamanya.

"Ian tahu Ma, ini Ian belikan buah" ucap Ehan yang hanya dibalas anggukan dari Mamanya. Ehan yang melihat itu kembali melihat sang Papa yang masih belum menyentuh makananya. Tidak mau membuat masalah, akhirnya Ehan memakan makanannya terlebih dahulu. Sesekali melihat hpnya yang terus bergetar sedari tadi.

NothingWhere stories live. Discover now